Sukses dalam Revolusi Digital dengan Mengadopsi Blockchain
A
A
A
JAKARTA - Blockchain merupakan teknologi di balik Bitcoin, mata uang digital populer saat ini. Namun, potensi dari teknologi blockchain bagi kemajuan bisnis di ekosistem digital saat ini sebenarnya jauh lebih luas lagi.
Kendati demikian, untuk sukses mengadopsi teknologi blockchain, perusahaan perlu melakukan beragam pendekatan. Pendekatan tersebut harus memperhatikan beberapa aspek seperti proses bisnis, teknologi, operasional, keterampilan (skill), budaya perusahaan dan kematangan digital di perusahaan tersebut.
Selain itu, bisnis juga perlu mempertimbangkan tantangan yang mungkin hadir dari adopsi blockchain, seperti kesulitan memilih platform yang kehandalannya belum teruji.
(Baca Juga: Mengenal Teknologi di Balik Kepopuleran Bitcoin)
"Mengingat market blockchain masih terbilang baru, ketersediaan skill, manajemen data, dan keamanan perlu diperhatikan," ungkap Direktur CTI Group Rachmat Gunawan dalam konferensi dan pameran CTI IT Infrastructure Summit 2018 di Ritz-Carlton Hotel Pacific Place, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Di sisi lain, lembaga riset Gartner menilai bisnis yang akan diciptakan oleh teknologi blockchain secara global akan meningkat menjadi USD176 miliar pada 2025. Nilai itu bahkan diperkirakan melonjak lagi menjadi USD3,1 triliun pada tahun 2030.
Mayoritas inisiatif terkait blockchain berada di sektor jasa keuangan termasuk perbankan, diikuti oleh pemerintah, energi, dan rantai pasok (supply chain).
Kendati demikian, untuk sukses mengadopsi teknologi blockchain, perusahaan perlu melakukan beragam pendekatan. Pendekatan tersebut harus memperhatikan beberapa aspek seperti proses bisnis, teknologi, operasional, keterampilan (skill), budaya perusahaan dan kematangan digital di perusahaan tersebut.
Selain itu, bisnis juga perlu mempertimbangkan tantangan yang mungkin hadir dari adopsi blockchain, seperti kesulitan memilih platform yang kehandalannya belum teruji.
(Baca Juga: Mengenal Teknologi di Balik Kepopuleran Bitcoin)
"Mengingat market blockchain masih terbilang baru, ketersediaan skill, manajemen data, dan keamanan perlu diperhatikan," ungkap Direktur CTI Group Rachmat Gunawan dalam konferensi dan pameran CTI IT Infrastructure Summit 2018 di Ritz-Carlton Hotel Pacific Place, Jakarta, Rabu (7/3/2018).
Di sisi lain, lembaga riset Gartner menilai bisnis yang akan diciptakan oleh teknologi blockchain secara global akan meningkat menjadi USD176 miliar pada 2025. Nilai itu bahkan diperkirakan melonjak lagi menjadi USD3,1 triliun pada tahun 2030.
Mayoritas inisiatif terkait blockchain berada di sektor jasa keuangan termasuk perbankan, diikuti oleh pemerintah, energi, dan rantai pasok (supply chain).
(fjo)