Cara Menentukan Umur Fosil dengan Metode C-14

Selasa, 12 April 2022 - 23:04 WIB
loading...
Cara Menentukan Umur...
Cara menentukan umur fosil banyak dilakukan oleh palaentolog dengan metode C-14 dengan penanggalan radio karbon. Foto/dok.
A A A
JAKARTA - Cara menentukan umur fosil banyak dilakukan oleh palaentolog dengan metode C-14. Ini adalah satu-satunya cara menentukan umur fosil dengan metode penanggalan radiokarbon yang telah dilakukan sejak akhir 1940-an.

Dikutip dari Future Learn, metode C-14 adalah metode penanggalan radiometrik menggunakan tingkat peluruhan isotop radioaktif yang diketahui untuk menentukan penanggalan suatu objek.

Setiap isotop radioaktif memiliki laju peluruhan tetap yang disebut waktu paruh. Jika mengetahui isotop dan laju peluruhannya, maka ilmuwan dapat menghitung berapa umur fosil tersebut.

Unsur karbon terjadi di alam dalam tiga bentuk isotop. Karbon 12 (12-C) stabil dan mewakili 98,9% karbon di atmosfer. Sisanya (1,1%) sebagian besar terdiri dari Karbon 13 (13-C), yang juga stabil, dan Karbon 14 (C-14) yang tidak stabil – atau radioaktif.



Di atmosfer, hanya sekitar satu dari satu triliun atom karbon yang merupakan C-14 . Sebagian besar C-14 di atmosfer diproduksi oleh aksi sinar kosmik pada nitrogen (N-14) untuk menghasilkan C-14.

Setelah C-14 diproduksi, ia mulai membusuk kembali menjadi nitrogen. Atmosfer memiliki kadar C-14 yang konstan – produksi C-14 baru di atmosfer dan peluruhan C-14 saling menyeimbangkan dalam keseimbangan keadaan tunak.

Jika sudah mengetahui berapa banyak C-14 dalam jaringan hidup, Anda dapat mengukur jumlah C-14 pada tumbuhan atau hewan yang mati dan kemudian membandingkannya untuk menilai berapa lama telah mati.

Ilmuwan dapat melakukan ini karena mengetahui tingkat peluruhan C-14 (memiliki waktu paruh 5.730 tahun). Hasilnya adalah umur radiokarbon sampel.



Namun untuk mengetahui jumlah C-14 yang ada pada jaringan yang sudah mati seperti fosil misalnya jelas tidak mudah. Apalagi produksi C-14 di atmosfer tidak konstan dari waktu ke waktu, karena fluktuasi jumlah sinar kosmik yang mencapai bumi.

Lalau bagaimana para ilmuwan mengetahui usia fosil denga metode C-14 ? Waktu paruh karbon-14 adalah 5.730 tahun, ini menjadikannya ideal bagi para ilmuwan yang ingin mempelajari 50.000 tahun terakhir sejarah di Bumi.

"Itu pada dasarnya mencakup bagian yang sangat menarik dari sejarah manusia untuk mengetahui perkembangan peradaban hingga asal mula pertanian melalui radio karbon ini," kata Higham.

Namun, objek yang lebih tua dari itu telah kehilangan lebih dari 99% karbon-14 mereka. "Ini menyisakan sedikit karbon-14 untuk dideteksi," kata Brendan Culleton, asisten profesor riset di Laboratorium Radiocarbon di Pennsylvania State University.



Untuk objek yang lebih tua, para ilmuwan tidak menggunakan metode C-14 sebagai ukuran umur. Sebaliknya, mereka sering melihat isotop radioaktif dari unsur lain yang ada di lingkungan.

Untuk benda tertua di dunia, penanggalan uranium-thorium-lead adalah metode yang paling berguna. "Kami menggunakannya untuk menentukan usia Bumi," kata Higham.

Meskipun penanggalan radiokarbon hanya berguna untuk bahan yang pernah hidup, para ilmuwan dapat menggunakan penanggalan uranium-thorium-lead untuk mengukur usia benda seperti batuan dan lain-lain.
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
China Negara Pertama...
China Negara Pertama yang Rutin Menggunakan Reaktor Nuklir Thorium
Ilmuwan China Bikin...
Ilmuwan China Bikin Memori Tercepat di Dunia Poxiao: Tembus 400 Pikodetik, Bikin AI Berpikir Secepat Manusia
Ilmuwan Gunakan AI untuk...
Ilmuwan Gunakan AI untuk Bicara dengan Lumba-lumba
Fosil Nenek Moyang Manusia...
Fosil Nenek Moyang Manusia Berusia 1 Juta Tahun Ditemukan
Misteri Dinosaurus Cakar...
Misteri Dinosaurus Cakar Maut di Jurrasic World Terpecahkan: Ternyata Suka Lalapan!
Setiap Dinosaurus Memiliki...
Setiap Dinosaurus Memiliki Warna Bulu yang Berbeda-beda, Ini Buktinya
Profil Ignaz Semmelweis,...
Profil Ignaz Semmelweis, Dokter yang Dianggap Gila karena Menyarankan Cuci Tangan bagi Tenaga Medis
Misteri Plesiosaurus...
Misteri Plesiosaurus Terungkap: Monster Loch Ness dengan Kulit ala Lumba-lumba dan Sisik Keras Komodo
Seperti Ular, Fosil...
Seperti Ular, Fosil Berusia 240 Tahun Ini Diklaim Naga China Asli
Rekomendasi
Profesor Marsudi Dicopot...
Profesor Marsudi Dicopot dari Rektor Universitas Pancasila, Ada Apa?
Begini Hubungan Kerabat...
Begini Hubungan Kerabat Raja Salman dengan Pangeran Arab Saudi Si Sleeping Prince yang Koma 20 Tahun
Hasan Nasbi Mundur dari...
Hasan Nasbi Mundur dari Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan
Berita Terkini
ChatGPT Rebut Popularitas...
ChatGPT Rebut Popularitas Karier Prom Engineer
2 jam yang lalu
Susah Sinyal saat Konser?...
Susah Sinyal saat Konser? Wujudkan Koneksi Internet Lancar dengan Hypernet Technologies
2 jam yang lalu
AI Bisa Antisipasi Kecurangan...
AI Bisa Antisipasi Kecurangan Tes Rekrutmen Karyawan
5 jam yang lalu
Google Bayar Rp11 Miliar...
Google Bayar Rp11 Miliar Per Bulan untuk Mengamankan CEO Sundar Pichai
7 jam yang lalu
Lebih Akurat dan Efisien,...
Lebih Akurat dan Efisien, SNDWAY Dorong Penggunaan Pengukuran Digital
7 jam yang lalu
Ngeri! AI Jahat Skynet...
Ngeri! AI Jahat Skynet di Film Terminator yang Menguasai Manusia bisa Jadi Kenyataan 10 Tahun Lagi!
8 jam yang lalu
Infografis
Houthi Tembak Jatuh...
Houthi Tembak Jatuh Drone AS dengan Rudal Buatan Lokal
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved