Twitter Akan Menunda Fitur Akun Centang Biru Berlangganan Rp125 Ribu
loading...
A
A
A
NEW YORK - Twitter mungkin akan menunda peluncuran tanda centang verifikasi kepada pelanggan sampai setelah pemilihan paruh waktu (Pemilu AS), Selasa (8/11) besok. Hal tersebut disampaikan oleh sumber internal New York Times.
Sebelumnya, Twitter memang akan meluncurkan fitur akun akun centang biru sebesar USD8 atau sekitar Rp125 ribu dengna nama Twitter Blue.
“Power to the people (kekuatan untuk rakyat),” kata pengumuman Twitter . “Akun Anda bisa mendapat tanda centang biru, sama seperti selebriti, perusahaan, dan politisi yang sudah Anda ikuti.”
Pertimbangan penundaan sehari peluncuran akun centang biru Twitter ini sebenarnya wajar. Sebab, banyak pengguna dan karyawan Twitter khawatir bahwa fitur centang biru itu akan dimanfaatkan oleh para politisi.
Sebab, pengguna dapat dengan mudah membuat akun terverifikasi. Misalnya, orang bisa menyabar sebagai Presiden Biden atau sebagai anggota parlemen atau situs berita. Lantas, menerbitkan informasi palsu tentang pemungutan suara.
Dampaknya bisa besar sekali, membuat kekacauan politik atau polarisasi.
Lewat saluran internal Slack pada hari Sabtu kemarin, seorang karyawan Twitter bertanya mengapa jejaring sosial itu “membuat perubahan yang berisiko sebelum pemilihan, yang berpotensi menyebabkan gangguan pemilihan.”
Lalu, manajer yang mengerjakan proyek centang biru berbayar menanggapi keesokan harinya bahwa Twitter akan mengundur fitur Twitter Blue pada 9 November 2022, tepat setelah pemilihan.
Program Twitter Blue atau centang biru berbayar ini memang dicetuskan oleh Elon Musk setelah ia membeli media sosial tersebut dengan nilai USD44 miliar. Sekitar USD13 miliar diantaranya berasal dari hutang.
Menurut Musk, Twitter telah lama sekali tidak menguntungkan. Sumber pendapatan dari iklan saat ini juga melemah seiring banyak perusahaan yang mengurangi jumlah iklan di media sosial karena ekonomi global menuju resesi.
Karena itu, solusi Musk adalah Twitter harus bisa “mencari uang sendiri”. Salah satunya, dengan menjual fitur centang biru.
Pada hari Jumat pekan lalu, Musk memberhentikan sekitar setengah dari karyawan Twitter, atau sekitar 3.700 pekerja. Dia mengatakan tidak punya pilihan karena perusahaan merugi USD4jutaperhari.
Sebelumnya, Twitter memang akan meluncurkan fitur akun akun centang biru sebesar USD8 atau sekitar Rp125 ribu dengna nama Twitter Blue.
“Power to the people (kekuatan untuk rakyat),” kata pengumuman Twitter . “Akun Anda bisa mendapat tanda centang biru, sama seperti selebriti, perusahaan, dan politisi yang sudah Anda ikuti.”
Pertimbangan penundaan sehari peluncuran akun centang biru Twitter ini sebenarnya wajar. Sebab, banyak pengguna dan karyawan Twitter khawatir bahwa fitur centang biru itu akan dimanfaatkan oleh para politisi.
Sebab, pengguna dapat dengan mudah membuat akun terverifikasi. Misalnya, orang bisa menyabar sebagai Presiden Biden atau sebagai anggota parlemen atau situs berita. Lantas, menerbitkan informasi palsu tentang pemungutan suara.
Dampaknya bisa besar sekali, membuat kekacauan politik atau polarisasi.
Lewat saluran internal Slack pada hari Sabtu kemarin, seorang karyawan Twitter bertanya mengapa jejaring sosial itu “membuat perubahan yang berisiko sebelum pemilihan, yang berpotensi menyebabkan gangguan pemilihan.”
Lalu, manajer yang mengerjakan proyek centang biru berbayar menanggapi keesokan harinya bahwa Twitter akan mengundur fitur Twitter Blue pada 9 November 2022, tepat setelah pemilihan.
Program Twitter Blue atau centang biru berbayar ini memang dicetuskan oleh Elon Musk setelah ia membeli media sosial tersebut dengan nilai USD44 miliar. Sekitar USD13 miliar diantaranya berasal dari hutang.
Menurut Musk, Twitter telah lama sekali tidak menguntungkan. Sumber pendapatan dari iklan saat ini juga melemah seiring banyak perusahaan yang mengurangi jumlah iklan di media sosial karena ekonomi global menuju resesi.
Karena itu, solusi Musk adalah Twitter harus bisa “mencari uang sendiri”. Salah satunya, dengan menjual fitur centang biru.
Pada hari Jumat pekan lalu, Musk memberhentikan sekitar setengah dari karyawan Twitter, atau sekitar 3.700 pekerja. Dia mengatakan tidak punya pilihan karena perusahaan merugi USD4jutaperhari.
(dan)