Ilmuwan Duga Strain Virus Ebola Lima Tahun Lalu Kembali Merebak di Afrika

Jum'at, 26 Maret 2021 - 22:42 WIB
loading...
Ilmuwan Duga Strain...
Foto/dok
A A A
GUINEA - Para ilmuwan dan pejabat kesehatan global sedang menyelidiki apakah wabah Ebola saat ini di Guinea mungkin dipicu oleh seseorang yang pertama kali terinfeksi virus tersebut selama epidemi Ebola di wilayah tersebut lima tahun lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap individu yang tampaknya memiliki virus yang 'tertidur' di tubuh mereka. Ini menunjukkan bahwa infeksi dapat bertahan begitu orang pulih dan berpotensi untuk memulai wabah di masa depan. (Baca: Kongo Mulai Melakukan Vaksinasi Ebola)

Mengutip CNN , peneliti internasional termasuk tim di Universitas Conakry di Guinea mengurutkan genom dari sembilan sampel yang diambil dari orang yang terinfeksi selama wabah saat ini dan membandingkannya dengan urutan dari wabah sebelumnya untuk membantu mengidentifikasi penyebabnya.

Dalam analisis mereka diketahui kalau wabah terbaru adalah hasil dari kebangkitan strain yang sebelumnya beredar di wabah Afrika Barat. Tim menemukan bahwa jenis virus Ebola yang beredar mirip dengan varian Makano, penyebab wabah skala besar 2014-2016 di Afrika Barat.

"Kemiripannya cukup besar bagi kami untuk menyatakan bahwa ini adalah keluarga virus yang sama," kata Dr. Salam Gueye, direktur Kesiapan dan Tanggap Darurat di Kantor Wilayah WHO untuk Afrika.

Namun Dr. Alpha Keita, Wakil Direktur Center de Recherche et de Formation en Infectiologie de Guinée (CERFIG) di Universitas Conakry, yang memimpin penelitian tersebut mengaku tidak mau terburu-buru menyimpulkan hasilnya. (Baca juga: Suhu Global Naik Satu Derajat, Setengah Penduduk Bumi Terancam Mengungsi)

Dalam laporan terpisah tentang pekerjaan tersebut, Keita menjelaskan bahwa implikasinya dalam hal kesehatan masyarakat dan keselamatan masyarakat, seperti risiko stigmatisasi, kekerasan fisik dan verbal di antara para penderita Ebola sebelumnya.

Kementerian Kesehatan Guinea mengumumkan wabah baru penyakit virus Ebola di wilayah Nzerekore negara itu pada 14 Februari sampai 25 Maret 2021 ditemukan terdapat 18 kasus, yang empat diantaranya masih suspect. Sembilan orang telah meninggal dan 366 kontak sedang ditindaklanjuti. Wabah terbaru dimulai hanya 200 km dari pusat epidemi sebelumnya, menurut para peneliti.

Kasus pertama dalam wabah saat ini diidentifikasi di sub-county Gouecke, adalah seorang perawat yang meninggal pada akhir Januari 2021. Semua kasus lainnya adalah orang-orang yang menghadiri pemakaman pada 1 Februari 2021. (Baca juga: Awal April, NASA Akan terbangkan Helikopter Ingenuity di Mars)

Perawat itu adalah mertua dari pasangan korban yang diduga mengidap virus tersebut selama lima tahun. Pasangan tersebut kemudian meninggal karena penyakit virus Ebola.

Perawat segera mengembangkan penyakit tersebut dan diyakini telah menularkannya kepada orang lain selama pemakaman. "Begitulah awal mula wabah itu," kata Gueye.

Tim di CERFIG kemudian mengurutkan sembilan sampel dari orang yang dinyatakan positif Ebola . Virus itu kemungkin laten dan kemudian ditularkan secara seksual dari satu orang ke orang lain. "Bisa juga virus itu ada di dalam tubuh dan tidak menyebabkan penyakit, tetapi karena mutasi virus atau kekebalan tubuh yang turun itu menyebabkan kambuh," kata Gueye kepada CNN. (Baca juga: Mantan DIrektur Intelijen AS Ungkap Banyaknya Penampakan UFO di Bumi)

Semen diketahui mengandung jejak virus Ebola lama setelah seseorang dinyatakan bebas dari penyakit tersebut. "Kami terus melakukan penyelidikan epidemiologis dan antropologis untuk memperkuat hipotesis itu atau mengecualikannya, tetapi sejauh ini itulah hipotesis terkuat yang kami miliki," kata Gueye.
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Afrika Mulai Terbagi...
Afrika Mulai Terbagi Menjadi Dua dan Membentuk Samudra Keenam di Bumi
Air dari Samudra Hindia...
Air dari Samudra Hindia Diklaim Mempercepat Terbelahnya Benua Afrika
Jejak Kaki Berusia 1,5...
Jejak Kaki Berusia 1,5 Juta Tahun, Ungkap Sesuatu yang Tak Terduga
Ulat Hongkong Pemakan...
Ulat Hongkong Pemakan Plastik di Kenya Jadi Harapan Baru Atasi Polusi di Afrika!
Dinosaurus Tak Dikenal...
Dinosaurus Tak Dikenal Ini Pernah Hidup di Zimbabwe, Ukurannya Diyakini Super Besar
Arkeolog Beberkan Fakta...
Arkeolog Beberkan Fakta Penguat Benua Afrika Akan Terbelah Dua
Ilmuwan Suntik Cula...
Ilmuwan Suntik Cula Badak Hidup dengan Bahan Radioaktif untuk Melawan Perburuan
Bertentangan dengan...
Bertentangan dengan Budaya Swahili, Asal-usul DNA Afrika Kuno Terkuak
Wabah Larva Lalat Pemakan...
Wabah Larva Lalat Pemakan Daging dan Picu Keadaan Darurat di Kosta Rika
Rekomendasi
10 Contoh Pantun Pembuka...
10 Contoh Pantun Pembuka Peringatan Nuzulul Quran di Sekolah, Penuh Makna
Ini Tarif PBJT Jasa...
Ini Tarif PBJT Jasa Perhotelan saat Inap di Hotel Jakarta, Wajib Tahu
Market Value Mees Hilgers...
Market Value Mees Hilgers Kalahkan Seluruh Skuad Timnas Malaysia dan Thailand
Berita Terkini
Telkomsel Prestige SkyEase...
Telkomsel Prestige SkyEase Bikin Terbang ala Sultan: Dijemput, Dimanja di Lounge, Diantar ke Pesawat
17 jam yang lalu
Cara Mengatasi Ghost...
Cara Mengatasi Ghost Touch di HP realme, Perhatikan!
17 jam yang lalu
Siapkah Pendidik di...
Siapkah Pendidik di Indonesia Hadapi Era Kecerdasan Buatan/AI?
17 jam yang lalu
5 Negara yang Alami...
5 Negara yang Alami Gerhana Bulan Total di Bulan Maret 2025, dari Benua Amerika hingga Afrika
18 jam yang lalu
Google Chrome Akan Hilang...
Google Chrome Akan Hilang dari Perangkat Android?
18 jam yang lalu
Patogen Misterius yang...
Patogen Misterius yang Dikaitkan dengan Kutukan Mumi Terkuak
22 jam yang lalu
Infografis
6 Alasan Ribuan Narapidana...
6 Alasan Ribuan Narapidana Masuk Islam di Penjara AS Setiap Tahun
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved