Take Down dan Berikan Literasi Digital jadi Upaya Kominfo Berantas Hoaks

Kamis, 28 Januari 2021 - 07:15 WIB
loading...
Take Down dan Berikan...
Ilustrasi sosial Media. FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengidentifikasi lebih dari 1.387 isu hoaks yang beredar terkait Covid-19 sejak Januari 2020 hingga saat ini. Bahkan, angka tersebut terus bertambah 5 isu setiap jamnya.

Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan sudah berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memberantas kabar bohong dan informasi salah yang beredar di masyarakat.

Dalam bentuk misinformasi dan tidak ada niatan untuk meresahkan ketertiban umum, Kominfo menanganinya dengan memberikan stempel hoaks atau melalukan take down informasi tersebut.

"Tapi kalau sampai benar-benar mengganggu ketertiban umum, kita laporkan polisi untuk tindak lanjut. Saat ini sudah ada 104 kasus yang ditangani kepolisian terkait dengan hoaks Covid-19, " kata pria yang akrab disapa Semmy itu, saat konferensi pers secara virtual, Selasa (26/1/2021).



Semmy mengingatkan, masyarakat harus hati-hati kalau ada keraguan terhadap suatu informasi. Biasakan untuk melakukan pengecekan dulu, karena sekarang sudah banyak aplikasi untuk verifikasi kebenaran suatu informasi.

Dia menerangkan, jenis-jenis hoaks yang beredar saat ini ada bermacam-macam. Misalnya ada sebuah kejadian, tapi narasi yang diceritakan berbeda. Lalu bisa juga kejadian yang sudah lama, tetapi diinformasikan baru terjadi.

"Penyebar hoaks menganggap yang membaca itu lebih bodoh dari dia. Masyarakat harus berhati-hati, jangan sampai jadi korban atau ikut menyebarkannya," imbuhnya.

Kominfo juga melakukan penanganan penyebaran hoaks dengan membekali masyarakat pengetahuan untuk mengenali hoaks atau mencari sumber yany bisa dipercaya. Jadi, hoaks tetap ditangani, tapi secara bersamaan juga berikan literasi digital lewat program yang sudah ada yakni Siber Kreasi.

"Siber Kreasi merupakan suatu gerakan yang saat ini ada 108 organisasi yang terlibat di dalamnya untuk melakukan literasi digital kepada masyarakat," jelas Semmy.

Pada konsep literasi digital yang diberikan, pemerintah mencoba menyentuh semua kelompok, dari orang tua, anak muda, anak usia sekolah, komunitas. Kominfo melakukannya dengan penyesuaian konsep sesuai karakter audiens.

Artinya, jika audiens senang melihat video, maka akan diberikan literasi melalui video. Jik senang bermain game, diberikan literasi melalui game yang mengedukasi. Media yang digunakan beragam agar menyentuh semua kalangan.

"Ini merupakan bagian dari trasnformasi digital, di mana ada prinsip nobody left behind. Termasuk meliterasi semua orang, supaya masyarakat bisa memanfaatkan kemajuan teknologi daripada mendapat mudharatnya," ujarnya. BACA JUGA - Ketakutan Pembuat Boeing 737 Soal Sistem Otomatis Pesawat Terkuak

Di sisi lain, Semmy mengakui bahwa para penyebar hoaks hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk menyebarkannya ke 10 kelompok berbeda. Sedangkan pihaknya membutuhkan waktu 60 untuk melawan hoaks tersebut.

"Jadi kecepatan kita lebih lambat 20 kali lipat dari pembuatnya. Ini yang perlu diantisipasi juga," tambahnya.

Untuk mengantisipasinya, pemerintah berupaya lebih dulu masuk ke ruang digital dengan menyuguhkan berita benar, agar masyarakat tidak mencari atau mendapat informasi dari sumber yang salah.

"Pengguna sosial media ratusan juta, tapi hoaks punya durasi jadi menetapnya lama. Menyebarnya mungkin hingga ratusan ribu, tapi imbasnya itu yang susah mengukurnya," tandas Semmy.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3148 seconds (0.1#10.140)