Red Hat Gabungkan Ansible Automation Platform dan OpenShift

Sabtu, 21 November 2020 - 15:34 WIB
loading...
Red Hat Gabungkan Ansible...
Diluncurkan pada Juli 2020, Red Hat Advanced Cluster Management membantu enterprise mengelola dan meningkatkaan kapasitas kluster-kluster OpenShift di seluruh hybrid cloud. Foto/ist
A A A
Red Hat mengklaim pencapaian penting dalam automasi IT (information technology) kelas enterprise dengan mengintegrasikan Red Hat Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management for Kubernetes. (Baca juga: Teknologi 5G-nya Dijegal di Swedia, di Luar Dugaan Ericsson Bela Huawei )

Integrasi ini dilakukan untuk mengakselerasi automasi dan integrasi antara cloud-native dan infrastruktur tradisional. Integrasi ini juga diharapkan dapat mendorong modernisasi aplikasi di lingkungan IT, menyederhanakan alur kerja, dan meniadakan pemisahan (silos) yang terjadi antara server tradisional dan mesin virtual serta kluster cloud-native, termasuk Red Hat OpenShift.

Ansible Automation Platform dan Red Hat OpenShift sama-sama meraih predikat leader dalam The Forrester Wave™ dan dipakai pada sejumlah project open source Ansible dan Kubernetes. "Diluncurkan pada Juli 2020, Red Hat Advanced Cluster Management membantu enterprise mengelola dan meningkatkaan kapasitas kluster-kluster OpenShift di seluruh hybrid cloud, sehingga perusahaan-perusahaan terkemuka di industri bisa menikmati pengelolaan yang lebih baik pada platform Kubernetes mereka," kata Joe Fitzgerald, Vice President, Management, Red Hat.

Sekarang, lanjut dia, Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management dapat bekerja sama. Sehingga enterprise bisa menikmati keuntungan dari teknologi yang sedang digunakan, dan menikmati masa depan cloud-native.

Jembatan Cloud Tradisional dan Hybrid
Pembaruan dan modernisasi aplikasi IT adalah prioritas utama pada saat ini. Berdasarkan data Gartner, pada 2022, hanya 40% software pengelolaan container yang ada pada 2019 akan tetap kompetitif atau eksis. Sehingga berbagai keputusan yang berkaitan dengan produk pada saat ini harus lebih bersifat taktis3.

Red Hat OpenShift adalah platform yang powerful dan scalable untuk transformasi tersebut. Banyak organisasi/perusahaan, tak bisa begitu saja meninggalkan sistem IT yang mereka gunakan saat ini.

"Karena ada investasi dan workload penting yang mengunakan sistem tersebut. Oleh sebab itu, banyak tim IT terpaksa memisahkan tim teknologi stack dan memilah-milah tim untuk memecahkan masalah workflow yang terpisah itu, yang mana masing-masing memerlukan tool dan strategi yang berbeda. Alhasil, yang tumbuh adalah kompleksitas dan gesekan-gesekan," papar Joe Fitzgerald.

Integrasi antara Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management bertujuan memecahkan kesulitan yang dialami oleh tim IT di enterprise tadi. Caranya dengan merampingkan toolset dan melakukan "handoffs" antara teknologi tradisional dan cloud-native.

Dia menegaskan, Red Hat Advanced Cluster Management menjawab kebutuhan pengelolaan dan monitoring terhadap cloud-native. Ketika workflow di level aplikasi atau infrastruktur IT yang lama dibutuhkan, solusi akan bertindak selaku panel kontrol di seluruh kluster Red Hat OpenShift untuk memicu kapabilitas Ansible Automation Platform.

Misalnya, sebut dia, menjalankan pembaruan sistem, mengonfigurasi load balancer, melakukan scaling pada server resource dan sebagainya. Sebagai hasilnya adalah sebuah workflow tunggal dalam mengelola lingkungan hybrid cloud yang kompleks tanpa memaksa perusahaan memilih antara kebutuhan IT sekarang dan kebutuhan IT yang mereka butuhkan pada masa depan digital.

Sebagai bagian dari integrasi antara kedua teknologi tersebut, Red Hat memanfaatkan keunggulan fondasi OpenShift Kubernetes Operator untuk melakukan otomatisasi IT di lingkungan hybrid cloud. Operator Kubernetes akan lebih mudah menjalankan aplikasi saat menerapkan OpenShift di mana saja.

Dengan Resource Operator for Red Hat Advanced Cluster Management, teknologi ini dapat meminta Ansible Automation Platform mengeksekusi berbagai task secara efisien di luar kluster Kubernetes. "Preview untuk integrasi ini akan tersedia pada pekan-pekan mendatang," janjinya.

Sementara itu, Mary Johnston Turner, Research Vice President, Cloud Management at IDC, mengatakan, minat pada pengelolaan lintas cloud dan visibilitas yang konsisten sedang naik daun dengan cepat akhir-akhir ini. Hal itu seiring tren perusahaan memindahkan lebih banyak workload mereka ke platform infrastruktur hybrid maupun multicloud, termasuk VM dan lingkungan berbasis container.

"Mayoritas pemimpin di perusahaan pengelolaan infrastruktur cloud mengatakan bahwa saat ini penting sekali memiliki management tool dan kapabilitas yang mencakup berbagai lingkungan cloud, termasuk public, private, hosted dan edge location.4," kata Mary setaya menambahkan, ditambahkannya fungsionalitas otomatisasi membantu memperluas jangkauan manajemen hybrid cloud yang efektif. (Baca juga: Preman Kuta Bali Tampar Cewek Gara-gara Tak Diberi Uang Rokok )
(iqb)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1547 seconds (0.1#10.140)