Beberapa Aplikasi Android Dilaporkan Kirim Data ke Facebook Tanpa Izin
A
A
A
MENLO PARK - Sebuah laporan terbaru baru yang dikeluarkan oleh grup kampanye Privacy International menemukan bahwa beberapa aplikasi Android populer mengirim data ke Facebook tanpa meminta izin.
Perusahaan non profit asal Inggris ini menguji 34 aplikasi Android sepanjang Agustus hingga Desember 2018. Hasilnya, 20 dari 34 aplikasi Android tersebut mengirimkan data penggunanya ke Facebook.
Di antara aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang banyak digunakan pengguna seperti Kayak, Skyscanner, Trip Advisor, Shazam, Spotify, dan aplikasi doa. Laporan tersebut bahkan menemukan bahwa beberapa aplikasi mengirim ke Facebook informasi yang sangat terperinci dan sensitif.
Salah satu contohnya adalah agregator tarif Kayak, yang mengirimkan informasi ke Facebook tentang penerbangan yang pengguna cari di aplikasi, tanggal keberangkatan setiap penerbangan, bandara yang terlibat, jumlah orang yang bepergian, kelas tiket dan banyak lagi.
Selain sangat tidak etis, praktik ini juga melanggar aturan dari Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Eropa yang disahkan pada Mei 2018.
Peraturan ini mencegah perusahaan untuk menggunakan data pribadi pelanggan tanpa persetujuan. Perusahaan yang gagal mematuhi aturan bisa didenda 4% dari pendapatan global atau setara $ 23 juta dolar, dilihat mana yang lebih tinggi.
Menanggapi laporan Privacy International, dilansir Android Police, Rabu (2/1/2019) Facebook mengatakan bahwa pihaknya sedang mengerjakan serangkaian perubahan, termasuk alat baru yang disebut "Clear History" yang katanya dapat membantu mengatasi blowback dari masalah saat ini.
Namun dari beberapa aplikasi yang disebutkan, hanya Skyscanner melalui juru bicaranya menjelaskan bahwa mereka tak menyadari ada data yang dikirim ke Facebook tanpa pengetahuan pengguna. Hal itu disebutnya melanggar aturan perusahaan soal integrasi dengan teknologi pihak ketiga dan sedang menyelidiki kasus ini.
Perusahaan non profit asal Inggris ini menguji 34 aplikasi Android sepanjang Agustus hingga Desember 2018. Hasilnya, 20 dari 34 aplikasi Android tersebut mengirimkan data penggunanya ke Facebook.
Di antara aplikasi tersebut merupakan aplikasi yang banyak digunakan pengguna seperti Kayak, Skyscanner, Trip Advisor, Shazam, Spotify, dan aplikasi doa. Laporan tersebut bahkan menemukan bahwa beberapa aplikasi mengirim ke Facebook informasi yang sangat terperinci dan sensitif.
Salah satu contohnya adalah agregator tarif Kayak, yang mengirimkan informasi ke Facebook tentang penerbangan yang pengguna cari di aplikasi, tanggal keberangkatan setiap penerbangan, bandara yang terlibat, jumlah orang yang bepergian, kelas tiket dan banyak lagi.
Selain sangat tidak etis, praktik ini juga melanggar aturan dari Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Eropa yang disahkan pada Mei 2018.
Peraturan ini mencegah perusahaan untuk menggunakan data pribadi pelanggan tanpa persetujuan. Perusahaan yang gagal mematuhi aturan bisa didenda 4% dari pendapatan global atau setara $ 23 juta dolar, dilihat mana yang lebih tinggi.
Menanggapi laporan Privacy International, dilansir Android Police, Rabu (2/1/2019) Facebook mengatakan bahwa pihaknya sedang mengerjakan serangkaian perubahan, termasuk alat baru yang disebut "Clear History" yang katanya dapat membantu mengatasi blowback dari masalah saat ini.
Namun dari beberapa aplikasi yang disebutkan, hanya Skyscanner melalui juru bicaranya menjelaskan bahwa mereka tak menyadari ada data yang dikirim ke Facebook tanpa pengetahuan pengguna. Hal itu disebutnya melanggar aturan perusahaan soal integrasi dengan teknologi pihak ketiga dan sedang menyelidiki kasus ini.
(wbs)