Strategi Hadapi Kejahatan Siber yang Terus Berkembang di Asia Pasifik
loading...
A
A
A
NEW YORK - Wilayah Asia Pasifik saat ini tengah menghadapi peningkatan kasus penipuan phishing yang melibatkan berbagai individu dan bisnis.
BACA JUGA - FBI Sebut Hacker Korut Berencana Serang AS
Secara khusus, Trellix Advanced Research Centre telah mendeteksi kenaikan signifikan dalam aktivitas tersebut, terutama saat musim liburan yang mana para pembeli online, distributor, dan lembaga keuangan menjadi lebih rentan terhadap pengalihan dan serangan yang direncanakan.
Jonathan Tan, Managing Director Asia Trellix mengatakan walaupun banyak perusahaan yang telah memperkuat platform keamanan siber mereka selama beberapa dekade terakhir, para hacker juga telah berkembang dan menggunakan cara yang lebih canggih untuk menyusup ke dalam sistem-sistem ini.
“Saat ini, risiko dari ancaman siber sudah semakin tinggi. Di Singapura sendiri, penipuan phishing telah mengakibatkan kerugian finansial lebih dari USD500 juta di tahun lalu. Untuk para pemimpin bisnis, kegagalan dalam memperkuat keamanan mereka dan melindungi baik pelanggan maupun perusahaan dapat menempatkan mereka ke dalam jurang kehancuran reputasi dan hubungan,” jelas Jonathan Tan.
Dalam menghadapinya kejahatan siber, sangatlah penting untuk melakukan evaluasi mendalam akan tingginya kerentanan wilayah Asia Pasifik terhadap ancaman siber.
Bisnis di wilayah Asia Pasifik harus mengandalkan teknologi sebagai "pemain" dengan sistem monitoring yang otomatis. Sistem ini bertugas mendeteksi dan memberikan peringatan kepada staf IT mengenai potensi serangan siber, sehingga mereka dapat merespons dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Selain menerapkan sebuah platform keamanan siber yang kuat, pemimpin bisnis juga harus memprioritaskan kepercayaan pelanggan mereka.
Oleh karena itu, Kepala Petugas Keamanan Informasi bertanggung jawab untuk mendorong pemahaman yang komprehensif tentang keamanan siber baik secara internal maupun eksternal, termasuk membangun komunikasi yang transparan dengan pelanggan.
Menurut survei terbaru oleh PwC, prioritas utama keamanan siber untuk 20% pemimpin senior adalah membangun kepercayaan pelanggan dengan menggunakan dan melindungi data mereka secara etis.
Akibat phishing online yang terus meningkat seiring dengan laju digitalisasi yang cepat, perusahaan di wilayah Asia Pasifik harus memprioritaskan untuk membangun kepercayaan digital dengan para pelanggannya.
Untuk mengatasi ancaman serangan phishing, sebuah solusi yang efektif adalah dengan berinvestasi dalam solusi keamanan komprehensif yang menyediakan monitoring secara real-time dan analisis di seluruh ekosistem digital perusahaan.
Solusi all-in-one ini dapat secara signifikan mengurangi potensi ancaman dan berkontribusi dalam membangun kepercayaan digital dengan pelanggan. Dengan melakukannya, bisnis dapat memperkuat keamanan mereka terhadap serangan phishing, menjaga kelancaran operasi mereka, melindungi data pelanggan mereka, dan memposisikan diri untuk mencapai kesuksesan jangka panjang di tengah lanskap ancaman yang terus berkembang.
Extended Detection and Response (XDR) memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan berbagai produk ke dalam satu platform deteksi dan respons insiden keamanan yang kohesif dan terpadu.
Hal ini merupakan evolusi alami dan logis dalam merespons insiden keamanan, membantu perusahaan mengurangi kompleksitas dan biaya sambil meningkatkan efektivitas program keamanan secara keseluruhan. Selain itu, XDR memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap postur keamanan yang sudah ada, memungkinkan pendekatan yang lebih proaktif dalam deteksi ancaman dan respons.
“Dengan memanfaatkan solusi terintegrasi seperti XDR, bisnis dapat mengembangkan pendekatan keamanan yang transparan dan proaktif, yang pada akhirnya akan membantu membangun dan mempertahankan kepercayaan serta kesetiaan pelanggan,” tutup Jonathan Tan.
BACA JUGA - FBI Sebut Hacker Korut Berencana Serang AS
Secara khusus, Trellix Advanced Research Centre telah mendeteksi kenaikan signifikan dalam aktivitas tersebut, terutama saat musim liburan yang mana para pembeli online, distributor, dan lembaga keuangan menjadi lebih rentan terhadap pengalihan dan serangan yang direncanakan.
Jonathan Tan, Managing Director Asia Trellix mengatakan walaupun banyak perusahaan yang telah memperkuat platform keamanan siber mereka selama beberapa dekade terakhir, para hacker juga telah berkembang dan menggunakan cara yang lebih canggih untuk menyusup ke dalam sistem-sistem ini.
“Saat ini, risiko dari ancaman siber sudah semakin tinggi. Di Singapura sendiri, penipuan phishing telah mengakibatkan kerugian finansial lebih dari USD500 juta di tahun lalu. Untuk para pemimpin bisnis, kegagalan dalam memperkuat keamanan mereka dan melindungi baik pelanggan maupun perusahaan dapat menempatkan mereka ke dalam jurang kehancuran reputasi dan hubungan,” jelas Jonathan Tan.
Dalam menghadapinya kejahatan siber, sangatlah penting untuk melakukan evaluasi mendalam akan tingginya kerentanan wilayah Asia Pasifik terhadap ancaman siber.
Bisnis di wilayah Asia Pasifik harus mengandalkan teknologi sebagai "pemain" dengan sistem monitoring yang otomatis. Sistem ini bertugas mendeteksi dan memberikan peringatan kepada staf IT mengenai potensi serangan siber, sehingga mereka dapat merespons dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang diinginkan.
Selain menerapkan sebuah platform keamanan siber yang kuat, pemimpin bisnis juga harus memprioritaskan kepercayaan pelanggan mereka.
Oleh karena itu, Kepala Petugas Keamanan Informasi bertanggung jawab untuk mendorong pemahaman yang komprehensif tentang keamanan siber baik secara internal maupun eksternal, termasuk membangun komunikasi yang transparan dengan pelanggan.
Menurut survei terbaru oleh PwC, prioritas utama keamanan siber untuk 20% pemimpin senior adalah membangun kepercayaan pelanggan dengan menggunakan dan melindungi data mereka secara etis.
Akibat phishing online yang terus meningkat seiring dengan laju digitalisasi yang cepat, perusahaan di wilayah Asia Pasifik harus memprioritaskan untuk membangun kepercayaan digital dengan para pelanggannya.
Untuk mengatasi ancaman serangan phishing, sebuah solusi yang efektif adalah dengan berinvestasi dalam solusi keamanan komprehensif yang menyediakan monitoring secara real-time dan analisis di seluruh ekosistem digital perusahaan.
Solusi all-in-one ini dapat secara signifikan mengurangi potensi ancaman dan berkontribusi dalam membangun kepercayaan digital dengan pelanggan. Dengan melakukannya, bisnis dapat memperkuat keamanan mereka terhadap serangan phishing, menjaga kelancaran operasi mereka, melindungi data pelanggan mereka, dan memposisikan diri untuk mencapai kesuksesan jangka panjang di tengah lanskap ancaman yang terus berkembang.
Extended Detection and Response (XDR) memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan berbagai produk ke dalam satu platform deteksi dan respons insiden keamanan yang kohesif dan terpadu.
Hal ini merupakan evolusi alami dan logis dalam merespons insiden keamanan, membantu perusahaan mengurangi kompleksitas dan biaya sambil meningkatkan efektivitas program keamanan secara keseluruhan. Selain itu, XDR memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap postur keamanan yang sudah ada, memungkinkan pendekatan yang lebih proaktif dalam deteksi ancaman dan respons.
“Dengan memanfaatkan solusi terintegrasi seperti XDR, bisnis dapat mengembangkan pendekatan keamanan yang transparan dan proaktif, yang pada akhirnya akan membantu membangun dan mempertahankan kepercayaan serta kesetiaan pelanggan,” tutup Jonathan Tan.
(wbs)