Mengapa Algoritma Media Sosial Justru Jadi Musuh Para Kreator?

Kamis, 05 Mei 2022 - 14:29 WIB
Kreator atau pencipta konten memiliki kesempatan untuk menjadikan profesi content creator sebagai sebuah karir. Foto: Ist
JAKARTA - Oleh: Edi Hartono, Co-Founder & Creative Director vosFoyer

Sejak 2018, Instagram terus menerus mengubah acak algoritmanya. Sebagian dari pengguna Instagram merasa bingung karena mendapat unggahan teman yang tidak aktual namun masih muncul di laman Newsfeed teratas.

Selain itu, algoritma Instagram hanya mengekspose ke 10% jumlah followers. Instagram yang awalnya berupa komunitas, mulai berubah menjadi platform bisnis.

Instagram melihat bahwa banyak kreators yang dapat menghasilkan uang dari Instagram. Inilah yang disebut dengan creators economy.

Kreator atau pencipta konten memiliki kesempatan untuk menjadikan profesi content creator sebagai sebuah karir. Bentuknya bisa macam-macam. Ada brand collaboration (endorsement atau product collaboration), menjadi pembicara di workshop, punya produk yang bisa dijual ke audience-nya (merchandise), dan lainnya.



Ketika kreator bisa mendapat penghasilan dari Instagram, lalu instagram dapat apa?

Maka, Instagram mulai mengutak-atik algoritmanya. Juga mengenalkan iklan sebagai sumber penghasilan. Dengan algoritma yang sering berubah-ubah, kreator semakin kesulitan meningkatkan awareness dan engagementnya. Ini karena Instagram ingin mendorong kreator menggunakan ads/iklan agar konten dapat dilihat oleh lebih banyak audience. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi kreator baru.

Di satu sisi, banyak kreators yang ingin kembali ke algoritma chronological, dimana platformnya lebih berfokus kepada pertumbuhan kreator.

Instagram sendiri berusaha mendengar suara hati kreator, sehingga memunculkan dua fitur baru, yaitu Favorites dan Followings.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More