6.000 Siswa SMK Lulus Langsung Siap Kerja Berkat Samsung Tech Institute
loading...
A
A
A
JAKARTA - Samsung Tech Institute (STI) berupaya memperbesar peluang kerja bagi lulusan SMK lewat kemitraan dengan 70 SMK, dan terbukti sukses menyentuh 6000 orang siswa dan 150 guru di seluruh Indonesia.
Faktanya, tingkat pengangguran terbuka saat ini mencapai 7,07%, atau meningkat 1,84% akibat menurunnya peluang kerja selama pandemi. Karenanya sejak 2013, STI berupaya menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan industri.
Program STI memberi kesempatan bagi para siswa memiliki keahlian sesuai kebutuhan industri. Sehingga memperbesar peluang kerja ketika mereka lulus.
”Inisiatif ini sekaligus mendukung program link and match yang digaungkan oleh pemerintah sejak 2017,” ujar Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.
Ke depannya Samsung akan terus berusaha untuk memberikan kesempatan kepada SMK-SMK lain di Indonesia agar bisa bergabung dengan program STI.
Beroperasi secara resmi sejak 2013 dengan nama Rumah Belajar Samsung, program STI bertujuan memberi pelatihan perbaikan alat-alat elektronik bagi generasi muda dengan bermacam-macam latar belakang. Sehingga lulusannya memiliki keterampilan lebih dan mampu bersaing mendapatkan pekerjaan.
Pada 2017, program ini disempurnakan dengan memperkaya kurikulum dan target penerima manfaat yaitu SMK agar menciptakan para lulusan yang dapat diserap langsung oleh industri.
Ada tiga kurikulum yang terdiri dari kelas Home Appliances (HA), Audio Video (AV) dan Hand Held Product (HHP) untuk kelas 10, 11 dan 12. ”Sehingga program STI selaras dengan upaya pemerintah dalam merealisasikan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK.” Beber Ennita.
Selain menyediakan kurikulum pelatihan sama dengan keterampilan dasar yang diterapkan pada Samsung Service Center, Samsung juga memfasilitasi siswa dan guru untuk melaksanakan praktek kerja lapangan industri di Samsung Service Center dan afiliasinya.
Faktanya, tingkat pengangguran terbuka saat ini mencapai 7,07%, atau meningkat 1,84% akibat menurunnya peluang kerja selama pandemi. Karenanya sejak 2013, STI berupaya menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan industri.
Program STI memberi kesempatan bagi para siswa memiliki keahlian sesuai kebutuhan industri. Sehingga memperbesar peluang kerja ketika mereka lulus.
”Inisiatif ini sekaligus mendukung program link and match yang digaungkan oleh pemerintah sejak 2017,” ujar Ennita Pramono, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia.
Ke depannya Samsung akan terus berusaha untuk memberikan kesempatan kepada SMK-SMK lain di Indonesia agar bisa bergabung dengan program STI.
Beroperasi secara resmi sejak 2013 dengan nama Rumah Belajar Samsung, program STI bertujuan memberi pelatihan perbaikan alat-alat elektronik bagi generasi muda dengan bermacam-macam latar belakang. Sehingga lulusannya memiliki keterampilan lebih dan mampu bersaing mendapatkan pekerjaan.
Pada 2017, program ini disempurnakan dengan memperkaya kurikulum dan target penerima manfaat yaitu SMK agar menciptakan para lulusan yang dapat diserap langsung oleh industri.
Ada tiga kurikulum yang terdiri dari kelas Home Appliances (HA), Audio Video (AV) dan Hand Held Product (HHP) untuk kelas 10, 11 dan 12. ”Sehingga program STI selaras dengan upaya pemerintah dalam merealisasikan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK.” Beber Ennita.
Selain menyediakan kurikulum pelatihan sama dengan keterampilan dasar yang diterapkan pada Samsung Service Center, Samsung juga memfasilitasi siswa dan guru untuk melaksanakan praktek kerja lapangan industri di Samsung Service Center dan afiliasinya.