Terungkap, Pemecatan Sam Altman Terkait Proyek AI yang Mengancam Umat Manusia
loading...
A
A
A
NEW YORK - Pemecatan Sam Altman sebagai CEO OpenAI yang dilakukan oleh dewan direksi ternyata bukan tanpa alasan. Menurut sumber rahasia, pemecatan dilakukan karena Sam Altman diduga mengembangkan artificial intelligence (AI) yang dapat mengancam umat manusia.
Beberapa staf peneliti yang kurang setuju dengan apa yang dilakukan Altman dilaporkan mengirim surat kepada dewan direksi perusahaan agar segera bertindak. Dari surat laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (24/11/2023), berujung pada pemecatan Altman.
Dewan direksi rupanya khawatir atas kemajuan dari AI tersebut sebelum memahami konsekuensinya. Sampai saat ini sumber rahasia tidak mau menanggapi komentar meskipun telanjur membocorkan masalah itu dan openAI sendiri menolak berkomentar.
Namun dari laporan sebelumnya disebut bahwa proyek yang sedang digenjot Altman disebut Q* (dibaca Q-Star). Teknologi ini digadang-gadang bisa menjadi terobosan dalam pencarian startup untuk apa yang dikenal sebagai kecerdasan umum buatan (AGI).
OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem otonom yang melampaui manusia dalam sebagian besar tugas yang bernilai ekonomi. Mengingat sumber daya komputasi yang besar, model baru ini mampu memecahkan masalah matematika.
Meskipun hanya mengerjakan matematika pada tingkat siswa sekolah dasar, keberhasilan dalam tes tersebut membuat para peneliti sangat optimistis tentang kesuksesan Q* di masa depan. Terlebih para peneliti menganggap matematika sebagai garda depan pengembangan AI generatif.
Saat ini, AI generatif pandai menulis dan menerjemahkan bahasa dengan memprediksi kata berikutnya secara statistik, dan jawaban atas pertanyaan yang sama bisa sangat bervariasi. Dengan menguasai matematika, AI akan memiliki penalaran yang lebih besar.
Berbeda dengan kalkulator yang dapat menyelesaikan sejumlah operasi terbatas, AGI dapat menggeneralisasi, mempelajari, dan memahami. Saking pintarnya, para peneliti bahkan menandai kehebatan dan potensi bahaya AI.
Untuk diketahui, telah lama terjadi diskusi di kalangan ilmuwan komputer tentang bahaya yang ditimbulkan oleh mesin yang sangat cerdas. Mereka dikhawatirkan bisa membawa kehancuran umat manusia di masa depan.
Beberapa staf peneliti yang kurang setuju dengan apa yang dilakukan Altman dilaporkan mengirim surat kepada dewan direksi perusahaan agar segera bertindak. Dari surat laporan tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (24/11/2023), berujung pada pemecatan Altman.
Dewan direksi rupanya khawatir atas kemajuan dari AI tersebut sebelum memahami konsekuensinya. Sampai saat ini sumber rahasia tidak mau menanggapi komentar meskipun telanjur membocorkan masalah itu dan openAI sendiri menolak berkomentar.
Namun dari laporan sebelumnya disebut bahwa proyek yang sedang digenjot Altman disebut Q* (dibaca Q-Star). Teknologi ini digadang-gadang bisa menjadi terobosan dalam pencarian startup untuk apa yang dikenal sebagai kecerdasan umum buatan (AGI).
OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem otonom yang melampaui manusia dalam sebagian besar tugas yang bernilai ekonomi. Mengingat sumber daya komputasi yang besar, model baru ini mampu memecahkan masalah matematika.
Meskipun hanya mengerjakan matematika pada tingkat siswa sekolah dasar, keberhasilan dalam tes tersebut membuat para peneliti sangat optimistis tentang kesuksesan Q* di masa depan. Terlebih para peneliti menganggap matematika sebagai garda depan pengembangan AI generatif.
Saat ini, AI generatif pandai menulis dan menerjemahkan bahasa dengan memprediksi kata berikutnya secara statistik, dan jawaban atas pertanyaan yang sama bisa sangat bervariasi. Dengan menguasai matematika, AI akan memiliki penalaran yang lebih besar.
Berbeda dengan kalkulator yang dapat menyelesaikan sejumlah operasi terbatas, AGI dapat menggeneralisasi, mempelajari, dan memahami. Saking pintarnya, para peneliti bahkan menandai kehebatan dan potensi bahaya AI.
Untuk diketahui, telah lama terjadi diskusi di kalangan ilmuwan komputer tentang bahaya yang ditimbulkan oleh mesin yang sangat cerdas. Mereka dikhawatirkan bisa membawa kehancuran umat manusia di masa depan.
(wib)