Sinar UV-C Bantu Kurangi Risiko Transmisi Virus di Dalam Ruang

Jum'at, 06 Agustus 2021 - 11:03 WIB
loading...
Sinar UV-C Bantu Kurangi Risiko Transmisi Virus di Dalam Ruang
Foto/Signify
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 masih mewabah di seluruh dunia. Salah satu penyebarannya juga bisa lewat aerosol di udara. Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh WHO pada Juli lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia itu menyatakan bahwa transmisi Covid-19 dalam bentuk aerosol atau partikel halus yang melayang dan bisa bertahan di udara, bisa terjadi di dalam ruangan yang padat dan tidak memiliki ventilasi udara memadai.

Berangkat dari hal itu, Dedy Bagus Pramono, Country Leader Signify Indonesia , menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan akan pentingnya menjaga kualitas udara.



Signify memiliki teknologi UV, dan memiliki rekam jejak atas inovasi dan keahlian aplikasi yang kuat dalam pencahayaan UV-C, "Maka dari itu, penting untuk memperhatikan kualitas udara, terutama di dalam ruang tertutup," kata Dedy.

Dedy menambahkan, pandemi ini memacu Signify untuk membawa berbagai aplikasi pencahayaan berteknologi UV-C sebagai solusi yang dapat membantu menangani penyebaran virus, bakteri, dan berbagai mikroorganisme pembawa penyakit lainnya.

"Penggunaan teknologi UV-C dapat turut berperan dalam mempercepat pulihnya kehidupan dan aktivitas masyarakat serta membantu mendorong perekonomian," tambahnya.

Sementara itu, dalam diskusi virtual bertajuk “Perlindungan Gelombang Lanjutan: Desinfeksi Udara dalam Ruang dengan UV-C untuk Mengurangi Risiko Transmisi Virus & Bakteri melalui Udara”, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health, Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan pandemi ini bukanlah yang pertama maupun terakhir.

Umumnya, lanjut dia, pandemi yang menjadi masalah besar bagi manusia itu berupa penyakit yang ditularkan melalui udara. Dengan demikian, pencegahan transmisi penyakit melalui udara sangat penting, tidak hanya terkait Covid-19 saat ini, tapi juga ke depannya.

"Teknologi dapat membantu manusia keluar dari situasi krisis seperti sekarang ini, dan menjaga kualitas udara tetap jernih dan sehat supaya terhindar dari berbagai macam potensi penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan jamur," kata dia.



Dicky menjelaskan, potensi penularan di dalam ruangan terutama yang tidak memiliki ventilasi memadai, sangat besar. Meskipun ruangannya besar, tetapi sirkulasi udara harus dihitung dengan cermat. Sebagai gambaran, droplet yang dihasilkan orang bersin atau batuk bisa terbawa udara hingga sejauh 9 meter.

Ventilasi yang tidak memadai dalam ruangan tertutup dapat menyebabkan virus dan bakteri bertahan lebih lama di udara, sehingga saat seseorang masuk atau berjalan melewati ruang tersebut dan menghirup udaranya, mereka bisa terinfeksi.

"Oleh karena itu, kita perlu memastikan ventilasi dan sirkulasi udara bersih yang memadai, apalagi di ruang-ruang publik tertutup seperti perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah makan, hingga rumah ibadah di mana ada banyak orang beraktivitas," ungkap Dicky.

Sementara itu, Deddy El Rashid, Praktisi Pengelola Bangunan yang juga menjabat sebagai Sekjen BOMA Indonesia dan BOG ASHRAE Indonesia, menyatakan penting bagi kita untuk memiliki pedoman yang baru terkait infrastruktur bangunan dalam era adaptasi kebiasaan baru ini.

Salah satunya adalah dengan melengkapi alat desinfeksi udara yang aman, efektif dan handal untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruang dan mengurangi resiko penyebaran penyakit melalui udara, seperti Covid-19.

“Salah satu teknologi yang paling efektif untuk mendesinfeksi baik udara maupun permukaan adalah dengan sinar UV-C. Terutama pada pada panjang gelombang 253.7 nm atau 254 nm, sinar UV-C diketahui paling efektif dalam menonaktifkan segela jenis bakteri dan virus. Karenanya UV-C disebut juga sebagai GUV (Germicidal Ultraviolet) atau UVGI (Ultraviolet Germicidal Irradiation),” tuturnya.

Menurut Deddy El Rashid, ada empat aplikasi UV-C yang dapat diterapkan di gedung-gedung profesional, yaitu untuk desinfeksi udara di atas ruangan (upper air), desinfeksi udara pada permukaan coil pendingin, desinfeksi pada saluran udara dan desinfeksi permukaan dalam ruangan.



“Dari keempat aplikasi tersebut, yang mudah dan efektif dilakukan adalah memasang UV-C air disinfection, khususnya jenis UV-C upper air," ujar Deddy, pada kesempatan yang sama.

Lebih lanjut, Deddy juga menjelaskan mengenai Equivalent Air Changes Per Hour (eACH) atau “Penyesuaian Pertukaran Udara Setara per Jam”, yang merupakan kemampuan pengelola bangunan dalam mengantisipasi kontrol asupan udara untuk mengendalikan mikroorganisme di udara dengan metode lain, seperti penggunaan UV-C Upper Air untuk mendesinfeksi udara, dan HEPA filter yang berfungsi untuk menyaring udara.

Kedua metode ini jika diaplikasikan pada tingkat tertentu dapat mengantikan ventilasi mekanis. Jadi, bila ACH diukur berdasarkan banyaknya udara dari luar yang masuk ke dalam untuk melarutkan partikel yang berpotensi berbahaya di dalam ruangan, eACH merupakan penyesuaian setara yang didapatkan melalui alat bantu, misalnya dengan kombinasi penggunaan UV-C ruang atas dan HEPA filter.

"Bagi bangunan yang sulit untuk menambahkan ventilasi guna memperbanyak aliran udara luar yang masuk, UV-C ruang atas dapat membantu mencapai eACH yang memadai," tandasnya.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2715 seconds (0.1#10.140)