DPR AS Sebut Teknologi AI China Lebih Mengerikan dari Senjata Nuklir
loading...
A
A
A
NEW YORK - Amerika Serikat tegaskan melawan China dengan senjata adalah tak mungkin bisa dilakukan untuk saat ini. Pasalnya teknologi kecerdasan buatan China lebih mengerikan dari senjata Nuklir.
Seorang politisi AS telah menyarankan bahwa 'penting' bagi Barat untuk meningkatkan upayanya dalam perlombaan AI melawan China untuk menghentikan negara tersebut menggunakan teknologi baru 'untuk kejahatan'
Mike Gallagher mengatakan kepada Daily Mail bahwa "perlombaan AI" antara dua kekuatan global sedang memanas, dan bahwa komitenya berdedikasi untuk memastikan Amerika tetap memimpin.
"Saya pikir sangat penting bahwa kami tidak mengizinkan [China] memenangkan perlombaan ini karena mereka akan menggunakannya untuk tujuan tekno-totaliter, distopia, dan dunia bebas harus memegang kendali aturan AI ke depan," dia kepada media pada Rabu (17/5/2023) seperti dilansir dari Daily Start Jumat (19/5/2023).
Sementara itu, Direktur Biro Investigasi Federal AS (FBI), Christopher Wray menyebut ia sangat khawatir dengan pengembangan program kecerdasan buatan (AI) China.
Menurut Wray, pengembangan program AI China ini menakutkan karena tak dibatasi oleh aturan hukum. Hal ini ia utarakan dalam diskusi panel di World Economic Forum di Davos, Swiss.
Ditambah lagi, pemerintah China menurut Wray membangun ambisinya itu di atas harta kekayaan intelektual dan data sensitif yang mereka curi selama bertahun-tahun ke belakang.
Kemampuan AI China ini menurutnya bisa dipakai untuk mempercanggih kemampuan para hackernya saat mencuri data-data penting lainnya, atau melakukan berbagai aksi represi untuk membungkam kebebasan berekspresi warga China.
Pada Oktober 2021 misalnya, pejabat kontra intelijen AS mengeluarkan peringatan pada para eksekutif perusahaan, akademisi, dan pemerintah lokal di AS terkait ambisi China dalam pengembangan AI.
Kaitannya adalah agar mereka berhati-hati dalam menerima investasi atau bantuan dari China di industri-industri kunci.
Lalu pada Januari 2021, komisi AI yang dipimpin mantan CEO Google Eric Schmidt meminta AS meningkatkan kemampuan AI-nya untuk bisa menandingi China, termasuk mengembangkan senjata berbasis AI.
Saat itu Schmidt menyebut bahwa aturan privasi yang lemah dan populasi besar merupakan keuntungan bagi China dalam mengembangkan teknologinya.
Maka pemerintah harus makin mendukung sektor swasta Amerika agar tetap bertahan dari gempuran China.
Seorang politisi AS telah menyarankan bahwa 'penting' bagi Barat untuk meningkatkan upayanya dalam perlombaan AI melawan China untuk menghentikan negara tersebut menggunakan teknologi baru 'untuk kejahatan'
Mike Gallagher mengatakan kepada Daily Mail bahwa "perlombaan AI" antara dua kekuatan global sedang memanas, dan bahwa komitenya berdedikasi untuk memastikan Amerika tetap memimpin.
"Saya pikir sangat penting bahwa kami tidak mengizinkan [China] memenangkan perlombaan ini karena mereka akan menggunakannya untuk tujuan tekno-totaliter, distopia, dan dunia bebas harus memegang kendali aturan AI ke depan," dia kepada media pada Rabu (17/5/2023) seperti dilansir dari Daily Start Jumat (19/5/2023).
Sementara itu, Direktur Biro Investigasi Federal AS (FBI), Christopher Wray menyebut ia sangat khawatir dengan pengembangan program kecerdasan buatan (AI) China.
Menurut Wray, pengembangan program AI China ini menakutkan karena tak dibatasi oleh aturan hukum. Hal ini ia utarakan dalam diskusi panel di World Economic Forum di Davos, Swiss.
Ditambah lagi, pemerintah China menurut Wray membangun ambisinya itu di atas harta kekayaan intelektual dan data sensitif yang mereka curi selama bertahun-tahun ke belakang.
Kemampuan AI China ini menurutnya bisa dipakai untuk mempercanggih kemampuan para hackernya saat mencuri data-data penting lainnya, atau melakukan berbagai aksi represi untuk membungkam kebebasan berekspresi warga China.
Pada Oktober 2021 misalnya, pejabat kontra intelijen AS mengeluarkan peringatan pada para eksekutif perusahaan, akademisi, dan pemerintah lokal di AS terkait ambisi China dalam pengembangan AI.
Kaitannya adalah agar mereka berhati-hati dalam menerima investasi atau bantuan dari China di industri-industri kunci.
Lalu pada Januari 2021, komisi AI yang dipimpin mantan CEO Google Eric Schmidt meminta AS meningkatkan kemampuan AI-nya untuk bisa menandingi China, termasuk mengembangkan senjata berbasis AI.
Saat itu Schmidt menyebut bahwa aturan privasi yang lemah dan populasi besar merupakan keuntungan bagi China dalam mengembangkan teknologinya.
Maka pemerintah harus makin mendukung sektor swasta Amerika agar tetap bertahan dari gempuran China.
(wbs)