Ini Cara Lindungi Generasi Alpha dari Bahaya Dunia Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Generasi Z sudah mulai tergeser dengan hadirnya Generasi Alpha yang tumbuh kembangnya sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi digital. Namun, berbagai bahaya kriminal mengintai di dunia maya.
Generasi Alpha merupakan kelompok anak-anak yang lahir pada 2010 hingga 2024. Generasi ini sangat melek teknologi digital dan up to date dengan tren-tren ranah digital, khususnya media sosial. Meski terbilang memiliki pengetahuan yang lebih maju dibanding generasi sebelumnya, kemajuan teknologi saat ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua yang memiliki anak dari Generasi Alpha.
Pasangan suami istri, Ario Pratomo dan Nucha Bachri membagikan beberapa hal yang perlu diperhatikan para orangtua dalam memantau perkembangan anak di tengah era yang serba digital saat ini.
Ario menjelaskan betapa pentingnya mengajarkan anak untuk menjaga data pribadinya di dunia maya . Sebab, banyak kasus penipuan dan penyalahgunaan data yang marak terjadi di dunia maya. “Aku juga kasih cerita-cerita di luar sana itu seperti apa. Misalnya yang berbahaya itu aku bisa kasih tau ke anak mengenai penipuan. Kasih contoh-contoh kisah dan cerita bahayanya itu seperti apa,” kata Ario, Sabtu (9/12/2023).
Lebih lanjut, sang istri yang juga founder dari Parentalk.id, Nucha Bachri mengungkapkan betapa pentingnya orangtua untuk ikut terlibat dalam pertemanan anak. Hal ini bertujuan untuk mencegah anak agar tidak terpengaruh hal negatif dari lingkup pertemanan.
“Kita harus tahu teman dekatnya anak di sekolah itu siapa. Selain itu, latar belakang keluarga temannya juga penting. Jangan sampai sampai anak kita meniru hal negatif dari teman-temannya,” katanya.
Nucha juga menyarankan para orang tua untuk membatasi penggunaan gadget untuk anak-anak. Selain itu, diperlukannya pendampingan orangtua ketika anak sedang asyik bermain gadget.
Ketika anak mulai terdampak hal negatif dari dunia maya, maka sebaiknya orangtua tetap menjalin komunikasi yang terbuka dengan sang anak, agar mengetahui sumber permasalahannya, bukan meresponsnya dengan amarah. “Hal-hal negatif akan sering muncul tapi bagaimana kita mengcover itu. Marahin anak bukan solusinya tapi kita harus tahu kira-kira konsumsi medianya apa dan open discuss ke anak,” tutur Nucha.
Generasi Alpha merupakan kelompok anak-anak yang lahir pada 2010 hingga 2024. Generasi ini sangat melek teknologi digital dan up to date dengan tren-tren ranah digital, khususnya media sosial. Meski terbilang memiliki pengetahuan yang lebih maju dibanding generasi sebelumnya, kemajuan teknologi saat ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua yang memiliki anak dari Generasi Alpha.
Pasangan suami istri, Ario Pratomo dan Nucha Bachri membagikan beberapa hal yang perlu diperhatikan para orangtua dalam memantau perkembangan anak di tengah era yang serba digital saat ini.
Ario menjelaskan betapa pentingnya mengajarkan anak untuk menjaga data pribadinya di dunia maya . Sebab, banyak kasus penipuan dan penyalahgunaan data yang marak terjadi di dunia maya. “Aku juga kasih cerita-cerita di luar sana itu seperti apa. Misalnya yang berbahaya itu aku bisa kasih tau ke anak mengenai penipuan. Kasih contoh-contoh kisah dan cerita bahayanya itu seperti apa,” kata Ario, Sabtu (9/12/2023).
Lebih lanjut, sang istri yang juga founder dari Parentalk.id, Nucha Bachri mengungkapkan betapa pentingnya orangtua untuk ikut terlibat dalam pertemanan anak. Hal ini bertujuan untuk mencegah anak agar tidak terpengaruh hal negatif dari lingkup pertemanan.
“Kita harus tahu teman dekatnya anak di sekolah itu siapa. Selain itu, latar belakang keluarga temannya juga penting. Jangan sampai sampai anak kita meniru hal negatif dari teman-temannya,” katanya.
Nucha juga menyarankan para orang tua untuk membatasi penggunaan gadget untuk anak-anak. Selain itu, diperlukannya pendampingan orangtua ketika anak sedang asyik bermain gadget.
Ketika anak mulai terdampak hal negatif dari dunia maya, maka sebaiknya orangtua tetap menjalin komunikasi yang terbuka dengan sang anak, agar mengetahui sumber permasalahannya, bukan meresponsnya dengan amarah. “Hal-hal negatif akan sering muncul tapi bagaimana kita mengcover itu. Marahin anak bukan solusinya tapi kita harus tahu kira-kira konsumsi medianya apa dan open discuss ke anak,” tutur Nucha.
(msf)