Ancaman Luar Dalam, Eset Imbau Jangan Hanya Andalkan Anti Virus
A
A
A
PURWOKERTO - Tren penggunaan enkripsi atau teknologi pengamanan data saat ini terus mengalami peningkatan seiring semakin tingginya ancaman siber tiap tahunnya. ESET Indonesia melalui ESET Endpoint Encryption Powered by Deslock menggunakan teknologi enkripsi mutakhir untuk melindungi keamanan data dari berbagai ancaman serangan siber.
Techinal Support Eset Indonesia Harya Aditia mengatakan Tren penggunaan enkripsi ini meningkat seiring dengan semakin tingginya angka ancaman siber setiap tahun. Di mana kesalahan karyawan menempati urutan pertama sebagai ancaman utama terhadap data penting dan rahasia, diikuti kerusakan sistem dan peretas.
“Keamanan data tidak cukup antivirus saja, tapi perlu keamanan berlapis-lapis karena perkembangan malware. Virus Ransomware itu dibuat untuk motif ekonomi dengan meminta uang tebusan dari pemilik data yang diserang. Jadi itulah kenapa kita butuh enkripsi, sehingga data penting tidak bisa dibuka sembarang orang,” kata Techinal Support Eset Indonesia Harya Aditia dalam keterangan persnya.
Menurut Harya, ESET Endpoint Encryption memiliki aplikasi enkripsi yang kuat dan terdepan dalam teknologi enkripsi. File and Folder Level Encryption (FLE), enkripsi USB & Email dan Full Disk Encryption (FDE), pada kasus pencurian laptop yang dapat menyebabkan hard disk dibaca orang lain. Sementara, Full Disk Encryption mengamankan data secara keseluruhan sehingga tidak bisa dibaca.
“Sejak tahun 2012 hingga 2018 ini, Ransomware masih akan menjadi tren. Biasanya Si pembuat virus bisa mendapatkan uang dari tebusan yang dibayarkan. Oleh karena itu, kami sangat tidak menyarankan orang membayar jika terkena Ransomware.jika sudah dibayar dan hanya Sebagian file yang terkena bisa dikembalikan, tapi 90% tidak bisa dipulihkan,” papar Harya.
Dikatakan, teknologi enkripsi ESET sudah memenuhi standarisasi yang dikeluarkan oleh Amerika melalui (Federal Information Processing Standard) FIPS 140-2 yang mewajibkan developer untuk mendapatkan sertifikasi agar produknya diakui sebagai bagian dari solusi keamanan.
“Enkripsi merupakan rekomendasi dari General Data Protection Regulation (GDPR) Undang-undang privasi yang digagas oleh Uni Eropa sebagai sebagai salah satu pilihan terbaik dalam perlindungan data, seperti halnya ESET Endpoint Encryption yang telah memenuhi standarisasi dunia menjamin data tetap aman baik dalam penyimpanan maupun saat bergerak,” ujar Technical Consultant PT Prosperita - ESET Indonesia, Yudhi Kukuh.
Lebih jauh, Harya menjelaskan pengelolaan enkripsi pada perangkat removable media, dapat mengamankan data berdasarkan situasi dan kondisi. Secara otomatis, pengelolaan enkripsi ini membuat partisi pada perangkat removable media dan hanya mengizinkan akses ke partisi aman ketika berada di lingkungan yang aman, dan partisi yang tidak aman ketika berada di tempat lain.
Pada Maret 2018, laporan investigasi pelanggaran data oleh Verizon diketahui bahwa hampir sepertiga serangan atau 73 persen berasal dari eksternal dan sisanya 28 persen merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang dalam atau internal.
Laporan Verizon itu didasarkan pada analisis 53.000 insiden di dunia nyata pada tahun ini, termasuk 2.216 pelanggaran data yang dikonfirmasi. Ancaman ini terus meningkat karena masih banyak perusahaan yang belum mengimplementasikan enkripsi dalam strategi keamanan perusahaan mereka.
Techinal Support Eset Indonesia Harya Aditia mengatakan Tren penggunaan enkripsi ini meningkat seiring dengan semakin tingginya angka ancaman siber setiap tahun. Di mana kesalahan karyawan menempati urutan pertama sebagai ancaman utama terhadap data penting dan rahasia, diikuti kerusakan sistem dan peretas.
“Keamanan data tidak cukup antivirus saja, tapi perlu keamanan berlapis-lapis karena perkembangan malware. Virus Ransomware itu dibuat untuk motif ekonomi dengan meminta uang tebusan dari pemilik data yang diserang. Jadi itulah kenapa kita butuh enkripsi, sehingga data penting tidak bisa dibuka sembarang orang,” kata Techinal Support Eset Indonesia Harya Aditia dalam keterangan persnya.
Menurut Harya, ESET Endpoint Encryption memiliki aplikasi enkripsi yang kuat dan terdepan dalam teknologi enkripsi. File and Folder Level Encryption (FLE), enkripsi USB & Email dan Full Disk Encryption (FDE), pada kasus pencurian laptop yang dapat menyebabkan hard disk dibaca orang lain. Sementara, Full Disk Encryption mengamankan data secara keseluruhan sehingga tidak bisa dibaca.
“Sejak tahun 2012 hingga 2018 ini, Ransomware masih akan menjadi tren. Biasanya Si pembuat virus bisa mendapatkan uang dari tebusan yang dibayarkan. Oleh karena itu, kami sangat tidak menyarankan orang membayar jika terkena Ransomware.jika sudah dibayar dan hanya Sebagian file yang terkena bisa dikembalikan, tapi 90% tidak bisa dipulihkan,” papar Harya.
Dikatakan, teknologi enkripsi ESET sudah memenuhi standarisasi yang dikeluarkan oleh Amerika melalui (Federal Information Processing Standard) FIPS 140-2 yang mewajibkan developer untuk mendapatkan sertifikasi agar produknya diakui sebagai bagian dari solusi keamanan.
“Enkripsi merupakan rekomendasi dari General Data Protection Regulation (GDPR) Undang-undang privasi yang digagas oleh Uni Eropa sebagai sebagai salah satu pilihan terbaik dalam perlindungan data, seperti halnya ESET Endpoint Encryption yang telah memenuhi standarisasi dunia menjamin data tetap aman baik dalam penyimpanan maupun saat bergerak,” ujar Technical Consultant PT Prosperita - ESET Indonesia, Yudhi Kukuh.
Lebih jauh, Harya menjelaskan pengelolaan enkripsi pada perangkat removable media, dapat mengamankan data berdasarkan situasi dan kondisi. Secara otomatis, pengelolaan enkripsi ini membuat partisi pada perangkat removable media dan hanya mengizinkan akses ke partisi aman ketika berada di lingkungan yang aman, dan partisi yang tidak aman ketika berada di tempat lain.
Pada Maret 2018, laporan investigasi pelanggaran data oleh Verizon diketahui bahwa hampir sepertiga serangan atau 73 persen berasal dari eksternal dan sisanya 28 persen merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh orang dalam atau internal.
Laporan Verizon itu didasarkan pada analisis 53.000 insiden di dunia nyata pada tahun ini, termasuk 2.216 pelanggaran data yang dikonfirmasi. Ancaman ini terus meningkat karena masih banyak perusahaan yang belum mengimplementasikan enkripsi dalam strategi keamanan perusahaan mereka.
(wbs)