Huawei Sediakan Teknologi Hijau untuk Bantu Indonesia Capai Karbon Netral

Jum'at, 03 Desember 2021 - 18:43 WIB
loading...
Huawei Sediakan Teknologi Hijau untuk Bantu Indonesia Capai Karbon Netral
Pakar menyebut bahwa seluruh energi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia bisa dipenuhi lewat energi surya atau matahari. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Huawei mengklaim solusi teknologi hijau/green technology bisa mendorong netralitas karbon yang berdampak pada perubahan iklim/climate change. Seperti apa?

Perubahan iklim atau climate change jadi isu seksi di tahun ini. Masalahnya ini: aktivitas manusia membuat peningkatan suhu bumi hingga 1,5 derajat-2 derajat Celcius. ”Aktivitas manusia meningkatkan emisi gas rumah kaca seperti CO2, CH4, hingga Metana yang menangkap panas di atmosfer. Panas dari matahari yang seharusnya keluar, tertangkap oleh gas-gas ini,” ujar Executive Director Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa.



Dampaknya signifikan. Laporan A Degree of Concern: Why Global Temperatures Matter yang dirilis NASA pada 2019 menyebut bahwa banyak wilayah akan dilanda banjir, curah hujan deras, dan bencana alam lainnya.

”Di Indonesia, bisa dilihat dari perubahan cuaca. Misalnya Agustus-September di Kalimantan terjadi banjir karena hujan ekstrim,” beber Fabby. Untuk mencegah suhu bumi tidak mengalami kenaikan, solusinya adalah menekan emisi karbon ke atmosfir. Solusi karbon netral atau emisi nol ini jadi program dan target global.

Kondisi tersebut tercapai jika jumlah emisi karbondioksida yang dilepas ke atmosfer sama dengan jumlah emisi karbon dioksida yang kita keluarkan dari atmosfer.

Huawei Sediakan Teknologi Hijau untuk Bantu Indonesia Capai Karbon Netral

CEO Huawei Indonesia Jacky Chen menegaskan komitmen mereka dalam menyediakan green technology untuk Indonesia seperti solar PV. Foto: dok Huawei Indonesia

Caranya bagaimana? Dengan menggantikan energi fosil menjadi batubara dan pembangkit listrik berbahan gas dan minyak dengan energi bersih terbarukan seperti energi listrik.

Sebagian besar negara menargetkan tercapainya netral karbon pada 2030, sebagian lagi di 2050. Sedangkan Indonesia lewat dokumen Long-term Strategy on Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) 2050 yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan tercapainya netral karbon pada 2070.

”Netralitas karbon telah jadi konsensus dan misi global,” ujar CEO Huawei Digital Power Indonesia Andy Liu dalam pada gelaran Outlook TIK 2022 yang diselenggarakan oleh Huawei Indonesia belum lama ini.

”Ini tidak hanya bisa merevolusi produksi dan konsumsi daya, tetapi juga membawa peluang meningkatkan semua industri serta ekonomi Indonesia,” tambah Andy.

Andy mengatakan, Huawei Digital Power adalah unit bisnis baru yang dirancang untuk menjawab isu mendesak perubahan iklim dan target netral karbon pada 2060.

Solusi Huawei Digital Power berfokus untuk mengintegrasikan teknologi digital dan energi terbarukan, serta menyediakan produk dan solusi yang ramah energi listrik terbarukan seperti transportasi listrik, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang hijau, dan energi berbasis teknologi secara terintegrasi. ”Saat ini kami pemain terdepan di teknologi hijau,” ujar Andy.

Di sektor ketenagalistrikan dan energi terbarukan, Andy menyebut Huawei terus sukses mempertahankan pangsa pasar global nomor satu untuk inverter dan solusi Solar PV.

“Di area transmisi, Huawei memanfaatkan teknologi ICT untuk meningkatkan kemampuan grid menjadi smart grid. Sedangkan di area konsumsi, Huawei menyediakan komponen utama dalam kendaraan listrik dan untuk stasiun pengisian,” tambahnya.

Huawei Sediakan Teknologi Hijau untuk Bantu Indonesia Capai Karbon Netral

Solar Photovoltaic (PV) atau pembangkit listrik yang menggunakan sel surya adalah salah satu solusi andalan mereka.

Teknologi tersebut mengubah sinar radiasi matahari menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tersebut merupakan bentuk energi terbarukan dalam pemanfaatan salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

Apalagi, letak Indonesia sebagai negara tropis yang terletak di kawasan khatulistiwa dengan potensi energi matahari melimpah dengan radiasi harian rata-rata energi surya 4.8 KWh/m2.

Menurut Fabby, sistem panel surya dapat dipasang di seluruh wilayah Indonesia selama lokasi terkena sinar matahari dan tidak terhalang bayangan benda apapun.

Karena itu, energi matahari dapat menjadi sumber energi utama di masa depan karena potensinya sangat besar dan merupakan sumber energi tak terbatas serta ramah lingkungan,.

Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi solar PV ditargetkan mencapai 6,4 GW pada 2025, terdiri atas sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar, solar home system (SHS), dan solar PV rooftop.

Fabby bahkan menyebut bahwa seluruh energi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia bisa dipenuhi dengan energi surya. ”Dan bahkan hanya butuh 4 persen dari semua lahan di Indonesia,” ungkapnya.



Menurutnya, dengan energi surya, listrik yang dihasilkan siang hari akan terus ada dan disimpan dengan teknologi baterai dengan system management yang canggih. ”Disinilah peran teknologi digital,” bebernya.

Bahkan, ia menyebut bahwa setiap instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang mampu menghasilkan 1 GigaWatt bisa membuka 20.000-30.000 lapangan kerja baru. ”Dampak ekonomi terhadap GDP Indonesia juga sangat masif. 2.000 unit PLTS atap yang menghasilkan 9 MegaWatt bisa menciptakan nilai ekonomi USD17,9 juta.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2283 seconds (0.1#10.140)