Miris, Banyak Orang Tua Tidak Sadar Bahaya Kejahatan Siber Terhadap Anak
Rabu, 06 Juli 2022 - 18:15 WIB
JAKARTA - Kejahatan internet semakin beragam. Bisa lewat serangan siber , bisa juga dalam bentuk perundungan dan pelecehan di media sosial. Sayangnya, banyak survei yang menyebut ketidaktahuan orang tua terhadap bahaya dan potensi kejahatan di internet terhadap anak-anak mereka. Karena mereka tidak tahu atau tidak sadar, bahaya kejahatan internet tidak dikomunikasikan dengan baik.
Hal itu terungkap dalam webinar “Bagaimana Teknologi Informasi Akan Mengubah Masa Depan” belum lama ini.
Padahal, menurut CEO Global Influencer School dan pemerhati media sosial Hariqo Wibawa Satria, mengkomunikasikan bahaya media sosial merupakan jurus jitu untuk menangkal anak-anak dari paparan negatif internet dan media sosial. ”Mulai dari cyberbullying, pelecehan, penipuan, serta kejahatan lain di dunia internet yang semakin beragam,” ujarnya.
Selain itu, Hariqo menyebut pentingnya orang tua untuk mengajarkan etika kepada anak-anaknya dalam menggunakan internet dan media sosial. Sehingga anak tetap dapat menjaga kesopanan di dunia maya. ”Orang tua harus mulai mengobrol dengan dengan anak-anak tentang keamanan online,” ungkapnya.
Selain edukasi, pencegahan lain adalah lewat pelindungan diri saat terhubung ke dunia maya. Relawan TIK Bandar Lampung dan Jawara Internet Sehat 2022 Aliy Hafiz menyarankan orang tua memakai jalur khusus komunikasi pribadi virtual private network (VPN) ketika mengakses internet.
” VPN membuat jalur koneksi khusus secara privat sehingga pihak ketiga tidak akan bisa melihat. Jadi lebih aman,” katanya. Menurutnya, salah satu potensi buruk kejahatan internet ialah penyadapan. ”Ketika jaringan komunikasi disadap, maka data, akun, dan semuanya bisa diambil oleh penyadap,” imbuhnya.
Faktanya, pengguna internet di Indonesia terus meningkat, mencapai 202,6 juta di 2021 (61.8% dari total populasi Indonesia.). Bahkan, 170 juta diantara menggunakan media sosial.
Sayangnya, survei Literasi Digital di Indonesia pada 2021 juga mencatat tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”. Tepatnya, di angka 3,49 dari skala 1-5.
Karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berupaya terus melakukan edukasi terhadap literasi digital. Salah satunya menargetkan 50 juta masyarakat mendapat literasi digital pada 2024.
Hal itu terungkap dalam webinar “Bagaimana Teknologi Informasi Akan Mengubah Masa Depan” belum lama ini.
Padahal, menurut CEO Global Influencer School dan pemerhati media sosial Hariqo Wibawa Satria, mengkomunikasikan bahaya media sosial merupakan jurus jitu untuk menangkal anak-anak dari paparan negatif internet dan media sosial. ”Mulai dari cyberbullying, pelecehan, penipuan, serta kejahatan lain di dunia internet yang semakin beragam,” ujarnya.
Selain itu, Hariqo menyebut pentingnya orang tua untuk mengajarkan etika kepada anak-anaknya dalam menggunakan internet dan media sosial. Sehingga anak tetap dapat menjaga kesopanan di dunia maya. ”Orang tua harus mulai mengobrol dengan dengan anak-anak tentang keamanan online,” ungkapnya.
Selain edukasi, pencegahan lain adalah lewat pelindungan diri saat terhubung ke dunia maya. Relawan TIK Bandar Lampung dan Jawara Internet Sehat 2022 Aliy Hafiz menyarankan orang tua memakai jalur khusus komunikasi pribadi virtual private network (VPN) ketika mengakses internet.
” VPN membuat jalur koneksi khusus secara privat sehingga pihak ketiga tidak akan bisa melihat. Jadi lebih aman,” katanya. Menurutnya, salah satu potensi buruk kejahatan internet ialah penyadapan. ”Ketika jaringan komunikasi disadap, maka data, akun, dan semuanya bisa diambil oleh penyadap,” imbuhnya.
Faktanya, pengguna internet di Indonesia terus meningkat, mencapai 202,6 juta di 2021 (61.8% dari total populasi Indonesia.). Bahkan, 170 juta diantara menggunakan media sosial.
Sayangnya, survei Literasi Digital di Indonesia pada 2021 juga mencatat tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”. Tepatnya, di angka 3,49 dari skala 1-5.
Karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berupaya terus melakukan edukasi terhadap literasi digital. Salah satunya menargetkan 50 juta masyarakat mendapat literasi digital pada 2024.
(dan)
tulis komentar anda