Penggunaan Meningkat, DANA Serukan Pengguna Peduli Keamanan Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan dompet digital DANA semakin meluas di masa pandemik COVID-19. Ini sejalan imbauan dari WHO untuk menggunakan uang digital, karena kekhawatiran adanya kuman yang menempel pada uang kartal sehingga menjadi pangkal penyebaran virus.
DANA pun merilis miniprogram Siap Siaga COVID-19 yang dapat diakses melalui aplikasi dompet digital DANA demi merespons anjuran WHO. Melalui miniprogram, pengguna bisa mendapatkan beragam update dan informasi edukatif terkait COVID-19, melakukan diagnosa kesehatan secara mandiri, melakukan donasi digital guna membantu penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga medis melalui kerja sama dengan Kitabisa.com, hingga membantu pemerintah melakukan pendataan warung dan UMKM yang terdampak COVID-19.
CEO dan salah satu Founder DANA, Vincent Iswara, mengatakan, banyak pihak yang terdampak oleh pandemik COVID-19. Sekarang saatnya dompet digital buatan anak negeri ini membantu masyarakat untuk bertahan di tengah masa sulit seperti sekarang.
"Sebagai perusahaan teknologi Indonesia, kami mengintegrasikan beragam akses fundamental terkait isu COVID-19 dalam satu akun dompet digital DANA. Ini merupakan bentuk kesungguhan DANA untuk berkontribusi langsung dalam meningkatkan kesadaran dan produktivitas masyarakat, serta bergotong-royong menolong sesama di tengah pandemik,” tutur Vincent.
Makin kayanya fungsi dan manfaat dompet digital DANA dalam mendukung produktivitas sehari-hari, termasuk di tengah pandemik yang tengah terjadi saat ini, mendorong perusahaan untuk kembali menyerukan kepada pengguna tentang pentingnya gaya hidup digital yang aman.
Menurut Norman Sasono, Chief Technology Officer (CTO) DANA, meskipun telah didukung sistem keamanan yang solid, keamanan bertransaksi akan semakin terjamin jika didukung oleh perilaku pengguna yang selalu waspada. “Bagi DANA, keamanan adalah faktor yang sangat penting karena menjadi landasan paling fundamental bagi terbangunnya kepercayaan masyarakat terhadap transaksi nontunai secara digital. Kami telah membangun sistem keamanan yang tangguh yang didukung oleh teknologi terdepan. Untuk menjamin keamanan, kenyaman, dan kelancaran bertransaksi, kami juga menerapkan risk engine, fraud engine, dan machine learning yang mampu menganalisa setiap transaksi yang dilakukan,” papar Norman.
Sistem di DANA dapat mengenali kebiasaan yang dilakukan oleh pengguna, serta menilai transaksi yang wajar atau tidak biasa. Ketika sistem menemukan transaksi yang tidak wajar atau di luar kebiasaan pengguna, sistem akan meminta pengguna untuk memasukkan PIN atau OTP untuk validasi transaksi.
"Meski begitu, pengguna juga dapat mengaktifkan fitur Payment Authentication (otentikasi pembayaran) secara mandiri melalui Menu Setting pada dompet digital DANA-nya. Dengan begitu, sistem akan meminta PIN setiap kali pengguna melakukan transaksi," tandasnya.
Norman memaparkan, di masyarakat, yang sering terjadi adalah kasus penipuan terkait social engineering, yakni upaya penipuan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi guna mengakses akun pengguna, termasuk pengguna layanan dompet digital.
“Interaksi dalam social engineering bisa dilakukan lewat berbagai jalur komunikasi, seperti telepon, email yang menyertakan link untuk phising, direct message di media sosial, aplikasi chatting, atau tatap langsung dengan korban. Social engineering ini biasanya dilakukan dengan halus tanpa disadari oleh korban, dan agak sulit diatasi karena berkaitan juga dengan faktor manusia sebagai pengguna,” tutur Norman.
DANA pun merilis miniprogram Siap Siaga COVID-19 yang dapat diakses melalui aplikasi dompet digital DANA demi merespons anjuran WHO. Melalui miniprogram, pengguna bisa mendapatkan beragam update dan informasi edukatif terkait COVID-19, melakukan diagnosa kesehatan secara mandiri, melakukan donasi digital guna membantu penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga medis melalui kerja sama dengan Kitabisa.com, hingga membantu pemerintah melakukan pendataan warung dan UMKM yang terdampak COVID-19.
CEO dan salah satu Founder DANA, Vincent Iswara, mengatakan, banyak pihak yang terdampak oleh pandemik COVID-19. Sekarang saatnya dompet digital buatan anak negeri ini membantu masyarakat untuk bertahan di tengah masa sulit seperti sekarang.
"Sebagai perusahaan teknologi Indonesia, kami mengintegrasikan beragam akses fundamental terkait isu COVID-19 dalam satu akun dompet digital DANA. Ini merupakan bentuk kesungguhan DANA untuk berkontribusi langsung dalam meningkatkan kesadaran dan produktivitas masyarakat, serta bergotong-royong menolong sesama di tengah pandemik,” tutur Vincent.
Makin kayanya fungsi dan manfaat dompet digital DANA dalam mendukung produktivitas sehari-hari, termasuk di tengah pandemik yang tengah terjadi saat ini, mendorong perusahaan untuk kembali menyerukan kepada pengguna tentang pentingnya gaya hidup digital yang aman.
Menurut Norman Sasono, Chief Technology Officer (CTO) DANA, meskipun telah didukung sistem keamanan yang solid, keamanan bertransaksi akan semakin terjamin jika didukung oleh perilaku pengguna yang selalu waspada. “Bagi DANA, keamanan adalah faktor yang sangat penting karena menjadi landasan paling fundamental bagi terbangunnya kepercayaan masyarakat terhadap transaksi nontunai secara digital. Kami telah membangun sistem keamanan yang tangguh yang didukung oleh teknologi terdepan. Untuk menjamin keamanan, kenyaman, dan kelancaran bertransaksi, kami juga menerapkan risk engine, fraud engine, dan machine learning yang mampu menganalisa setiap transaksi yang dilakukan,” papar Norman.
Sistem di DANA dapat mengenali kebiasaan yang dilakukan oleh pengguna, serta menilai transaksi yang wajar atau tidak biasa. Ketika sistem menemukan transaksi yang tidak wajar atau di luar kebiasaan pengguna, sistem akan meminta pengguna untuk memasukkan PIN atau OTP untuk validasi transaksi.
"Meski begitu, pengguna juga dapat mengaktifkan fitur Payment Authentication (otentikasi pembayaran) secara mandiri melalui Menu Setting pada dompet digital DANA-nya. Dengan begitu, sistem akan meminta PIN setiap kali pengguna melakukan transaksi," tandasnya.
Norman memaparkan, di masyarakat, yang sering terjadi adalah kasus penipuan terkait social engineering, yakni upaya penipuan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi guna mengakses akun pengguna, termasuk pengguna layanan dompet digital.
“Interaksi dalam social engineering bisa dilakukan lewat berbagai jalur komunikasi, seperti telepon, email yang menyertakan link untuk phising, direct message di media sosial, aplikasi chatting, atau tatap langsung dengan korban. Social engineering ini biasanya dilakukan dengan halus tanpa disadari oleh korban, dan agak sulit diatasi karena berkaitan juga dengan faktor manusia sebagai pengguna,” tutur Norman.