Mengenal Radar Atmosfer Khatulistiwa yang Kini Berusia 20 Tahun

Minggu, 19 September 2021 - 20:05 WIB
loading...
Mengenal Radar Atmosfer...
EAR dapat mengamati perilaku gelombang gravitasi, generasi turbulensi, dan gerakan angin di troposfer dan stratosfer bawah. Foto: dok RISH
A A A
JAKARTA - Wilayah Pasifik bagian barat yang disebut Kepulauan Indonesia merupakan pusat pergerakan atmosfer yang intens dan perubahan atmosfer global.
Namun demikian, mekanisme perubahan dan fluktuasi atmosfer masih belum jelas dipahami dengan baik karena jarangnya data pengamatan di wilayah tersebut.



Kolaborasi ilmiah antara Jepang dan Indonesia dalam studi atmosfer khatulistiwa dimulai pada pertengahan 1980-an.

Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH), dari Kyoto University, Jepang, dan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN (sebelumnya bernama LAPAN), memulai kerja sama ilmiah pada pertengahan 1980 dengan merencanakan Equatorial Radar atau Radar Khatulistiwa, yang merupakan radar raksasa yang ditempatkan tepat di atas khatulistiwa.

Mengenal Radar Atmosfer Khatulistiwa yang Kini Berusia 20 Tahun

Pada 1990, RISH melakukan kampanye pengamatan pertama atmosfer khatulistiwa dengan menggunakan radiosonde.

Kemudian memulai pemasangan dua radar terpadu pada 1992 di PUSPIPTEK, dan radar Middle-Frequency (MF) pada 1995 di Pontianak. Di Indonesia, lembaga lain seperti BMKG, dan ITB juga ikut serta dalam penelitian ini.

Selama kurun waktu 2001-2007, RISH yang dipimpin oleh Prof. S. Fukao, telah menyelesaikan pembangunan Equatorial Atmosphere Radar (EAR) dan meningkatkan kerja sama dengan OR PA-BRIN dalam penelitian Proses Penggabungan di Atmosfer Khatulistiwa.

Mekanisme yang menyebabkan variabilitas atmosfer di wilayah Pasifik barat dianggap memiliki struktur hierarkis dan kompleks, sehingga diperlukan pengamatan atmosfer dalam berbagai skala.

Sebagai fasilitas utama untuk penelitian ini, RISH membangun EAR di Equatorial Atmosphere Observatory, Kototabang, Agam, Sumatera Barat, Indonesia (0.20°LS, 100.32°BT) pada 2001. Pengoperasian EAR di dasarkan pada nota kesepahaman (MOU) antara RISH dan BRIN.

Dalam keterangan resminya, OR PA-BRIN, menjelaskan EAR adalah radar atmosfer yang dioperasikan pada frekuensi tengah sebesar 47-MHz. EAR dirancang untuk mengukur kecepatan angin dan turbulensi vertikal dan horizontal di troposfer dan stratosfer bawah (hingga ketinggian 20 km), dengan resolusi waktu dan ketinggian tinggi (masing-masing kurang dari 1 menit dan 150 m).
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Heboh! Asteroid 2024...
Heboh! Asteroid 2024 PT5 Jadi Bulan Kedua Bumi, Ini Faktanya!
Kerak Bumi Terdeteksi...
Kerak Bumi Terdeteksi Terus-menerus Menurun, Ini Dampaknya
Temuan Baru, Bumi Ternyata...
Temuan Baru, Bumi Ternyata Pernah Memiliki Cincin seperti Saturnus
Ini Fitur Radar Ground...
Ini Fitur Radar Ground Control Interception GM-403 yang Akan Digunakan di IKN
Spesifikasi Radar Ground...
Spesifikasi Radar Ground Control Interception (GCI) GM-403 yang Mengamankan IKN
Struktur Aneh Berbentuk...
Struktur Aneh Berbentuk Huruf Ditemukan di Lapisan Atmosfer Bumi
Dua Asteroid Melintasi...
Dua Asteroid Melintasi Bumi Hari Ini
Gagal Mendarat di Bulan,...
Gagal Mendarat di Bulan, Pesawat Senilai Rp1,7 Triliun Terbakar di Langit
Mengenal Yastreb AV...
Mengenal Yastreb AV Rusia, Sistem Radar Canggih Seharga Rp3,8 Triliun
Rekomendasi
IHSG Hari Ini Berakhir...
IHSG Hari Ini Berakhir Perkasa di Level 6.678, Nilai Transaksi Tembus Rp10,05 T
Apakah Muslimah Boleh...
Apakah Muslimah Boleh Memakai Kulot?
Akad Nikah Luna Maya...
Akad Nikah Luna Maya dan Maxime Bouttier Digelar Tertutup, Lokasi Dirahasiakan
Berita Terkini
Desain 4 Model iPhone...
Desain 4 Model iPhone 17 Bocor, Begini Bentuknya
2 jam yang lalu
Thailand Uji Coba Teknologi...
Thailand Uji Coba Teknologi Peringatan Bencana lewat Smartphone
7 jam yang lalu
Hasil Riset Ungkap Tumbuhan...
Hasil Riset Ungkap Tumbuhan Bisa Menjerit saat Tersakiti
8 jam yang lalu
Dunia Gonjang-Ganjing,...
Dunia Gonjang-Ganjing, Kripto Kok Santai? Intip Rahasia Bitcoin Jadi Benteng Investasi di Tengah Krisis!
10 jam yang lalu
Fokus Masa Depan, LG...
Fokus Masa Depan, LG Bangun Jalinan Konektivitas dengan Mahasiswa
11 jam yang lalu
Kacamata Ray-Ban Dilengkapi...
Kacamata Ray-Ban Dilengkapi Teknologi Penerjemah Bahasa dan Mengirim Pesan
19 jam yang lalu
Infografis
4 Negara yang Dulu Mayoritas...
4 Negara yang Dulu Mayoritas Muslim Kini Jadi Minoritas
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved