Proyek Nimbus, Menguak Konspirasi Google dan Israel dalam Genosida di Gaza

Kamis, 06 Juni 2024 - 13:12 WIB
loading...
A A A
Di sisi lain terdapat daftar pelanggan cloud wajib yang mencakup entitas negara, seperti Bank of Israel, Otoritas Bandara Israel, dan Divisi Pemukiman, sebuah badan kuasi-pemerintah yang bertugas memperluas koloni Israel di Tepi Barat. Dua produsen senjata milik negara Israel yang paling terkemuka, Israel Aerospace Industries dan Rafael Advanced Defense Systems termasuk dalam daftar.



“Kontrak Proyek Nimbus berjalan di cloud komersial kami dengan pemerintah Israel yang setuju untuk mematuhi Ketentuan Layanan dan Kebijakan Penggunaan kami. Di seluruh divisi Google jelas bahwa kami tidak akan merancang atau menerapkan aplikasi AI sebagai senjata atau sistem senjata, atau untuk pengawasan massal,” terang pihak Google.

Meski hanya menyebutkan layanan umum Google semata, sejatinya pihak militer Israel menggunakan pengenalan wajah Google Photos untuk memetakan, mengidentifikasi, dan membuat daftar target warga Palestina di Gaza. Google tidak mengonfirmasi apakah mereka mengizinkan penggunaan perangkat lunaknya untuk tujuan ini. Baik Google dan Amazon mengatakan pekerjaan mereka dipandu oleh Prinsip Panduan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Bisnis dan HAM.

Rafael, kontraktor senjata milik negara yang masuk dalam daftar pelanggan Nimbus dikenal sebagai raksasa sektor pertahanan Israel. Perusahaan ini menyediakan berbagai rudal, drone, dan sistem senjata lainnya untuk militer Israel.

Mereka menjual sistem pertahanan roket Iron Dome yang terkenal dan sistem penangkal anti-roket Trophy yang membantu melindungi tank militer Israel selama serangan darat di Gaza. Militer Israel juga menggunakan rudal Spike buatan Rafael yang dapat ditembakkan dari peluncur di bahu, jet, atau drone.

Elta Systems, anak perusahaan Israel Aerospace Industries (IAI) sebagai pelanggan wajib Nimbus bergerak di bidang perangkat keras pengawasan elektronik. Elta ikut mengembangkan Panda, buldoser yang dikendalikan dari jarak jauh yang digunakan militer Israel untuk menghancurkan sebagian wilayah Gaza.

Di sisi lain, Google menyediakan akses pengguna Nimbus ke Foundry, alat analisis data yang dibuat oleh kontraktor pertahanan dan intelijen AS, Palantir. Foundry digunakan oleh pasukan militer termasuk Komando Operasi Khusus AS dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Pada 2019, Washington Post melaporkan bahwa Angkatan Darat AS menghabiskan USD110 juta untuk Foundry.



Proyek Nimbus memang mencakup dimensi militer yang menonjol. Namun, Google konsisten meremehkan pekerjaan kontraktual dengan militer Israel. "Nimbus tidak ditujukan untuk kerja yang sangat sensitif, rahasia, atau militer yang relevan dengan layanan senjata atau intelijen,” jelas Google. Sementara pihak Amazon Web Service cenderung menghindari membahas kontrak tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1428 seconds (0.1#10.140)