Google Stadia Ubah Industri Gim, Sederhana tapi Luar Biasa

Selasa, 02 April 2019 - 08:47 WIB
Google Stadia Ubah Industri...
Google Stadia Ubah Industri Gim, Sederhana tapi Luar Biasa
A A A
Ini mungkin akan menjadi penghancur jurang pemisah antara gim mobile dan gim PC/konsol. Termasuk, kasual gamer atau mobile gamer yang mungkin tidak sempat, belum ingin, atau bahkan belum mampu berinvestasi membeli hardware untuk memainkan gim konsol. Jawabannya ada di cloud gaming. Cloud gaming ini layanannya sederhana, tetapi luar biasa.

Pengguna bisa memainkan gim populer, mulai Fortnite, Assassin’s Creed Odyssey, hingga Far Cry 5, di ponsel. Tidak perlu menggunakan laptop gaming, PC berspesifikasi tinggi, atau konsol, mereka hanya perlu ponsel dan internet berkecepatan supertinggi. Nantinya pengguna akan memainkan gim tersebut lewat cloud. Caranya melalui aplikasi Google Stadia.

Lewat cloud itulah, pengguna bisa memainkan gim triple A (AAA) dari perangkat apa pun yang dimiliki, mulai Windows (laptop, desktop PC), Mac OSX (Macbook, iMac, Mac Mini), Xbox One, bahkan OS Android (ponsel pintar, tablet). Padahal, untuk bisa memainkan gim AAA, minimal biaya yang dikeluarkan adalah Rp6,3 juta. Rinciannya terdiri dari Sony PlayStation 4 500 GB (Rp3,5 juta), TV 32 inci (Rp2,5 juta), dan gim rata-rata Rp300.000 ke atas. Setiap gim baru harus menambah Rp300.000–Rp500.000 lagi.

Karena itu, banyak orang yang berhenti bermain gim karena tidak sanggup mengejar spesifikasi minimal (system requirement) yang dibutuhkan untuk bermain gim AAA di PC. Pasalnya, untuk melakukan upgrade VGA, memori maupun prosesor pada desktop PC dan laptop, bujetnya tidak murah. Investasi untuk bermain gim terasa sangat mahal bagi sebagian orang.

Solusi Cloud Gaming


Namun, bagaimana jika pengguna tidak perlu hardware mahal untuk bermain gim dengan grafis tinggi? Tidak perlu diunduh. Sebab, semuanya bisa dilakukan lewat peramban web Google Chrome. Itulah gagasan layanan gaming cloud Google, Stadia. Dengan Stadia, pengguna bisa bermain gim beresolusi 4K dalam 60 fps hanya lewat peramban web.

Caranya, semua proses komputasi dilakukan di server Google yang setara dengan konsol yang bekerja pada GPU 10,7 terraflops atau lebih dari gabungan PS4 Pro dan Xbox One X. Dalam Peluncurannya, Google menjanjikan Stadia akan tersedia di desktop, laptop, tablet, dan smartphone. Yang menjadi syarat menggunakan Stadia bukan seberapa cepat prosesor yang dipakai, melainkan seberapa cepat jaringan internet yang digunakan. Caranya pun sangat mudah.

Nantinya kita bisa menonton video YouTube, lantas mengklik link di video tersebut dan langsung terhubung dalam gimnya. Syarat kecepatan internet yang dibutuhkan adalah 15 Mbps dan latensi di bawah 40ms. Beberapa judul yang ditawarkan salah satunya Assassin’s Creed Odyssey. Dimainkan di jendela peramban web Chrome ketika di-setting full screen, maka tidak ubahnya seperti sedang bermain di komputer.

Bisa dimainkan kibor atau tetikus (mouse) serta game controller. Semua input dari kibor atau tetikus lantas dikirim ke server Google dan diproses di gim. Ini yang membuat latensi sangat penting. Google mengklaim, Stadia bisa menggunakan resolusi 8K/120+fps yang jauh di atas standar PC gaming sekalipun.

Sebagai perbandingan, untuk gim Assassin’s Creed Odyssey dengan resolusi 1080p di 30 fps saja, Ubisoft merekomendasikan RAM minimal 8 GB, kapasitas penyimpanan 46 GB, Intel Core i7-3770, dan Nvidia GeForce GTX 970 yang terbilang cukup tinggi. Untuk penyetelan 4K di 30 fps, tuntutannya melonjak menjadi RAM 16 GB, Intel Core i7 7700, dan Nvidia GeForce GTX 1080. Stadia mencoba memangkas limitasi tersebut.

"Dengan Stadia, konsumen bisa langsung bermain gim dengan instan," ujar Phil Harrison, Wakil Presiden Google. Video game adalah kategori dengan pemasukan terbesar di Google Play Store. Tahun lalu ada USD21,5 miliar gim terjual menurut firma Sensor Tower. Gim juga menjadi kategori terbesar ketiga di YouTube.

Sementara itu, App Store milik Apple Inc menjual gim senilai USD33 miliar pada 2018. Sementara Twitch milik Amazon dianggap sebagai rujukan di Amerika dibandingkan YouTube soal konten video game. Google tidak sendiri. Beberapa perusahaan teknologi ingin meningkatkan pendapatan layanan dengan bereksperimen dengan streaming game, termasuk Sony Corp, Nvidia Corp, dan Microsoft Corp.

Meskipun mungkin pengguna tertarik pada gagasan untuk bisa mengakses gim dengan cepat dari perangkat apa pun, tidak semua gim mungkin akan tersedia. Analis keuangan mempertanyakan apakah Google akan bisa membebankan harga kepada konsumen yang cukup tinggi untuk menarik penerbit gim papan atas yang sudah memiliki bisnis menguntungkan dari menjual gim berformat CD.

Sebelumnya Google meluncurkan uji coba Project Stream pada Oktober 2018, mengundang sejumlah pengguna untuk memainkan gim baru Ubisoft Entertainment SA, Assassin's Creed Odyssey, dari browser web mereka secara gratis.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7511 seconds (0.1#10.140)