3 Kasus Dugaan Kebocoran Data di Indonesia Sepekan Terakhir
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus dugaan kebocoran data tiba-tiba terjadi secara bertubi-tubi dalam sepekan terakir. Tidak main-main, seluruhnya menyangkut perusahaan plat merah, dan jumlah data yang diduga bocor bahkan mencapai jutaan.
Lantas sudah berapa kali ini terjadi? Berikut ini adalah kompilasi dugaan kebocoran data di Indonesia sepekan terakhir.
1. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kebocoran data pertama kali dialami oleh perusahaan plat merah PLN. Dilaporkan bahwa ada lebih dari 17 juta data pelanggan yang bocor dan dijual ke forum hacker breached.to.
Data dibagikan oleh akun dengan nama Loliyta. Adapun data yang bocor meliputi ID pelanggan, nama pelanggan, tipe energi, KWH, alamat, nomor meteran, tipe meteran, serta nama unit UPI.
PLN sendiri sudah angkat bicara menanggapi kasus ini dan dikatakan bahwa data tersebut merupakan replikasi data pelanggan yang bersifat umum dan tidak spesifik.
Menurut PLN, data itu diambil dari aplikasi dashboard data pelanggan untuk keperluan data analitik, bukan merupakan data riil transaksi aktual pelanggan dan tidak update, sehingga diperkirakan tidak berdampak besar bagi pelanggan.
PLN menyatakan telah dan terus menerapkan keamanan berlapis bersama BSSN untuk tindakan pengamanan yang sangat ketat, dengan tujuan memperkuat dan melindungi data-data pelanggan.
2. IndiHome
Menyusul PLN, kasus dugaan kebocoran data juga dialami oleh anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk, Indihome. Setidaknya ada 26 juta data yang bocor yang juga dibagikan ke forum hacker breached.to.
Data yang bocor mencakup history browsing, nama pelanggan, jenis kelamin, bahkan hingga NIK. Data diklaim merupakan rekam selama periode Agustus 2018-November 2019.
Telkom pun sudah menanggapi kasus kebocoran data ini dengan tegas. Perusahaan menyatakan bahwa setelah dilakukan penelusuran, data tersebut tidak valid karena merupakan hasil fabrikasi.
Telkom meyakini dan memastikan tidak ada kebocoran data pelanggan di sistemnya serta berjanji akan selalu menjaga keamanan data pelanggan sesuai peraturan perundangan.
3. PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO)
Data milik JMTO juga dilaporkan bocor dan dibagikan oleh akun @desorden di breached.to pada 23 Agustus 2022 kemarin. Dalam postingannya, ia mengklaim bahwa setidaknya ada 252GB data yang berhasil ia garap.
Pelanggaran data ini melibatkan data pengkodean, dan dokumen, di 5 server JMTO. Pelanggaran data juga melibatkan pengguna, pelanggan, karyawan, data perusahaan dan keuangan mereka.
Perusahaan plat merah, Jasa Marga baru-baru ini juga telah menanggapi laporan dugaan kebocoran data yang terjadi di anak usahanya. Dikatakan bahwa kebocoran tidak berkaitan dengan data pelanggan.
Jasa Marga menyebut saat ini telah menonaktifkan server yang terdampak serangan dan melakukan recovery atas data tersebut serta memindahkan sistem ke server yang lebih aman serta telah menutup celah kerentanan keamanan di aplikasi PT JMTO.
Jasa Marga mengaku akan terus mengevaluasi serta terus meningkatkan sistem keamanan siber Jasa Marga Group, tidak hanya untuk internal namun juga kepada stakeholder eksternal.
Lihat Juga: Keamanan Data Jadi Prioritas Utama Perusahaan di Indonesia di Tengah Meningkatnya Ancaman Siber
Lantas sudah berapa kali ini terjadi? Berikut ini adalah kompilasi dugaan kebocoran data di Indonesia sepekan terakhir.
1. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kebocoran data pertama kali dialami oleh perusahaan plat merah PLN. Dilaporkan bahwa ada lebih dari 17 juta data pelanggan yang bocor dan dijual ke forum hacker breached.to.
Data dibagikan oleh akun dengan nama Loliyta. Adapun data yang bocor meliputi ID pelanggan, nama pelanggan, tipe energi, KWH, alamat, nomor meteran, tipe meteran, serta nama unit UPI.
PLN sendiri sudah angkat bicara menanggapi kasus ini dan dikatakan bahwa data tersebut merupakan replikasi data pelanggan yang bersifat umum dan tidak spesifik.
Menurut PLN, data itu diambil dari aplikasi dashboard data pelanggan untuk keperluan data analitik, bukan merupakan data riil transaksi aktual pelanggan dan tidak update, sehingga diperkirakan tidak berdampak besar bagi pelanggan.
PLN menyatakan telah dan terus menerapkan keamanan berlapis bersama BSSN untuk tindakan pengamanan yang sangat ketat, dengan tujuan memperkuat dan melindungi data-data pelanggan.
2. IndiHome
Menyusul PLN, kasus dugaan kebocoran data juga dialami oleh anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk, Indihome. Setidaknya ada 26 juta data yang bocor yang juga dibagikan ke forum hacker breached.to.
Data yang bocor mencakup history browsing, nama pelanggan, jenis kelamin, bahkan hingga NIK. Data diklaim merupakan rekam selama periode Agustus 2018-November 2019.
Telkom pun sudah menanggapi kasus kebocoran data ini dengan tegas. Perusahaan menyatakan bahwa setelah dilakukan penelusuran, data tersebut tidak valid karena merupakan hasil fabrikasi.
Telkom meyakini dan memastikan tidak ada kebocoran data pelanggan di sistemnya serta berjanji akan selalu menjaga keamanan data pelanggan sesuai peraturan perundangan.
3. PT Jasamarga Tollroad Operator (JMTO)
Data milik JMTO juga dilaporkan bocor dan dibagikan oleh akun @desorden di breached.to pada 23 Agustus 2022 kemarin. Dalam postingannya, ia mengklaim bahwa setidaknya ada 252GB data yang berhasil ia garap.
Pelanggaran data ini melibatkan data pengkodean, dan dokumen, di 5 server JMTO. Pelanggaran data juga melibatkan pengguna, pelanggan, karyawan, data perusahaan dan keuangan mereka.
Perusahaan plat merah, Jasa Marga baru-baru ini juga telah menanggapi laporan dugaan kebocoran data yang terjadi di anak usahanya. Dikatakan bahwa kebocoran tidak berkaitan dengan data pelanggan.
Jasa Marga menyebut saat ini telah menonaktifkan server yang terdampak serangan dan melakukan recovery atas data tersebut serta memindahkan sistem ke server yang lebih aman serta telah menutup celah kerentanan keamanan di aplikasi PT JMTO.
Jasa Marga mengaku akan terus mengevaluasi serta terus meningkatkan sistem keamanan siber Jasa Marga Group, tidak hanya untuk internal namun juga kepada stakeholder eksternal.
Lihat Juga: Keamanan Data Jadi Prioritas Utama Perusahaan di Indonesia di Tengah Meningkatnya Ancaman Siber
(dan)