Melawan Lanskap Ancaman Kejahatan Siber yang Kian Berkembang

Kamis, 28 Maret 2024 - 17:50 WIB
loading...
Melawan Lanskap Ancaman...
Ancaman Kejahatan Siber . FOTO/ DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Hanya 12% dari organisasi di Indonesia memiliki tingkat kesiapan ‘Mature’ yang diperlukan untuk memiliki ketahanan terhadap risiko keamanan siber modern, menurut Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco.



Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco dikembangkan dalam era yang ditandai oleh hiperkoneksi dan lanskap ancaman yang terus berkembang dengan cepat.

Saat ini, perusahaan-perusahaan terus menjadi target dengan berbagai teknik yang meliputi serangan phishing, ransomware, serangan rantai pasokan, dan rekayasa sosial.

Meskipun mereka membangun pertahanan terhadap serangan-serangan ini, mereka masih kesulitan dalam melindungi diri dari serangan-serangan tersebut, terhambat oleh postur keamanan mereka yang terlalu kompleks yang didominasi oleh berbagai solusi titik.

Tantangan-tantangan ini semakin kompleks dalam lingkungan kerja yang terdistribusi saat ini, di mana data dapat tersebar di berbagai layanan, perangkat, aplikasi, dan pengguna yang tak terbatas.

Namun, 93% perusahaan masih merasa cukup atau sangat percaya diri dalam kemampuan mereka untuk mempertahankan diri dari serangan siber dengan infrastruktur yang saat ini mereka miliki - kesenjangan antara keyakinan dan kesiapan ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin memiliki keyakinan yang salah dalam kemampuan mereka untuk menghadapi lanskap ancaman dan mungkin tidak secara tepat mengevaluasi sejauh mana tantangan yang sebenarnya mereka hadapi.

Cybersecurity Readiness Index 2024 dari Cisco: Perusahaan-Perusahaan yang Kurang Siap dan Terlalu Percaya Diri Menghadapi Lanskap Ancaman yang Terus Berkembang

Indeks ini menilai kesiapan perusahaan berdasarkan lima pilar utama: Kecerdasan Identitas (Identity Intelligence), Ketahanan Jaringan (Network Resilience), Kepercayaan Mesin (Machine Trustworthiness), Penguatan Cloud (Cloud Reinforcement), dan Penguatan Kecerdasan Buatan (AI Fortification), yang terdiri dari 31 solusi dan kemampuan yang sesuai.

Indeks ini didasarkan pada survei ganda buta yang melibatkan lebih dari 8.000 pemimpin keamanan dan bisnis sektor swasta di 30 pasar global yang dilakukan oleh pihak ketiga independen. Responden diminta untuk menunjukkan solusi dan kemampuan mana yang telah mereka implementasikan dan tahap implementasinya. Perusahaan kemudian diklasifikasikan ke dalam empat tahap kesiapan yang meningkat: Pemula (Beginner), Formatif (Formative), Progresif (Progressive), dan Matang (Mature).

"Kita tidak boleh meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh rasa percaya diri yang berlebihan," kata Jeetu Patel, Executive Vice President dan General Manager Security and Collaboration di Cisco.

"Organisasi saat ini perlu memprioritaskan investasi dalam platform terintegrasi dan mengadopsi kecerdasan buatan (AI) agar dapat beroperasi dalam skala mesin dan akhirnya mengubah keadaan menjadi menguntungkan bagi para pembela."

93% perusahaan mengatakan karyawan mereka mengakses platform perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola, dan 47% dari mereka menghabiskan satu perlima (20%) waktu mereka terhubung ke jaringan perusahaan dari perangkat yang tidak dikelola. Selain itu, 38% melaporkan bahwa karyawan mereka berpindah antara setidaknya enam jaringan dalam seminggu.

Kemajuan semakin terhambat oleh kekurangan talenta yang kritis, dengan 97% perusahaan menyoroti masalah ini. Bahkan, 59% perusahaan mengatakan bahwa mereka memiliki lebih dari sepuluh posisi terkait keamanan siber yang belum terisi dalam organisasi mereka pada saat survei dilakukan.

Meningkatnya Investasi Keamanan Siber: Perusahaan menyadari tantangan tersebut dan meningkatkan pertahanan mereka, dengan 84% berencana untuk melakukan peningkatan signifikan terhadap infrastruktur IT mereka dalam 12 hingga 24 bulan mendatang.

Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan hanya 41% yang berencana melakukannya tahun lalu.

Terutama, organisasi berencana untuk meningkatkan solusi yang sudah ada (85%), menerapkan solusi baru (49%), dan berinvestasi dalam teknologi berbasis AI (74%).

Selain itu, semua perusahaan yang disurvei di Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran keamanan siber mereka dalam 12 bulan mendatang, dan 95% responden mengatakan anggaran mereka akan meningkat sebesar 10% atau lebih.

"Threat landscape saat ini lebih rumit daripada sebelumnya, dan organisasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, terus tertinggal dalam ketahanan siber mereka," tutup Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1368 seconds (0.1#10.140)