Alasan Samsung Galaxy S10 Bisa Lebih Laris dari Sang Kakak, Galaxy S9
A
A
A
SAN FRANSISCO - Galaxy S10 diluncurkan di Indonesia dalam tiga varian dengan banderol harga mulari Rp10,5 juta hingga Rp24 juta. Jauh lebih mahal dibanding ketika Galaxy S9 dan S9 Plus dirilis pada Februari 2018 dengan banderol mulai Rp11,5 juta dan Rp14,5 juta.
Meski demikian, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) justru optimistis bahwa penjualan Galaxy S10 bisa lebih baik dibanding S9. Apa alasannya?
Head of Product Marketing Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia Denny Galant tidak menampik bahwa harga ponsel premium menjadi semakin mahal. Namun, dia juga menyebut bahwa saat ini konsumen lebih rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli ponsel.
”Setiap smartphone ada cycle (masa penggunaannya). Ternyata, semakin banyak konsumen yang mengganti ponsel premium mereka setahun sekali. Jadi, ketika ada varian baru keluar, mereka merasa sudah waktunya mengganti ponsel lagi,” ungkapnya.
Denny menyebut bahwa hal tersebut wajar. Sebab, kecepatan perkembangan teknologi di ponsel sangat tinggi. Dan menurutnya, ada sebagian konsumen yang merasa harus menjadi yang pertama merasakan teknologi baru.
”Selain itu, fitur-fitur baru yang disediakan juga dirancang untuk membuat hidup konsumen lebih praktis. Misalnya, wireless powershare yang membuat konsumen tidak perlu membawa banyak kabel charger untuk earbuds atau smartwatch, karena bisa di-charge langsung lewat ponsel,” ungkap Denny
Dia memprediksi pre-order S10 akan tinggi karena Samsung memberikan gimmick, seperti bundling dengan smartwatch, TV, hingga earbuds. Persoalan harga ponsel premium yang dianggap mahal, Denny menyebut, sudah semakin diterima oleh mereka yang menjadi target konsumennya. "Toh, kami juga bekerja sama dengan bank dan operator, memberikan berbagai bentuk cicilan ringan,” ungkapnya.
Menurut Denny, konsumen sudah bisa melihat inovasi dan value/nilai apa yang diberikan di sebuah ponsel. Lalu menyimpulkan, apakah harganya sesuai atau tidak.
Dominan di Segmen Premium
Samsung sendiri mempertegas kepemimpinan mereka di pasar ponsel premium di Indonesia yang mencapai hampir 70%. ”Dibandingkan tahun sebelumnya, naiknya cukup drastis. Mencapai lebih dari 4%. Kami sangat dominan di pasar ini,” klaim Denny.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa ketika menyebut ponsel premium, maka Samsung tetap menjadi favorit pengguna. Ketika ingin “berinvestasi” untuk membeli ponsel mahal, maka pengguna lebih percaya Samsung dibanding merek lain seperti Huawei dan Oppo yang juga sudah masuk ke ranah ponsel premium di atas angka Rp9 jutaan.
Ini wajar, sebab di kelas premium, persepsi konsumen terhadap brand menjadi sangat penting. Selain produknya harus bagus, konsumen juga melihat faktor-faktor lainnya seperti indentitas brand di Indonesia, gengsi, harga jual kembali, hingga dukungan purna jual.
Meski demikian, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN) justru optimistis bahwa penjualan Galaxy S10 bisa lebih baik dibanding S9. Apa alasannya?
Head of Product Marketing Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia Denny Galant tidak menampik bahwa harga ponsel premium menjadi semakin mahal. Namun, dia juga menyebut bahwa saat ini konsumen lebih rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli ponsel.
”Setiap smartphone ada cycle (masa penggunaannya). Ternyata, semakin banyak konsumen yang mengganti ponsel premium mereka setahun sekali. Jadi, ketika ada varian baru keluar, mereka merasa sudah waktunya mengganti ponsel lagi,” ungkapnya.
Denny menyebut bahwa hal tersebut wajar. Sebab, kecepatan perkembangan teknologi di ponsel sangat tinggi. Dan menurutnya, ada sebagian konsumen yang merasa harus menjadi yang pertama merasakan teknologi baru.
”Selain itu, fitur-fitur baru yang disediakan juga dirancang untuk membuat hidup konsumen lebih praktis. Misalnya, wireless powershare yang membuat konsumen tidak perlu membawa banyak kabel charger untuk earbuds atau smartwatch, karena bisa di-charge langsung lewat ponsel,” ungkap Denny
Dia memprediksi pre-order S10 akan tinggi karena Samsung memberikan gimmick, seperti bundling dengan smartwatch, TV, hingga earbuds. Persoalan harga ponsel premium yang dianggap mahal, Denny menyebut, sudah semakin diterima oleh mereka yang menjadi target konsumennya. "Toh, kami juga bekerja sama dengan bank dan operator, memberikan berbagai bentuk cicilan ringan,” ungkapnya.
Menurut Denny, konsumen sudah bisa melihat inovasi dan value/nilai apa yang diberikan di sebuah ponsel. Lalu menyimpulkan, apakah harganya sesuai atau tidak.
Dominan di Segmen Premium
Samsung sendiri mempertegas kepemimpinan mereka di pasar ponsel premium di Indonesia yang mencapai hampir 70%. ”Dibandingkan tahun sebelumnya, naiknya cukup drastis. Mencapai lebih dari 4%. Kami sangat dominan di pasar ini,” klaim Denny.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa ketika menyebut ponsel premium, maka Samsung tetap menjadi favorit pengguna. Ketika ingin “berinvestasi” untuk membeli ponsel mahal, maka pengguna lebih percaya Samsung dibanding merek lain seperti Huawei dan Oppo yang juga sudah masuk ke ranah ponsel premium di atas angka Rp9 jutaan.
Ini wajar, sebab di kelas premium, persepsi konsumen terhadap brand menjadi sangat penting. Selain produknya harus bagus, konsumen juga melihat faktor-faktor lainnya seperti indentitas brand di Indonesia, gengsi, harga jual kembali, hingga dukungan purna jual.
(mim)