Ulat Pemakan Daun Ternyata Berperan Penting Meningkatkan Kualitas Air

Rabu, 17 November 2021 - 12:33 WIB
loading...
Ulat Pemakan Daun Ternyata...
Hasil penelitian para ahli biologi University of Cambridge, Inggris, ulat pemakan daun ternyata punya peran penting meningkatkan kualitas air. Foto/Ist/nationalinterest
A A A
LONDON - Ulat pemakan daun secara umum dikenal sebagai hama yang merugikan. Apalagi jika terjadi serangan hama ulat pemakan daun pada area pertanian atau perkebunan.

Namun, kehadiran ulat pemakan daun ternyata tidak selamanya mendatangkan kerugian. Hasil penelitian para ahli biologi University of Cambridge, Inggris, ulat pemakan daun ternyata punya peran penting meningkatkan kualitas air .

Profesor Andrew Tanentzap dari Departemen Ilmu Tanaman Universitas Cambridge dalam jurnal Nature Communications mengatakan, aktivitas ulat pemakan daun mengubah siklus nutrisi yang menghasilkan karbon dan nitrogen.

"Serangga (ulat pemakan daun) ini pada dasarnya adalah mesin kecil yang mengubah daun kaya karbon menjadi kotoran kaya nitrogen,” kata Andrew Tanentzap dikutip dari laman sciencedaily, Rabu (17/11/2021). (Baca juga; Ini Rahasia Mengapa Anak Bebek Berenang di Belakang Induknya )

Dia melakukan penelitian terhadap wabah ulat ngengat gipsi invasif (Lymantria dispar dispar) dan ngengat ulat tenda hutan (Malacasoma disstria) di hutan beriklim sedang di Kanada. Wabah yang biasa terjadi setidaknya setiap lima tahun, mengakibatkan jumlah daun (mengandung karbon) yang gugur berkurang karena banyak dimakan ulat.

Sebaliknya, terjadi peningkatan kotoran yang dihasilkan dari metabolisme ulat pemakan daun. Kotoran serangga yang biasa disebut frass ini kaya akan kandungan nitrogen. Peningkatan jumlah kotoran ulat pemakan daun ini mengubah siklus nutrisi dalam skala besar, terutama karbon dan nitrogen, antara tanah dan danau di dekatnya.

“Kotoran (ulat pemakan daun yang mengandung nitrogen) ketika jatuh ke danau, secara signifikan mengubah kimia air. Berbeda efeknya jika daun (mengandung karbon) yang jatuh ke danau, kami pikir ini akan meningkatkan gas rumah kaca," kata Andrew Tanentzap.

Kotoran serangga kaya nitrogen yang jatuh ke danau, atau di atas tanah dan mengalir ke air danau, bertindak sebagai pupuk bagi mikroba. Akibat metabolisme mikroba, banyak karbon dioksida dari dalam air yang dilepaskan ke udara. (Baca juga; 3 Spesies Hiu Ditemukan di Sungai Thames London )

Studi tersebut menemukan bahwa dalam beberapa tahun saat wabah serangan serangga, luas daun hutan berkurang rata-rata 22%. Namun, pada saat yang sama, danau-danau terdekat mengandung 112% lebih banyak nitrogen terlarut dan 27% lebih sedikit karbon terlarut.

Untuk mendapatkan hasil lebih detail, para peneliti menggabungkan data selama 32 tahun dari survei pemerintah saat wabah serangga, kondisi air 12 danau di Ontario, dan data penginderaan jauh satelit tentang kondisi hutan. Ini diyakini sebagai studi paling ekstensif yang pernah dilakukan tentang bagaimana wabah serangga berdampak pada dinamika karbon dan nitrogen air tawar.

Kemudian dibandingkan dengan sebuah studi 26 tahun sebelumnya dari 266 danau di belahan bumi utara yang menunjukkan kandungan karbon secara alami terakumulasi di perairan danau, proses ini disebut pencoklatan (browning). Kandungan karbon dan nitrogen dalam air danau berasal dari daun yang gugur dan membusuk.

Dari hasil penelitian baru saat wabah serangga, ternyata ulat pemakan daun dapat secara efektif mengimbangi akumulasi karbon sepanjang tahun di danau terdekat, secara signifikan meningkatkan kualitas air. Penelitian ini menemukan bahwa kandungan karbon terlarut dalam air danau rata-rata 27% lebih sedikit.

"Wabah serangga (ulat) pemakan daun dapat mengurangi karbon terlarut dalam air danau hingga hampir sepertiganya, dibanding ketika dipenuhi daun yang gugur. Sungguh menakjubkan bahwa serangga ini dapat memiliki efek yang begitu nyata pada kualitas air," kata Sam Woodman, seorang peneliti di Departemen Ilmu Tanaman Universitas Cambridge.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Mengapa Danau Aral Mengering?
Mengapa Danau Aral Mengering?
India Akan Blokir Aliran...
India Akan Blokir Aliran Air Danau yang Menuju Pakistan
Bumi Bakal Terbakar...
Bumi Bakal Terbakar Matahari, Elon Musk Ngotot Pindahkan Manusia ke Mars
Danau Raksasa Tiba-tiba...
Danau Raksasa Tiba-tiba Muncul Kembali setelah 130 Tahun Menghilang
Fenomena Alam Pemicu...
Fenomena Alam Pemicu Ratusan Gempa Bumi per-Hari Terdeteksi
Lempeng Tektonik Berubah...
Lempeng Tektonik Berubah Drastis, Riset Klaim India Mulai Terbagi Jadi Dua
Banjir Rob Ancam Pesisir...
Banjir Rob Ancam Pesisir Utara Jakarta Akibat Fenomena Bulan Purnama, Ini Wilayah Terdampak
Terdeteksi, Fenomena...
Terdeteksi, Fenomena Alam Pemicu Ratusan Gempa Bumi per-Hari
Citayam Bogor dan Sekitarnya...
Citayam Bogor dan Sekitarnya Diguyur Hujan Es, Ini Analisis BMKG
Rekomendasi
UUM dan Uhamka Perpanjang...
UUM dan Uhamka Perpanjang Kerja Sama Strategis Bidang Pendidikan
Profil Prof Soenardi...
Profil Prof Soenardi Prawirohatmodjo, Dekan Fakultas Kehutanan UGM yang Namanya Tertera di Ijazah Jokowi
Inginkan Bibir Cantik...
Inginkan Bibir Cantik tapi Takut Kering? Simak Tips Simpel Berikut Ini
Berita Terkini
Jangan Sampai Ketinggalan!...
Jangan Sampai Ketinggalan! Bitcoin Cs Bangkit dari Kubur, Siap-Siap Panen Cuan?
Apple Siapkan Chip Implan...
Apple Siapkan Chip Implan Otak yang Bisa Kendalikan Perangkat Teknologi
Ilmuwan Top Gambarkan...
Ilmuwan Top Gambarkan Kondisi Terakhir Alam Semesta sebelum Kiamat Datang
Geger Pernyataan Menkes:...
Geger Pernyataan Menkes: Pria Bercelana 33 Inci Umur Lebih Pendek? Bongkar Fakta Obesitas yang Lebih Mengerikan!
Ini Bukti Nyata AI Mampu...
Ini Bukti Nyata AI Mampu Menguasai Perasaan Manusia
Elon Musk Minta Robot...
Elon Musk Minta Robot Tesla Menari untuk Keluarga Kerajaan Arab Saudi
Infografis
Ini Penjelasan Warna...
Ini Penjelasan Warna Singa Putih Ternyata Bukan Albino
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved