Dalam Tubuh Sehat Ada Jam Tangan yang Kuat

Selasa, 25 Oktober 2022 - 06:00 WIB
loading...
Dalam Tubuh Sehat Ada Jam Tangan yang Kuat
Jam tangan pintar kini semakin memudahkan dokter dalam menganalisa kondisi pasien. Foto/IST
A A A
JAKARTA - Men sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Adagium itu hingga saat ini memang masih relevan. Hanya secara kontekstual, adagium itu bisa saja bergeser belakangan ini. Saat ini semua orang bisa memiliki tubuh yang sehat berkat adanya jam tangan atau gelang yang kuat.

Kuat di sini dalam artian pintar. Pintar membaca kondisi tubuh dan pintar mengajak penggunanya meraih kesehatan dengan maksimal. Setidaknya hal itu menjawab prediksi Tim Cook, CEO Apple saat pertama kali memperkenalkan Apple Watch di 2014.

“Jam tangan ini akan jadi alat yang komprehensif untuk kesehatan dan berolahraga,” ucap Tim Cook waktu itu.

Memang saat pertama kali diperkenalkan Apple Watch masih tergolong sederhana. Penggunaannya pun masih sebatas sensor detak jantung, akselerometer dan gyroscope. Fungsi yang masih terbatas itu membuat banyak orang skeptis.

Mereka tidak percaya jika jam tangan pintar itu bisa membantu penggunanya meraih kesehatan yang paripurna. “Jam tangannya tidak pintar-pintar amat. Butuh kemampuan lain yang ketimbang yang sudah ada seperti yang ditawarkan Apple Watch,” tulis Walt Mossberg dari The Wall Street Journal.

Meski banyak menuai kritikan, Apple justru berhasil memulai gelombang baru tren teknologi. Setelah Apple, pabrikan teknologi raksasa lainnya mulai berlomba-lomba membuat perangkat yang sama.



Dalam Tubuh Sehat Ada Jam Tangan yang Kuat


Sony, Samsung, LG, Asus, Motorola, dan lain-lainnya mulai mencoba menawarkan keajaiban yang sama. Bahkan bentuk yang diberikan tidak sebatas jam tangan pintar. Sebagian dari perusahaan tersebut mencoba memanfaatkan pasar yang konsumennya tidak mampu membeli jam tangan pintar karena harga yang terbilang mahal.

Mereka kemudian menghadirkan gelang pintar atau smartband. Harganya pun tergolong ekonomis karena tidak sampai jutaan rupiah.

Siapa nyana perlombaan itulah yang akhirnya kemudian membuat perkembangan jam tangan dan gelang pintar semakin pesat. Fungsinya pun tidak lagi sebatas menghitung detak jantung, akselerometer, dan gyroscope.

Kini lewat jam tangan dan gelang pintar, pengguna bisa mengukur jarak tempuh berlari, berjalan, bersepeda, dan lain sebagainya. Penghitungan kondisi badan pun tidak hanya sebatas memonitor detak jantung tapi juga mengawasi suplai oksigen dalam tubuh, menjaga waktu tidur yang ideal, dan lain sebagainya.

Pengguna jam tangan dan gelang pintar itu bahkan dilatih, diajak hingga ditantang untuk mendapatkan kesehatan yang baik. Beberapa panduan dan tantangan dibuat sedemikian rupa agar penggunanya dapat meraih tingkat kesehatan yang baik.



Dalam Tubuh Sehat Ada Jam Tangan yang Kuat


Bahkan siapa nyana, perangkat pintar itu pun kini menjadi sumber informasi yang sangat baik buat para dokter. Mohammed Elshazly, Elektrofisiologi Jantung di Cleveland mengatakan saat ini banyak pasien yang datang kepadanya membawa data yang telah tersimpan di jam tangan pintar atau gelang pintar.

Data tersebut menurutnya sangat membantu dirinya untuk memberikan bantuan kepada pasien. Sebelumnya, dia mengaku sulit untuk mendapatkan gambaran utuh ketika pasien yang mengalami gangguan pada detak jantung datang pertama kali padanya. Pasalnya butuh pengujian yang komprehensif untuk mendapatkan kondisi yang utuh dari pasien.

“Dengan bantuan data itu, saya jadi lebih maksimal memberikan diagnosis buat pasien,” jelas Mohammed Elshazly.
Hanya saja memang masih ada sedikit skeptisme yang perlu dilayangkan ke perangkat pintar tersebut. Masih terbuka lebar bahwa data yang dibaca oleh perangkat itu benar-benar data yang asli dan utuh.

Byron Allen, kardiolog dan professor dari University of California mengatakan untuk mendapatkan pemantauan yang utuh memang butuh perangkat kedokteran yang lebih baik dan canggih. Dia hanya mengatakan data yang dihasilkan dari perangkat pintar itu sifatnya membantu.

Tugas dari para dokter dan spesialis lainnya adalah memilah-milah data apabila pasien memerlukan pemantauan dari sisi tenaga medis profesional. “Sekarang terserah kita untuk menganalisis data itu dan mencari cara untuk memahaminya secara klinis,” terangnya.
(wsb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6564 seconds (0.1#10.140)