Sinergitas Teknologi di Asia Pasifik Dipacu Melalui Transformasi Digital
loading...
A
A
A
SHENZHEN - Pada acara tahunan Huawai Connect yang diselenggarakan Jumat lalu, Huawei memperkenalkan konsep perubahan paradigma untuk transformasi digital di sektor industri. (Baca juga: Triple Double LeBron James Antar LA Lakers ke Final NBA 2020 )
Menurut perusahaan raksasa teknologi asal China ini, paradigma baru mengutamakan ekosistem digital yang mampu menciptakan serta berbagi nilai untuk industri, melalui sinergi lintas konektivitas, komputasi, cloud, AI, dan aplikasi industri.
“Sinergi dari lima domain teknologi akan mengubah semua industri, baik itu transportasi, keuangan, ataupun energi, dan menciptakan nilai baru di wilayah Asia Pasifik,” kata Jay Chen, Vice President Huawei Asia Pasifik, saat perhelatan Huawei Connect.
Dalam Panduan Pengeluaran Transformasi Digital Semiannual IDC Worldwide, biaya pengeluaran untuk transformasi digital di Asia Pasifik pada tahun 2019 mencapai lebih dari USD380 miliar, dengan tingkat pertumbuhan gabungan tahunan yang diharapkan dari tahun 2017 hingga 2022 sebesar 17,4%.
“Kawasan Asia Pasifik tidak hanya menjadi pemimpin global di bidang inovasi digital, tetapi juga memiliki peluang besar untuk berkembang pesat dengan sinergi teknologi baru ini,” kata Jay Chen.
Pada kesempatan yang sama, Nizam, Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan, saat ini Indonesia tengah menghadapi revolusi industri ke-4 dan berbagai disrupsi di semua sektor, yang kemuncullannya didorong oleh kreativitas serta teknologi.
Digitalisasi telah membuka peluang untuk pendayagunaan teknologi AI untuk membantu produktivitas dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien, serta menciptakan peluang-peluang baru. “Setiap individu diharapkan memiliki peluang untuk dapat mengakses teknologi guna peningkatan kompetensi,” ujar Nizam.
Nizam menambahkan, bersama Kementerian Riset dan Inovasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat cetak biru untuk lima tahun ke depan, termasuk menuju pengembangan AI. Pemerintah berencana menerapkan studi AI di universitas-universitas di Indonesia, untuk menekankan pentingnya AI di sektor pendidikan.
“Ini merupakan fokus kerja sama kami, antara Ditjen Dikti dengan Huawei. Kami berharap kolaborasi ini dapat mendukung peningkatan kompetensi SDM AI di Indonesia, sekaligus mempercepat penerapan teknologi AI di dunia pendidikan tinggi di Indonesia,” harap Nizam. (Baca juga: Cerita Proses Pembuatan Vaksin yang Sukses Dikembangkan Melawan Virus )
Menurut perusahaan raksasa teknologi asal China ini, paradigma baru mengutamakan ekosistem digital yang mampu menciptakan serta berbagi nilai untuk industri, melalui sinergi lintas konektivitas, komputasi, cloud, AI, dan aplikasi industri.
“Sinergi dari lima domain teknologi akan mengubah semua industri, baik itu transportasi, keuangan, ataupun energi, dan menciptakan nilai baru di wilayah Asia Pasifik,” kata Jay Chen, Vice President Huawei Asia Pasifik, saat perhelatan Huawei Connect.
Dalam Panduan Pengeluaran Transformasi Digital Semiannual IDC Worldwide, biaya pengeluaran untuk transformasi digital di Asia Pasifik pada tahun 2019 mencapai lebih dari USD380 miliar, dengan tingkat pertumbuhan gabungan tahunan yang diharapkan dari tahun 2017 hingga 2022 sebesar 17,4%.
“Kawasan Asia Pasifik tidak hanya menjadi pemimpin global di bidang inovasi digital, tetapi juga memiliki peluang besar untuk berkembang pesat dengan sinergi teknologi baru ini,” kata Jay Chen.
Pada kesempatan yang sama, Nizam, Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengungkapkan, saat ini Indonesia tengah menghadapi revolusi industri ke-4 dan berbagai disrupsi di semua sektor, yang kemuncullannya didorong oleh kreativitas serta teknologi.
Digitalisasi telah membuka peluang untuk pendayagunaan teknologi AI untuk membantu produktivitas dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien, serta menciptakan peluang-peluang baru. “Setiap individu diharapkan memiliki peluang untuk dapat mengakses teknologi guna peningkatan kompetensi,” ujar Nizam.
Nizam menambahkan, bersama Kementerian Riset dan Inovasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat cetak biru untuk lima tahun ke depan, termasuk menuju pengembangan AI. Pemerintah berencana menerapkan studi AI di universitas-universitas di Indonesia, untuk menekankan pentingnya AI di sektor pendidikan.
“Ini merupakan fokus kerja sama kami, antara Ditjen Dikti dengan Huawei. Kami berharap kolaborasi ini dapat mendukung peningkatan kompetensi SDM AI di Indonesia, sekaligus mempercepat penerapan teknologi AI di dunia pendidikan tinggi di Indonesia,” harap Nizam. (Baca juga: Cerita Proses Pembuatan Vaksin yang Sukses Dikembangkan Melawan Virus )
(iqb)