Ketika Anak SMK di Didik Jadi Ahli Cyber Security
loading...
A
A
A
JAKARTA - Serangan siber yang meningkat drastis di Indonesia ternyata tidak ditandai dengan dukungan ahli cyber security lokal. Kuncinya, ada pada anak-anak SMK. Kok bisa? Baca Juga: serangan siber
Jika di kalkulasi, serangan siber di Indonesia memiliki potensi kerugian ekonomi sebesar USD34,2 miliar (Rp 481 triliun) atau sekitar 3,7 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto. Ironisnya, Indonesia masih sangat kekurangan ahli cyber security.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, pada 2030 Indonesia butuh 113 juta orang digital talent. Namun hanya 104 juta talent yang tersedia.
Lantas, apa solusinya? Kekurangan SDM di bidang digital, terutama cyber security, sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan lulusan SMK dari jurusan Teknik Komputer dan Informatika. Sayangnya, lulusan SMK justru mendominasi angka pengangguran sejak tahun 2015.
Nah, Infradigital Foundation (IDF) bekerja sama dengan Mastercard Center for Inclusive Growth melalui Mastercard Academy 2.0 dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencoba memberi solusi lewat rangkaian program Pelatihan Cyber Security.
BACA JUGA: Ini Perbedaan YouTube Ruby Play Button Versi Blackpink, PewDiePie, dan T-Series
Selama 2020-2022, IDF akan memberdayakan 6.000 murid SMK dari kalangan prasejahtera di Jawa Barat untuk mencapai sertifikasi cyber security tingkat internasional. Juga, terhubung dengan industri terkait yang membutuhkan profesi ini.
Tujuan utama program tersebut adalah mengurangi angka pengangguran lulusan SMK yang berasal dari kalangan prasejahtera dengan memberikan kemampuan cyber security yang dapat menjadi bekal bagi peserta untuk mandiri.
Selama tahun 2020, Cyber Security Training Program telah melatih 672 murid dan 80 guru dari 52 SMK di Jawa Barat. Selama pelatihan, peserta juga diberikan rangkaian tes.
Mereka dengan nilai tertinggi akan disponsori untuk mengikuti sertifikasi cyber security CompTIA CySA +, yang diterbitkan oleh perusahaan teknologi Amerika.
Ujian sertifikasi dilaksanakan dalam bahasa Inggris dengan metode daring dan diawasi secara ketat. Pada 2020, ada 183 peserta cyber security training program yang berhasil mengikuti tahap sertifikasi.
Salah satu peserta pelatihan yang masih duduk di kelas 12 SMKN 11 Bandung, M. Robbi Sukarno, menjadi murid SMK pertama di Asia Tenggara yang berhasil lulus sertifikasi cyber security internasional.
Anak dari penjual batagor ini berharap setelah lulus SMK ia dapat bekerja sebagai ahli IT di bidang cyber security. “Saya berharap dapat membantu keuangan keluarga untuk masa depan yang lebih baik bagi kami,” ujar Robbi.
Program pelatihan tahun ini juga melahirkan alumni muda SMK dan guru SMK di Asia Tenggara yang berhasil lulus sertifikasi cyber security internasional. Mereka adalah Aziz Rizki Adhiaksa (alumni SMKN 11 Bandung tahun 2019) dan Dayu Destamy Ariefin (Guru SMKN 1 Cibinong).
Mereka berhasil menorehkan sejarah karena ujian CompTIA CySA + memiliki tingkat kesulitan intermediate sehingga hanya pegawai atau mahasiswa bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang berhasil mendapat sertifikasi.
Jika di kalkulasi, serangan siber di Indonesia memiliki potensi kerugian ekonomi sebesar USD34,2 miliar (Rp 481 triliun) atau sekitar 3,7 persen dari total Pendapatan Domestik Bruto. Ironisnya, Indonesia masih sangat kekurangan ahli cyber security.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, pada 2030 Indonesia butuh 113 juta orang digital talent. Namun hanya 104 juta talent yang tersedia.
Lantas, apa solusinya? Kekurangan SDM di bidang digital, terutama cyber security, sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan lulusan SMK dari jurusan Teknik Komputer dan Informatika. Sayangnya, lulusan SMK justru mendominasi angka pengangguran sejak tahun 2015.
Nah, Infradigital Foundation (IDF) bekerja sama dengan Mastercard Center for Inclusive Growth melalui Mastercard Academy 2.0 dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencoba memberi solusi lewat rangkaian program Pelatihan Cyber Security.
BACA JUGA: Ini Perbedaan YouTube Ruby Play Button Versi Blackpink, PewDiePie, dan T-Series
Selama 2020-2022, IDF akan memberdayakan 6.000 murid SMK dari kalangan prasejahtera di Jawa Barat untuk mencapai sertifikasi cyber security tingkat internasional. Juga, terhubung dengan industri terkait yang membutuhkan profesi ini.
Tujuan utama program tersebut adalah mengurangi angka pengangguran lulusan SMK yang berasal dari kalangan prasejahtera dengan memberikan kemampuan cyber security yang dapat menjadi bekal bagi peserta untuk mandiri.
Selama tahun 2020, Cyber Security Training Program telah melatih 672 murid dan 80 guru dari 52 SMK di Jawa Barat. Selama pelatihan, peserta juga diberikan rangkaian tes.
Mereka dengan nilai tertinggi akan disponsori untuk mengikuti sertifikasi cyber security CompTIA CySA +, yang diterbitkan oleh perusahaan teknologi Amerika.
Ujian sertifikasi dilaksanakan dalam bahasa Inggris dengan metode daring dan diawasi secara ketat. Pada 2020, ada 183 peserta cyber security training program yang berhasil mengikuti tahap sertifikasi.
Salah satu peserta pelatihan yang masih duduk di kelas 12 SMKN 11 Bandung, M. Robbi Sukarno, menjadi murid SMK pertama di Asia Tenggara yang berhasil lulus sertifikasi cyber security internasional.
Anak dari penjual batagor ini berharap setelah lulus SMK ia dapat bekerja sebagai ahli IT di bidang cyber security. “Saya berharap dapat membantu keuangan keluarga untuk masa depan yang lebih baik bagi kami,” ujar Robbi.
Program pelatihan tahun ini juga melahirkan alumni muda SMK dan guru SMK di Asia Tenggara yang berhasil lulus sertifikasi cyber security internasional. Mereka adalah Aziz Rizki Adhiaksa (alumni SMKN 11 Bandung tahun 2019) dan Dayu Destamy Ariefin (Guru SMKN 1 Cibinong).
Mereka berhasil menorehkan sejarah karena ujian CompTIA CySA + memiliki tingkat kesulitan intermediate sehingga hanya pegawai atau mahasiswa bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang berhasil mendapat sertifikasi.
(dan)