Jangan Beri Anak Anda Smartphone, Ini Dampak Buruknya Bagi Mereka
A
A
A
WASHINGTON - Smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari generasi muda kekinian dan sepertinya mempunyai dampak buruk bagi perkembangan sosial mereka. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Common Sense Media.
Kali ini penelitian membidik kebiasaan online pada remaja. Dilansir dari laman PR Newswire, Sabtu (10/9/2018), Common Sense Media menyebutkan, hasil penelitian didasarkan jawaban dari 1.413 peserta atau responsden antara usia 13-17 tahun dari seluruh negara bagian Amerika Serikat.
Hasilnya, jumlah remaja yang memiliki smartphone telah meningkat tajam selama beberapa tahun terakhir. Pada 2012 hanya 41% remaja yang memiliki satu ponsel dan hari ini jumlah itu mencapai 89%.
Lalu terjadi peningkatan penggunaan media sosial di kalangan remaja, yakni dari 34% hingga 70% dalam enam tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan perubahan besar dalam tata cara remaja ketika kerkomunikasi.
Kalau di tahun 2012 cara favorit mereka untuk berkomunikasi secara pribadi, maka pada 2018 cara tersebut diganti dengan mengirim pesan. Berkat ponsel cerdas yang lebih baik dan koneksi internet lebih cepat maka sebanyak 10% memilih video-chatting menjadi cara favorit untuk terhubung dengan teman-temannya.
Bagaimana dengan popularitas media sosial? Ternyata bukan Facebook yang menjadi favoritnya. Bahkan hanya 15% dari peserta survei yang mengatakan Facebook adalah situs media sosial utamanya. Yang paling banyak digunakan adalah Snaptchat sebanyak 41% dan Instagram 22%.
Survei ini selaras dengan yang penelitian sebelumnya yang menunjukkan remaja sadar menghabiskan terlalu banyak waktu di ponselnya. Lebih dari setengah responden setuju itu mengalihkan perhatian mereka ketika harus melakukan pekerjaan rumah atau memerhatikan orang-orang di sekitar mereka. Sebanyak 42% menyadari berada di media sosial mengambil banyak waktu mereka menghabiskan dengan teman-temannya di dunia nyata.
Menariknya, sebagian remaja menyalahkan perusahaan di balik situs web dan aplikasi media sosial untuk penggunaan berlebihan mereka. Ada 72% dari remaja berpikir bahwa perusahaan teknologi memanipulasi pengguna untuk membuat mereka menghabiskan lebih banyak waktu online. Tidak jelas apa yang dilihat oleh para peserta sebagai manipulasi, seringkali perusahaan hanya menawarkan lebih banyak fungsi dalam aplikasi mereka untuk membuat pengguna lebih lama.
Ketika diberi kesempatan untuk mengevaluasi sendiri dampak sosial media terhadap kehidupannya, kebanyakan remaja melihat yang positif. Seperempat dari yang disurvei mengatakan media sosial membuat mereka merasa kurang kesepian, 16% membuat mereka kurang tertekan. Sementara satu dari lima remaja berpikir bahwa media sosial membuatnya lebih percaya diri dan lebih populer.
Kemudian 43% dari responden mengatakan, mereka telah menghapus sebuah posting media sosial karena menerima terlalu sedikit "suka". Angka yang sama menunjukkan jumlah remaja yang merasa buruk jika tidak ada yang suka atau komentar di posting-annya.
Secara keseluruhan, pengalaman media sosial tampaknya menjadi setara digital yang baik dari lingkungan remaja di sekolah. Menjadi disukai dan populer memberi Anda dorongan emosional, sementara menjadi orang luar dapat menyebabkan kesulitan.
Kali ini penelitian membidik kebiasaan online pada remaja. Dilansir dari laman PR Newswire, Sabtu (10/9/2018), Common Sense Media menyebutkan, hasil penelitian didasarkan jawaban dari 1.413 peserta atau responsden antara usia 13-17 tahun dari seluruh negara bagian Amerika Serikat.
Hasilnya, jumlah remaja yang memiliki smartphone telah meningkat tajam selama beberapa tahun terakhir. Pada 2012 hanya 41% remaja yang memiliki satu ponsel dan hari ini jumlah itu mencapai 89%.
Lalu terjadi peningkatan penggunaan media sosial di kalangan remaja, yakni dari 34% hingga 70% dalam enam tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan perubahan besar dalam tata cara remaja ketika kerkomunikasi.
Kalau di tahun 2012 cara favorit mereka untuk berkomunikasi secara pribadi, maka pada 2018 cara tersebut diganti dengan mengirim pesan. Berkat ponsel cerdas yang lebih baik dan koneksi internet lebih cepat maka sebanyak 10% memilih video-chatting menjadi cara favorit untuk terhubung dengan teman-temannya.
Bagaimana dengan popularitas media sosial? Ternyata bukan Facebook yang menjadi favoritnya. Bahkan hanya 15% dari peserta survei yang mengatakan Facebook adalah situs media sosial utamanya. Yang paling banyak digunakan adalah Snaptchat sebanyak 41% dan Instagram 22%.
Survei ini selaras dengan yang penelitian sebelumnya yang menunjukkan remaja sadar menghabiskan terlalu banyak waktu di ponselnya. Lebih dari setengah responden setuju itu mengalihkan perhatian mereka ketika harus melakukan pekerjaan rumah atau memerhatikan orang-orang di sekitar mereka. Sebanyak 42% menyadari berada di media sosial mengambil banyak waktu mereka menghabiskan dengan teman-temannya di dunia nyata.
Menariknya, sebagian remaja menyalahkan perusahaan di balik situs web dan aplikasi media sosial untuk penggunaan berlebihan mereka. Ada 72% dari remaja berpikir bahwa perusahaan teknologi memanipulasi pengguna untuk membuat mereka menghabiskan lebih banyak waktu online. Tidak jelas apa yang dilihat oleh para peserta sebagai manipulasi, seringkali perusahaan hanya menawarkan lebih banyak fungsi dalam aplikasi mereka untuk membuat pengguna lebih lama.
Ketika diberi kesempatan untuk mengevaluasi sendiri dampak sosial media terhadap kehidupannya, kebanyakan remaja melihat yang positif. Seperempat dari yang disurvei mengatakan media sosial membuat mereka merasa kurang kesepian, 16% membuat mereka kurang tertekan. Sementara satu dari lima remaja berpikir bahwa media sosial membuatnya lebih percaya diri dan lebih populer.
Kemudian 43% dari responden mengatakan, mereka telah menghapus sebuah posting media sosial karena menerima terlalu sedikit "suka". Angka yang sama menunjukkan jumlah remaja yang merasa buruk jika tidak ada yang suka atau komentar di posting-annya.
Secara keseluruhan, pengalaman media sosial tampaknya menjadi setara digital yang baik dari lingkungan remaja di sekolah. Menjadi disukai dan populer memberi Anda dorongan emosional, sementara menjadi orang luar dapat menyebabkan kesulitan.
(mim)