Aplikasi Mobile Menjadi Wajah Baru Bisnis

Rabu, 13 Mei 2015 - 16:46 WIB
Aplikasi Mobile Menjadi...
Aplikasi Mobile Menjadi Wajah Baru Bisnis
A A A
JAKARTA - Baru-baru ini Oracle mengadakan riset yang mengungkapkan bahwa aplikasi mobile dapat menjadi wajah baru bisnis. Hampir 55% dari generasi millennial mengatakan, aplikasi mobile yang buruk dapat membuat mereka tidak ingin menggunakkan produk atau layanan suatu perusahaan.

Bedasarkan laporan global berjudul “Millenials and Mobility: How Business Can Tap Into the App Generation”, sejumlah 39% dari generasi millennial tidak akan merekomendasikan suatu produk atau layanan ke kerabatnya jika mereka mendapatkan pengalaman aplikasi yang buruk. Sementara 27% dari generasi millennial ini mengakui bahkan mereka akan memberikan pandangan negatif terhadap suatu produk atau layanan jika aplikasi mobilenya buruk.

Penemuan survei ini memperjelas bahwa jika perusahaan tidak bisa memberikan pengalaman aplikasi mobile yang baik kepada para pelanggan, maka mereka tidak akan mendapat ketertarikan dari generasi millennial.

Sementara itu, para pesaing juga berlomba-lomba memberikan pengalaman mobile yang lebih meyakinkan. VP Mobile Strategy and Product Management Oracle, Suhas Uliyar mengatakan, pengalaman pengguna yang menarik dan terpersonalisasi menjadi senjata baru dalam pertarungan merebut generasi millennial sebagai pelanggan mereka.

"Bisnis yang tidak bisa menambahkan nilai untuk pelanggan dengan pengalaman mobile yang lebih nyaman, fungsional, dan relevan, akan sulit menempati posisi teratas,” ucapnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/5/2015).

Laporan ini juga menunjukan bahwa generasi millennial tidak suka dengan blast e-mail, seperti push-notification. Namun, mereka masih mau menerima komunikasi yang bernilai tambah.

Sejumlah 73% “menyukai” kemampuan untuk membeli produk atau layanan perusahaan dengan menggunakan aplikasi mobile. Sementara itu, 71% dari responden menyukai kemampuan untuk mengatur penagihan layanan, dan 65% dari responden suka menyampaikan keluhan atau permasalahan ke suatu perusahaan melalui aplikasi mobile.

Dengan begitu, lebih dari setengah responden (56%) memilih tidak menerima blast e-mail atau push-notification. Sebagian masih mau menanggapi push-notification yang diterima, walaupun 50% responden mengakui push-notification ini dipersonalisasi untuk mereka.

Suhar menambahkan, kemampuan mengatur tagihan atau menyampaikan masalah layanan ke suatu perusahaan melalui aplikasi mobile, menandakan adanya hubungan yang baik antara pelanggan dan merk atau penyedia layanan.

"Cerita ini sangat berbeda dalam hal push-notification. Perusahaan perlu menyediakan layanan berbasis aplikasi yang dapat membantu pelanggan dan cepat tanggap. Hal ini diperlukan jika mereka ingin menjaring generasi muda yang sudah menggunakan aplikasi mobile dan tablet,” paparnya.
(dyt)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1800 seconds (0.1#10.140)