Kontroversi Tombol Benci YouTube di Mata Para Konten Kreator
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengguna atau konten kreator YouTube tidak akan lagi bisa melihat berapa jumlah orang yang tidak menyukai atau "dislike" di hasil video yang mereka buat. Hal itu dilakukan untuk melindungi mereka dari kekecewaan dan stress karena terus-terusan tidak disukai.
Apalagi jika ketidaksukaan itu dilakukan secara terkordinasi. Dikutip BBC, ketidaksukaan yang terkordinasi atau dislike bombing kerap terjadi di YouTube agar jumlah pengikut konten kreator di platform sosial media itu berkurang.
Beberapa konten kreator menyambut baik keputusan itu. Sebaliknya sebagian dari mereka malah menentang. Menurut mereka keputusan itu sama sekali tidak membantu. Uniknya keputusan YouTube menghilangkan tombol "dislike" , yang diunggah di YouTube, justru mendapatkan tombol benci yang sangat besar yakni mencapai 53.000.
Keputusan YouTube itu diyakini merupakan cara untuk melindungi para konten kreator yang baru memulai kreasi mereka. Banyak para konten kreator pemula justru dirundung dengan dislike bombing tanpa alasan yang jelas. Padahal kreasi mereka justru baru mulai berkembang.
Hal itu diamini oleh Kenzo Jae, musisi muda berusia 18 tahun yang mengunggah seluruh karyanya di YouTube. Menurutnya menghilangkan tombol "dislike" memang akan sangat membantu kesehatan mental para konten kreator muda.
"Kita mungkin sudah mengeluarkan segala kemampuan kita untuk menghasilkan sebuah karya. Namun hasilnya ternyata tidak seperti yang kita inginkan. Ketidaksukaan yang besar justru membuat kita jadi sangat kecewa," cerita Kenzo Jae.
Dia bahkan mengaku sebelum YouTube memutuskan menghilangkan tombol benci, dia juga telah mengatur akun Instagram miliknya agar tidak bisa diberi tanda suka. "Saya pikir dalam berkreasi kita tidak perlu tahu seberapa banyak orang yang menyukai karya kita. Apalagi yang membencinya," terangnya.
Konten kreator lainnya memang punya pendapat berbeda. Umumnya datang dari konten kreator yang sudah memiliki basis penggemar puluhan juta. Konten kreator Felix Arvid Ulf Kjellberg atau lebih dikenal PewDiePie justru ingin agar tombol benci itu tetap dipertahankan.
Dia bahkan membuat video kampanye di YouTube agar tombol itu tidak dihilangkan. Dia meminta semua pengikutnya untuk menekan tombol benci di unggahan video kampanye itu. Uniknya jumlah benci yang diperoleh mencapai 5,6 juta.
Menurut dia tombol dislike justru merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah kreasi yang dibuat membantu atau tidak. Dia mencontohkan video tutorial yang banyak beredar di YouTube. Apabila video itu mendapatkan tombol "dislike" yang banyak maka dia tidak perlu menonton panduan itu. "Karena kita sudah seakan tahu video panduan itu tidak akan berguna," ujarnya.
Hanya saja dia mengamini adanya kebencian terkordinasi yang dilakukan untuk menjatuhkan mental konten kreator. Hanya saja hal itu sebenarnya bisa diatasi oleh konten kreator itu sendiri dengan melakukan pengaturan tertentu seperti menghilangkan tombol tidak suka. "YouTube hanya membenarkan sesuatu yang sebenarnya sudah teratasi sebelumnya," jelasnya.
Apalagi jika ketidaksukaan itu dilakukan secara terkordinasi. Dikutip BBC, ketidaksukaan yang terkordinasi atau dislike bombing kerap terjadi di YouTube agar jumlah pengikut konten kreator di platform sosial media itu berkurang.
Beberapa konten kreator menyambut baik keputusan itu. Sebaliknya sebagian dari mereka malah menentang. Menurut mereka keputusan itu sama sekali tidak membantu. Uniknya keputusan YouTube menghilangkan tombol "dislike" , yang diunggah di YouTube, justru mendapatkan tombol benci yang sangat besar yakni mencapai 53.000.
Keputusan YouTube itu diyakini merupakan cara untuk melindungi para konten kreator yang baru memulai kreasi mereka. Banyak para konten kreator pemula justru dirundung dengan dislike bombing tanpa alasan yang jelas. Padahal kreasi mereka justru baru mulai berkembang.
Hal itu diamini oleh Kenzo Jae, musisi muda berusia 18 tahun yang mengunggah seluruh karyanya di YouTube. Menurutnya menghilangkan tombol "dislike" memang akan sangat membantu kesehatan mental para konten kreator muda.
"Kita mungkin sudah mengeluarkan segala kemampuan kita untuk menghasilkan sebuah karya. Namun hasilnya ternyata tidak seperti yang kita inginkan. Ketidaksukaan yang besar justru membuat kita jadi sangat kecewa," cerita Kenzo Jae.
Dia bahkan mengaku sebelum YouTube memutuskan menghilangkan tombol benci, dia juga telah mengatur akun Instagram miliknya agar tidak bisa diberi tanda suka. "Saya pikir dalam berkreasi kita tidak perlu tahu seberapa banyak orang yang menyukai karya kita. Apalagi yang membencinya," terangnya.
Konten kreator lainnya memang punya pendapat berbeda. Umumnya datang dari konten kreator yang sudah memiliki basis penggemar puluhan juta. Konten kreator Felix Arvid Ulf Kjellberg atau lebih dikenal PewDiePie justru ingin agar tombol benci itu tetap dipertahankan.
Dia bahkan membuat video kampanye di YouTube agar tombol itu tidak dihilangkan. Dia meminta semua pengikutnya untuk menekan tombol benci di unggahan video kampanye itu. Uniknya jumlah benci yang diperoleh mencapai 5,6 juta.
Menurut dia tombol dislike justru merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah kreasi yang dibuat membantu atau tidak. Dia mencontohkan video tutorial yang banyak beredar di YouTube. Apabila video itu mendapatkan tombol "dislike" yang banyak maka dia tidak perlu menonton panduan itu. "Karena kita sudah seakan tahu video panduan itu tidak akan berguna," ujarnya.
Hanya saja dia mengamini adanya kebencian terkordinasi yang dilakukan untuk menjatuhkan mental konten kreator. Hanya saja hal itu sebenarnya bisa diatasi oleh konten kreator itu sendiri dengan melakukan pengaturan tertentu seperti menghilangkan tombol tidak suka. "YouTube hanya membenarkan sesuatu yang sebenarnya sudah teratasi sebelumnya," jelasnya.
(wsb)