Bangun Koloni di Mars, Ilmuwan Ciptakan Beton dari Plasma Darah Astronot
loading...
A
A
A
MANCHESTER - Untuk mewujudkan rencana membuat koloni di Mars , sejumlah ilmuwan melakukan eksperimen membuat beton yang kuat dari bahan yang ada di sekitar Mars. Bahan biokomposit yang dibuat ini bahkan lebih kuat dari beton biasa, dan akan cocok untuk membuat bangunan di luar angkasa.
Serangkaian percobaan dilakukan dan ilmuwan menemukan kombinasi simulasi regolith dari Mars dan Bulan dengan senyawa dalam darah manusia, air seni, keringat, dan air mata ternyata bisa menghasilkan beton yang kuat.
"Para ilmuwan telah mencoba mengembangkan teknologi yang layak untuk menghasilkan bahan seperti beton di permukaan Mars, tetapi kami tidak pernah berhenti untuk berpikir bahwa jawabannya mungkin ada di dalam diri kita selama ini," kata insinyur material Aled Roberts dari University of Manchester di Inggris seperti dikutip Sciencealert, Rabu (15/9/2021).
Roberts mengatakan, ketika manusia membangun pemukiman di luar Bumi, harus diperhitungkan biaya angkut material untuk dibawa roket ke Mars . Menurut data terbaru, biayanya mengangkut material ke luar angkasa setidaknya USD1.500 untuk setiap ons-nya.
Sebuah laporan tahun 2017 menghitung berapa biaya untuk membangun koloni di luar angkasa. Dari perhitungan itu diketahui, biaya pengiriman satu buah batu bata ke Mars bisa mencapai USD2 juta.
Untuk menghemat ongkos membawa material itu, eksperimen dilakukan menggunakan simulan regolith untuk Bulan dan Mars yang berasal dari lapisan atas tanah dan puing-puing di permukaan Bumi. Penelitian ini menunjukkan bahwa regolith ini dapat menjadi bahan bangunan yang layak.
"Tetapi kita masih perlu merekatkannya bersama-sama, dan di situlah beberapa bagian tubuh manusia bisa dimanfaatkan," katanya. Tahun lalu, tim ilmuwan internasional menemukan bahwa senyawa dalam urin manusia bisa membuat beton menjadi lebih kuat dan lebih fleksibel.
Kemudian bahan yang disebut AstroCrete, menggunakan protein yang disebut albumin, ditemukan dalam plasma darah manusia untuk mengikat beton bersama-sama. Menggunakan teknik fabrikasi sederhana, tim menggunakan albumin serum manusia untuk menghasilkan biokomposit regolith ekstraterestrial.
"Pada dasarnya, albumin serum manusia yang diproduksi oleh astronot in vivo dapat diekstraksi secara semi-kontinyu dan dikombinasikan dengan regolith Lunar atau Mars ," tulis para peneliti.
Selama rentang dua tahun, enam astronot dapat menyumbangkan cukup albumin untuk membangun 500 kilogram AstroCrete. Kontribusi setiap anggota kru akan menyediakan bahan bangunan yang cukup untuk memperluas habitat untuk menampung orang itu, menurut perhitungan para peneliti.
Tetapi perlu penelitian lebih lanjut karena perlu diketahui efek kesehatan jangka panjang dari donor plasma terus menerus di lingkungan dengan gravitasi rendah dan radiasi tinggi.
"Kami juga tidak tahu berapa banyak plasma yang dapat diambil dari satu orang secara berkelanjutan, dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi tingkat kelelahan," tulis peneliti.
Kendati begitu, peneliti menyatakan donor plasma tersebut mungkin hanya solusi jangka pendek. Setelah koloni didirikan mungkin tidak ada lagi kebutuhan untuk donor plasma.
"Kami percaya bahwa serum albumin biokomposit regolith ekstraterestrial manusia berpotensi memiliki peran penting dalam koloni Mars yang baru lahir. Tetapi pada akhirnya akan digantikan oleh bioreaktor serbaguna atau teknologi lain saat mereka sudah lama berada di sana," tulis peneliti.
Serangkaian percobaan dilakukan dan ilmuwan menemukan kombinasi simulasi regolith dari Mars dan Bulan dengan senyawa dalam darah manusia, air seni, keringat, dan air mata ternyata bisa menghasilkan beton yang kuat.
"Para ilmuwan telah mencoba mengembangkan teknologi yang layak untuk menghasilkan bahan seperti beton di permukaan Mars, tetapi kami tidak pernah berhenti untuk berpikir bahwa jawabannya mungkin ada di dalam diri kita selama ini," kata insinyur material Aled Roberts dari University of Manchester di Inggris seperti dikutip Sciencealert, Rabu (15/9/2021).
Roberts mengatakan, ketika manusia membangun pemukiman di luar Bumi, harus diperhitungkan biaya angkut material untuk dibawa roket ke Mars . Menurut data terbaru, biayanya mengangkut material ke luar angkasa setidaknya USD1.500 untuk setiap ons-nya.
Sebuah laporan tahun 2017 menghitung berapa biaya untuk membangun koloni di luar angkasa. Dari perhitungan itu diketahui, biaya pengiriman satu buah batu bata ke Mars bisa mencapai USD2 juta.
Untuk menghemat ongkos membawa material itu, eksperimen dilakukan menggunakan simulan regolith untuk Bulan dan Mars yang berasal dari lapisan atas tanah dan puing-puing di permukaan Bumi. Penelitian ini menunjukkan bahwa regolith ini dapat menjadi bahan bangunan yang layak.
"Tetapi kita masih perlu merekatkannya bersama-sama, dan di situlah beberapa bagian tubuh manusia bisa dimanfaatkan," katanya. Tahun lalu, tim ilmuwan internasional menemukan bahwa senyawa dalam urin manusia bisa membuat beton menjadi lebih kuat dan lebih fleksibel.
Kemudian bahan yang disebut AstroCrete, menggunakan protein yang disebut albumin, ditemukan dalam plasma darah manusia untuk mengikat beton bersama-sama. Menggunakan teknik fabrikasi sederhana, tim menggunakan albumin serum manusia untuk menghasilkan biokomposit regolith ekstraterestrial.
"Pada dasarnya, albumin serum manusia yang diproduksi oleh astronot in vivo dapat diekstraksi secara semi-kontinyu dan dikombinasikan dengan regolith Lunar atau Mars ," tulis para peneliti.
Selama rentang dua tahun, enam astronot dapat menyumbangkan cukup albumin untuk membangun 500 kilogram AstroCrete. Kontribusi setiap anggota kru akan menyediakan bahan bangunan yang cukup untuk memperluas habitat untuk menampung orang itu, menurut perhitungan para peneliti.
Tetapi perlu penelitian lebih lanjut karena perlu diketahui efek kesehatan jangka panjang dari donor plasma terus menerus di lingkungan dengan gravitasi rendah dan radiasi tinggi.
"Kami juga tidak tahu berapa banyak plasma yang dapat diambil dari satu orang secara berkelanjutan, dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi tingkat kelelahan," tulis peneliti.
Kendati begitu, peneliti menyatakan donor plasma tersebut mungkin hanya solusi jangka pendek. Setelah koloni didirikan mungkin tidak ada lagi kebutuhan untuk donor plasma.
"Kami percaya bahwa serum albumin biokomposit regolith ekstraterestrial manusia berpotensi memiliki peran penting dalam koloni Mars yang baru lahir. Tetapi pada akhirnya akan digantikan oleh bioreaktor serbaguna atau teknologi lain saat mereka sudah lama berada di sana," tulis peneliti.
(ysw)