Gempa Turki Disebabkan Operasi HAARP? Begini Fakta Sebenarnya

Kamis, 16 Februari 2023 - 16:12 WIB
loading...
Gempa Turki Disebabkan...
Program Riset Auroral Aktif Frekuensi Tinggi atau HAARP adalah fasilitas ilmiah untuk mempelajari ionosfer, terletak di dekat Gakona, Alaska, AS. Foto/Wikipedia Commons/Britannica
A A A
ANKARA - Beredar kabar bahwa gempa Turki berkekuatan 7,8 magnitudo yang menelan korban jiwa hingga 36.000 orang disebabkan operasi HAARP. Diketahui HAARP adalah High-frequency Active Auroral Research Program atau Program Riset Auroral Aktif Frekuensi Tinggi milik Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari Reuters, beredar di media sosial, sebuah tweet mengatakan, "Gempa bumi di Turki terlihat seperti operasi hukuman (HAARP) oleh NATO atau AS melawan Turki". Postingan itu juga membagikan video yang menunjukkan sambaran petir.

“Tidak normal dalam gempa bumi, tetapi selalu terjadi di operasi HAARPA”. Kabar serupa juga tersebar melalui postingan di Instagram.



Beberapa ahli mengatakan kepada Reuters bahwa HAARP tidak bertanggung jawab atas gempa bumi di Turki atau di mana pun karena tidak memiliki kemampuan seperti itu. Informasi yang salah sering menyebar secara online setelah bencana melanda dan dapat mencakup gambar palsu atau narasi yang menyesatkan.

Menurut David Hysell, profesor teknik Thomas R Briggs di Universitas Cornell, secara teori HAARP tidak mungkin menciptakan gempa bumi. HAARP hanya pemancar radio yang lebih besar dari kebanyakan pemancar radio lainnya.

Hal senada juga diungkapkan David Malaspina, ilmuwan peneliti di Laboratory for Atmospheric and Space Physics (LASP) di University of Colorado Boulder. Dia mengatakan bahwa gelombang radio HAARP mirip dengan stasiun siaran radio AM yang kuat, dan tidak ada mekanisme bahwa siaran radio AM dapat menyebabkan gempa bumi.

Dia mengatakan gelombang radio semacam ini menembus kurang dari 1 cm ke dalam tanah, sedangkan gempa bumi jauh lebih dalam. “Gempa Bumi 2023 di Turki berasal dari kedalaman 17 km lebih ke bawah tanah,” katanya.



Dikutip dari laman Britannica, Program Riset Auroral Aktif Frekuensi Tinggi atau HAARP adalah fasilitas ilmiah untuk mempelajari ionosfer, terletak di dekat Gakona, Alaska, AS. Instrumen utamanya adalah Ionospheric Research Instrument (IRI), sebuah susunan dari 180 antena radio yang tersebar di area seluas 0,13 kilometer persegi.

Ionosfer yang terletak 50 kilometer di atas permukaan tanah sangat penting untuk radio karena frekuensi radio rendah dipantulkan dari ionosfer, memungkinkan komunikasi jarak jauh. Ionosfer juga merupakan tempat terjadinya aurora ketika partikel angin matahari bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen.

Kemudian IRI mentransmisikan pada frekuensi antara 2,7 dan 10 MHz dengan kekuatan 3,6 megawatt. Ini mentransmisikan gelombang radio ke atas ke ionosfer, di mana mereka menyebabkan elektron bergerak dalam gelombang.
Gempa Turki Disebabkan Operasi HAARP? Begini Fakta Sebenarnya


Begitu pentingnya ionosfer untuk komunikasi radio, pada awal 1990-an Angkatan Udara AS dan Angkatan Laut AS mengusulkan proyek HAARP, dan Angkatan Udara memulai konstruksi pada tahun 1993. Lokasi dekat Gakona dipilih karena merupakan area tanah datar yang di wilayah Kutub Utara di mana aurora terjadi.



Lokasi HAARP berada di dekat jalan raya utama tetapi cukup terisolasi sehingga tidak ada sumber gangguan listrik atau radio di dekatnya. Kemudian tanggung jawab untuk mengoperasikan HAARP dialihkan ke University of Alaska Fairbanks pada tahun 2015.

Jessica Matthews, manajer program HAARP di University of Alaska Fairbanks, mengatakan kepada Reuters bahwa peralatan penelitian di situs HAARP tidak dapat menciptakan atau menimbulkan bencana alam. ”Gempa bumi baru-baru ini dan korban jiwa yang tragis di Turki ditimbulkan oleh bencana alam,” ucapnya.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Peta Geologi Bumi dengan...
Peta Geologi Bumi dengan Lempeng Tektonik Terbaru Diterbitkan
Teknologi Penerjemah...
Teknologi Penerjemah AI DeepSeek Bantu Misi Penyelamatan di Myanmar
Fenomena Gelombang Ombak...
Fenomena Gelombang Ombak Laut Berbentuk Kotak Terjadi di Turki
Ini Sesar dan Lempeng...
Ini Sesar dan Lempeng Tektonik Pemicu Gempa Bumi Besar di China
Turki Berhasil Luncurkan...
Turki Berhasil Luncurkan Satelit Turksat 6A, Ini Misi Utamanya
Menguak Misteri Gempa...
Menguak Misteri Gempa dan Tsunami: Bisakah Bencana Alam Ini Diprediksi?
Penampakan Kota Urfa...
Penampakan Kota Urfa di Turki, Tempat Nabi Ibrahim Dibakar Raja Namrud
Air Mancur Kestros Kuno...
Air Mancur Kestros Kuno di Turki Berfungsi Kembali setelah 1.800 Tahun
Death Valley Diguncang...
Death Valley Diguncang Gempa 130 Kali, Ahli Minta Waspadai Hal Ini
Rekomendasi
Pegawai Rumah Sakit...
Pegawai Rumah Sakit Jiwa di Kalbar Disiram Air Keras Orang Tak Dikenal
Siap Ngebut di Spanyol!...
Siap Ngebut di Spanyol! Jangan Lewatkan MotoGP Jerez 2025 Akhir Pekan Ini di VISION+
Ramalan BI: Ekonomi...
Ramalan BI: Ekonomi RI di 2025 Tumbuh Melambat di Kisaran 4,7-5,5 Persen
Berita Terkini
AI Jadi Kunci LG untuk...
AI Jadi Kunci LG untuk Menguasai Pasar Peralatan Rumah Tangga di Asia
29 menit yang lalu
Meta Gunakan AI untuk...
Meta Gunakan AI untuk Deteksi Umur Pengguna di Bawah Umur
15 jam yang lalu
YouTube Akan Terjemahkan...
YouTube Akan Terjemahkan Bahasa secara Otomatis dengan AI
1 hari yang lalu
Perang Dagang dengan...
Perang Dagang dengan AS, China Yakin Akan Jadi Penguasa Teknologi Chip
1 hari yang lalu
Capek Antre Tiket Bus?...
Capek Antre Tiket Bus? Platform Ini Ubah Perjalananmu Jadi Lebih Asyik dan Hemat
2 hari yang lalu
Arkeolog Temukan Makam...
Arkeolog Temukan Makam Pangeran Firaun Userkaf dan atung Djoser
2 hari yang lalu
Infografis
Aktivitas Gempa Bumi...
Aktivitas Gempa Bumi Bisa Dipengaruhi Panas Matahari
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved