Profil CTO OpenAI Mira Murati, Sosok Cantik Pencipta ChatGPT
loading...
A
A
A
SAN FRANSISCO - Sosok cantik Mira Murati merupakan pencipta chatbot ChatGPT yang didukung Artificial Intelligence (AI). Mira Murati yang berusia 35 tahun sekarang menjabat Chief Technology Officer (CTO) di OpenAI.
Mira Murati, lahir dan besar di San Francisco, Amerika Serikat. Orang tua Mira, menurut beberapa laporan media, berasal dari India, meskipun dari belakangnya mencerminkan akar bahasa Albania.
Menurut bio LinkedIn-nya, dia memulai karier Analis di Goldman Sachs dan di antara tugas penting, adalah manajer produk senior, Model X di Tesla antara 2013 hingga 2016. Dia telah menyelesaikan gelar Bachelor of Engineering dari Thayer School of Engineering di Dartmouth.
Murati bergabung dengan Open AI pada Juni 2018 sebagai Vice President, Artificial Intelligence (AI) terapan dan Kemitraan, dan saat ini menjadi CTO Open AI. Diketahui Open AI adalah perusahaan riset dan penerbitan yang berbasis di California di balik pengembangan ChatGPT.
Chatbot AI ChatGPT dibuat oleh OpenAI, starup berbasis di San Francisco, yang melakukan penelitian kecerdasan buatan. Aplikasi ini diluncurkan pada November 2022 ChatGPT dan sekarang menjadi sangat populer di seluruh dunia.
Sesuai laporan media, sekarang para ahli mengemukakan kekhawatiran tentang bahaya yang terkait dengan perangkat lunak AI. Termasuk Mira Murati, yang baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya tentang chatbot dan mengatakan bahwa AI dapat disalahgunakan.
“AI dapat disalahgunakan, atau dapat digunakan oleh oknum yang tidak baik. Jadi, ada pertanyaan tentang bagaimana Anda mengatur penggunaan teknologi ini secara global. Bagaimana Anda mengatur penggunaan AI dengan cara yang selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan?” katanya kepada Majalah Time dikutip SINDOnews dari laman Siasat, Kamis (23/2/2023).
Teknologi ini mampu memberikan informasi tentang apa saja mulai dari sejarah hingga filosofi, membuat lirik lagu, dan membuat perubahan pada kode program komputer. Untuk itu, Mira Murati mengatakan, pengembangan ChatGPT membutuhkan masukan dari berbagai pihak.
“Tapi kami adalah sekelompok kecil orang dan kami membutuhkan lebih banyak masukan dalam sistem ini. Bakan masukan yang melampaui teknologi dari regulator, pemerintah, dan para ahli,” katanya.
Mira Murati, lahir dan besar di San Francisco, Amerika Serikat. Orang tua Mira, menurut beberapa laporan media, berasal dari India, meskipun dari belakangnya mencerminkan akar bahasa Albania.
Menurut bio LinkedIn-nya, dia memulai karier Analis di Goldman Sachs dan di antara tugas penting, adalah manajer produk senior, Model X di Tesla antara 2013 hingga 2016. Dia telah menyelesaikan gelar Bachelor of Engineering dari Thayer School of Engineering di Dartmouth.
Murati bergabung dengan Open AI pada Juni 2018 sebagai Vice President, Artificial Intelligence (AI) terapan dan Kemitraan, dan saat ini menjadi CTO Open AI. Diketahui Open AI adalah perusahaan riset dan penerbitan yang berbasis di California di balik pengembangan ChatGPT.
Chatbot AI ChatGPT dibuat oleh OpenAI, starup berbasis di San Francisco, yang melakukan penelitian kecerdasan buatan. Aplikasi ini diluncurkan pada November 2022 ChatGPT dan sekarang menjadi sangat populer di seluruh dunia.
Sesuai laporan media, sekarang para ahli mengemukakan kekhawatiran tentang bahaya yang terkait dengan perangkat lunak AI. Termasuk Mira Murati, yang baru-baru ini mengungkapkan kekhawatirannya tentang chatbot dan mengatakan bahwa AI dapat disalahgunakan.
“AI dapat disalahgunakan, atau dapat digunakan oleh oknum yang tidak baik. Jadi, ada pertanyaan tentang bagaimana Anda mengatur penggunaan teknologi ini secara global. Bagaimana Anda mengatur penggunaan AI dengan cara yang selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan?” katanya kepada Majalah Time dikutip SINDOnews dari laman Siasat, Kamis (23/2/2023).
Teknologi ini mampu memberikan informasi tentang apa saja mulai dari sejarah hingga filosofi, membuat lirik lagu, dan membuat perubahan pada kode program komputer. Untuk itu, Mira Murati mengatakan, pengembangan ChatGPT membutuhkan masukan dari berbagai pihak.
“Tapi kami adalah sekelompok kecil orang dan kami membutuhkan lebih banyak masukan dalam sistem ini. Bakan masukan yang melampaui teknologi dari regulator, pemerintah, dan para ahli,” katanya.
(wib)