Arogya.ai Teknologi Kecerdasan Buatan Game Changer untuk Layanan Kesehatan
loading...
A
A
A
DEPOK - Pandemi Covid-19 membuat layanan kesehatan menjadi sorotan publik dalam hal kecepatan dan ketepatan. Di sisi lain, kompleksitasnya semakin tinggi supaya bisa melayani dan mengobati pasien dengan baik. Pandemi sejatinya telah menguji kapasitas seluruh sumber daya layanan kesehatan di Indonesia.
Di tengah kondisi masih pandemi ini, layanan kesehatan publik dituntut mesti adaptif dengan memanfaatkan teknologi. Penggunaan teknologi terkini dalam era Revolusi Industri 4.0 menjadi salah satu solusi, seperti pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di rumah-rumah sakit. Apalagi ternyata negara-negara yang mampu mengelola dan keluar lebih cepat dari krisis kesehatan global memaksimalkan penggunaan teknologi termasuk di pusat layanan kesehatan seperti rumah sakit.
Maka itu, perusahaan teknologi AI karya anak bangsa, Arogya.ai, lahir untuk mendorong lebih intens pemanfaatna teknologi kecerdasan buatan di rumah sakit Indonesia.
“Arogya hadir memberikan solusi untuk membantu optimalisasi management supply chain layanan kesehatan di Indonesia. Order manager, inventory manager dan h-commerce yang diciptakan Arogya merupakan AI supply chain layanan kesehatan pertama di Indonesia dan diciptakan di Indonesia untuk layanan kesehatan Indonesia yang lebih baik,” kata Victor Fungkong, Founder dan CEO Arogya.ai, saat penandatanganan kerja sama Arogya.ai dengan RSUI dan ILUNI UI di RSUI, Depok, Jawa Barat, Jumat pagi (5/11/2021).
Hadir dalam penandatangan tersebut Direktur Utama RSUI Astuti Giantini dan Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian. Menurut Victor, Presiden Joko Widodo pada 2018 pernah menyampaikan agar rumah sakit bisa membangun sistem yang terintegrasi dan menjadi smart hospital, yang memanfaatkan teknologi inovatif secara ekstensif untuk meningkatkan kualitas perawatan dan pengalaman pasien sekaligus mengurangi biaya.
Dalam konteks smart hospital itu, teknologi AI mampu mendukung manajemen supply chain memaksimalkan administrasi dan operasional rumah sakit. Apalagi betapa vitalnya supply chain dalam sistim pelayanan rumah sakit.
Riset Cardinal Health Survey tentang supply chain rumah sakit menyebutkan, 65 persen responden mengakau mengalami kejadian dokter terpaksa menunda prosedur operasi karena ketidaktersediaan obat dan alat medis yang dibutuhkan karena sistem purchasing kurang optimal.
“Kita juga melihat arus kas rumah sakit dipengaruhi perputaran stok obat-obatan dan peralatan medis. Semakin cepat perputaran stok, semakin lancar arus kas rumah sakit. Namun, sering kali purchasing rumah sakit melakukan proyeksi kebutuhan obat-obatan dan peralatan medis berdasarkan analisis statis, bukan analisis dinamik. Akibatnya, proyeksinya kurang akurat dan mengakibatkan overstock/understock. Dengan sistem order dan inventory management berbasis AI, managemen rumah sakit sangat dibantu untuk dapat membuat keputusan pemesanan dan pembelian stok obat-obatan serta peralatan medis dengan akurat, “ pungkas dia.
Direktur Utama RSUI DR. dr. Astuti Giantini Sp. PK (K), MPH menyambut baik kerja sama dengan perusahaan teknologi Arogya.ai. Sebab pentingnya penggunaan teknologi untuk mendukung manajeman rumah sakit dalam meningkatkan layanan kesehatan.
“Dukungan ini tidak hanya untuk masa pandemi, tapi berlanjut hingga masa post-pandemic. Untuk itu, kami sangat mengapreasiasi hadirnya inovasi pemanfaatan teknologi AI di RSUI,” ungkap dr. Astuti.
Menurut dr. Astuti, teknologi AI menghadirkan sistem yang terintegrasi dan lebih efisien. Mulai dari supply chain hingga administrasi, sehingga diharapkan teknologi ini dapat menekan biaya operasional yang lebih besar.
“Ini juga menjadi langkah kesiapan RSUI untuk menjadi rumah sakit yang menerapkan digitalisasi di Indonesia guna mendukung Universal Health Coverage (UHC). RSUI berharap kolaborasi ini dapat berjalan efektif dalam upaya peningkatan layanan kesehatan yang terintegrasi dengan teknologi tinggi,” ujarnya.
Sementara, Andre Rahadian, Ketua Umum ILUNI UI, berpendapat inovasi teknologi di bidang kesehatan merupakan salah satu titik perhatian ILUNI. Sebab teknologi memiliki kekuatan besar untuk membantu tugas rumah sakit dan nakes di tengah pandemi.
“Dengan semangat ‘Sinergi Temu’, melalui Center ILUNI 4.0, kami mencoba merangkul Arogya.ai, perusahaan milik alumnus UI, yang diharapkan mampu mengembangkan RSUI sebagai rumah sakit pendidikan,” ujar Andre.
Harapannya, kerja sama ini yang merupakan “Hasil Temu” dapat menjadi legacy di dunia kesehatan, meski bukan kali pertama. Sebelumnya, ILUNI UI juga memberikan dukungan dalam inovasi kesehatan sepeti disinfeksi udara berbasis UVC dan ventilator .
Di tengah kondisi masih pandemi ini, layanan kesehatan publik dituntut mesti adaptif dengan memanfaatkan teknologi. Penggunaan teknologi terkini dalam era Revolusi Industri 4.0 menjadi salah satu solusi, seperti pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di rumah-rumah sakit. Apalagi ternyata negara-negara yang mampu mengelola dan keluar lebih cepat dari krisis kesehatan global memaksimalkan penggunaan teknologi termasuk di pusat layanan kesehatan seperti rumah sakit.
Maka itu, perusahaan teknologi AI karya anak bangsa, Arogya.ai, lahir untuk mendorong lebih intens pemanfaatna teknologi kecerdasan buatan di rumah sakit Indonesia.
“Arogya hadir memberikan solusi untuk membantu optimalisasi management supply chain layanan kesehatan di Indonesia. Order manager, inventory manager dan h-commerce yang diciptakan Arogya merupakan AI supply chain layanan kesehatan pertama di Indonesia dan diciptakan di Indonesia untuk layanan kesehatan Indonesia yang lebih baik,” kata Victor Fungkong, Founder dan CEO Arogya.ai, saat penandatanganan kerja sama Arogya.ai dengan RSUI dan ILUNI UI di RSUI, Depok, Jawa Barat, Jumat pagi (5/11/2021).
Hadir dalam penandatangan tersebut Direktur Utama RSUI Astuti Giantini dan Ketua Umum ILUNI UI Andre Rahadian. Menurut Victor, Presiden Joko Widodo pada 2018 pernah menyampaikan agar rumah sakit bisa membangun sistem yang terintegrasi dan menjadi smart hospital, yang memanfaatkan teknologi inovatif secara ekstensif untuk meningkatkan kualitas perawatan dan pengalaman pasien sekaligus mengurangi biaya.
Dalam konteks smart hospital itu, teknologi AI mampu mendukung manajemen supply chain memaksimalkan administrasi dan operasional rumah sakit. Apalagi betapa vitalnya supply chain dalam sistim pelayanan rumah sakit.
Riset Cardinal Health Survey tentang supply chain rumah sakit menyebutkan, 65 persen responden mengakau mengalami kejadian dokter terpaksa menunda prosedur operasi karena ketidaktersediaan obat dan alat medis yang dibutuhkan karena sistem purchasing kurang optimal.
“Kita juga melihat arus kas rumah sakit dipengaruhi perputaran stok obat-obatan dan peralatan medis. Semakin cepat perputaran stok, semakin lancar arus kas rumah sakit. Namun, sering kali purchasing rumah sakit melakukan proyeksi kebutuhan obat-obatan dan peralatan medis berdasarkan analisis statis, bukan analisis dinamik. Akibatnya, proyeksinya kurang akurat dan mengakibatkan overstock/understock. Dengan sistem order dan inventory management berbasis AI, managemen rumah sakit sangat dibantu untuk dapat membuat keputusan pemesanan dan pembelian stok obat-obatan serta peralatan medis dengan akurat, “ pungkas dia.
Direktur Utama RSUI DR. dr. Astuti Giantini Sp. PK (K), MPH menyambut baik kerja sama dengan perusahaan teknologi Arogya.ai. Sebab pentingnya penggunaan teknologi untuk mendukung manajeman rumah sakit dalam meningkatkan layanan kesehatan.
“Dukungan ini tidak hanya untuk masa pandemi, tapi berlanjut hingga masa post-pandemic. Untuk itu, kami sangat mengapreasiasi hadirnya inovasi pemanfaatan teknologi AI di RSUI,” ungkap dr. Astuti.
Menurut dr. Astuti, teknologi AI menghadirkan sistem yang terintegrasi dan lebih efisien. Mulai dari supply chain hingga administrasi, sehingga diharapkan teknologi ini dapat menekan biaya operasional yang lebih besar.
“Ini juga menjadi langkah kesiapan RSUI untuk menjadi rumah sakit yang menerapkan digitalisasi di Indonesia guna mendukung Universal Health Coverage (UHC). RSUI berharap kolaborasi ini dapat berjalan efektif dalam upaya peningkatan layanan kesehatan yang terintegrasi dengan teknologi tinggi,” ujarnya.
Sementara, Andre Rahadian, Ketua Umum ILUNI UI, berpendapat inovasi teknologi di bidang kesehatan merupakan salah satu titik perhatian ILUNI. Sebab teknologi memiliki kekuatan besar untuk membantu tugas rumah sakit dan nakes di tengah pandemi.
“Dengan semangat ‘Sinergi Temu’, melalui Center ILUNI 4.0, kami mencoba merangkul Arogya.ai, perusahaan milik alumnus UI, yang diharapkan mampu mengembangkan RSUI sebagai rumah sakit pendidikan,” ujar Andre.
Harapannya, kerja sama ini yang merupakan “Hasil Temu” dapat menjadi legacy di dunia kesehatan, meski bukan kali pertama. Sebelumnya, ILUNI UI juga memberikan dukungan dalam inovasi kesehatan sepeti disinfeksi udara berbasis UVC dan ventilator .
(wbs)