Gunakan Teknologi AI, Peneliti Ungkap Suhu Panas Bumi Naik 1,5 Derajat Celcius
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah penelitian mengungkapkan ambang pemanasan global secara kritis akan berlangsung lebih cepat. Studi itu menyebut, suhu panas bumi akan naik 1,5 derajat celcius dari sebelumnya.
Dilansir dari 9News, kenaikan suhu global telah melintasi ambang 2 derajat pada pertengahan abad ini dan akan membawa Down Planet-Warming Polusi.
Data menunjukkan, suhu global rata-rata telah naik naik sekitar 1,1 derajat menjadi 1,2 derajat sejak industrialisasi.
"Perubahan iklim berdampak tinggi, selama tiga dekade ke depan," tulis laporan itu, dikutip Minggu (14/5/2023).
Dampak dari kenaikan suhu ini adalah terjadinya banjir ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan, dan kekurangan makanan akan meningkat secara dramatis, yang dapat mengganggu pola rantai makanan.
Noah Diffenbaugh, Profesor dari Universitas Stanford mengatakan, penelitian itu dilakukan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang tengah berkembang.
"Studi ini menggunakan jaringan saraf buatan atau sejenis pembelajaran mesin atau kecerdasan buatan yang dilatih oleh para ilmuwan pada model iklim, dan kemudian menggunakan pengamatan historis suhu dunia," jelasnya.
Dalam penelitian itu juga terungkap, ada tugas skenario perubahan iklim yang akan terjadi, yakni iklim rendah, menengah dan tinggi yang disebabkan oleh gas rumah kaca di atmosfer.
"Dalam ketiga skenario, diperkirakan bahwa suhu panas dunia akan naik 1,5 derajat antara tahun 2033 dan 2035," jelasnya.
Prediksi penelitian ini sejalan dengan laporan yang diterbitkan pada tahun 2022, di mana Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan suhu panas dunia dapat melewati ambang batas 1,5 derajat.
Dilansir dari 9News, kenaikan suhu global telah melintasi ambang 2 derajat pada pertengahan abad ini dan akan membawa Down Planet-Warming Polusi.
Data menunjukkan, suhu global rata-rata telah naik naik sekitar 1,1 derajat menjadi 1,2 derajat sejak industrialisasi.
"Perubahan iklim berdampak tinggi, selama tiga dekade ke depan," tulis laporan itu, dikutip Minggu (14/5/2023).
Dampak dari kenaikan suhu ini adalah terjadinya banjir ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan, dan kekurangan makanan akan meningkat secara dramatis, yang dapat mengganggu pola rantai makanan.
Noah Diffenbaugh, Profesor dari Universitas Stanford mengatakan, penelitian itu dilakukan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang tengah berkembang.
"Studi ini menggunakan jaringan saraf buatan atau sejenis pembelajaran mesin atau kecerdasan buatan yang dilatih oleh para ilmuwan pada model iklim, dan kemudian menggunakan pengamatan historis suhu dunia," jelasnya.
Dalam penelitian itu juga terungkap, ada tugas skenario perubahan iklim yang akan terjadi, yakni iklim rendah, menengah dan tinggi yang disebabkan oleh gas rumah kaca di atmosfer.
"Dalam ketiga skenario, diperkirakan bahwa suhu panas dunia akan naik 1,5 derajat antara tahun 2033 dan 2035," jelasnya.
Prediksi penelitian ini sejalan dengan laporan yang diterbitkan pada tahun 2022, di mana Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan suhu panas dunia dapat melewati ambang batas 1,5 derajat.
(san)