Dinilai Akurat! AI Berhasil Memetakan Suara dalam Pemilihan Presiden
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah studi di Universitas Brigham Young menyatakan, kecerdasan buatan (AI) dapat menanggapi pertanyaan survei yang kompleks seperti halnya manusia.
Dilansir dari The Week, studi ini menguji keakuratan model bahasa GPT-3, yang meniru hubungan rumit antara ide, sikap, dan konteks sosiokultural subpopulasi manusia.
"Dalam satu percobaan, peneliti menciptakan persona buatan dengan karakteristik tertentu seperti ras, usia, ideologi, dan religiusitas, serta menguji apakah mereka (AI) akan memilih sama seperti yang dilakukan manusia dalam pemilihan Presiden AS," tulis laman itu, dikutip Kamis (6/4/2023).
Dengan database manusia komparatif, studi ini menemukan korespondensi bagaimana AI dan manusia memilih. Temuan ini juga menunjukkan, AI berpotensi menggantikan responden manusia dalam penelitian gaya survei.
"Saya benar-benar terkejut melihat seberapa akurat itu cocok," timpal David Wingate, Profesor Ilmu Komputer BYU.
Menurutnya, studi ini sangat menarik karena model itu tidak dilatih untuk melakukan ilmu politik, tetapi hanya dilatih pada seratus miliar kata teks yang diunduh dari internet.
"Tetapi informasi konsisten yang kami dapatkan sangat terhubung dengan bagaimana orang benar-benar memilih," jelasnya.
Dalam percobaan lain, mereka juga mengkondisikan persona buatan untuk menawarkan tanggapan dari daftar opsi dalam survei gaya wawancara, sekali lagi menggunakan ANES sebagai sampel manusia mereka.
Dilansir dari The Week, studi ini menguji keakuratan model bahasa GPT-3, yang meniru hubungan rumit antara ide, sikap, dan konteks sosiokultural subpopulasi manusia.
"Dalam satu percobaan, peneliti menciptakan persona buatan dengan karakteristik tertentu seperti ras, usia, ideologi, dan religiusitas, serta menguji apakah mereka (AI) akan memilih sama seperti yang dilakukan manusia dalam pemilihan Presiden AS," tulis laman itu, dikutip Kamis (6/4/2023).
Dengan database manusia komparatif, studi ini menemukan korespondensi bagaimana AI dan manusia memilih. Temuan ini juga menunjukkan, AI berpotensi menggantikan responden manusia dalam penelitian gaya survei.
"Saya benar-benar terkejut melihat seberapa akurat itu cocok," timpal David Wingate, Profesor Ilmu Komputer BYU.
Menurutnya, studi ini sangat menarik karena model itu tidak dilatih untuk melakukan ilmu politik, tetapi hanya dilatih pada seratus miliar kata teks yang diunduh dari internet.
"Tetapi informasi konsisten yang kami dapatkan sangat terhubung dengan bagaimana orang benar-benar memilih," jelasnya.
Dalam percobaan lain, mereka juga mengkondisikan persona buatan untuk menawarkan tanggapan dari daftar opsi dalam survei gaya wawancara, sekali lagi menggunakan ANES sebagai sampel manusia mereka.