Flokq Sebut Co-Living akan Lebih Populer Dibanding Co-Working Space

Jum'at, 19 Juni 2020 - 16:17 WIB
Flokq menilai bisnis properti co-living akan lebih populer dibandingkan co-working space. Foto/Ist
JAKARTA - Pandemik virus Corona atau COVID-19 yang berujung Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mendorong daya beli masyarakat terjun bebas. Hal ini membuat perilaku orang berubah, sekaligus mengubah peta bisnis di dunia, termasuk Indonesia. (Baca juga: 5 Pengusaha Properti Dunia Terkaya )

Salah satu sektor bisnis yang terimbas adalah properti, termasuk di dalamnya rental hunian atau co-living. Namun bisnis ini diyakini akan terus membaik sejalan dengan diberlakukannya New Normal (kenormalan baru) oleh pemerintah.



“Pandemik COVID-19 jelas berdampak terhadap ekonomi, baik bagi masyarakat atau industrinya sendiri. Begitu juga dengan bisnis properti sendiri,” kata Vice President Jayakarta Group, sekaligus partner dan investor Flokq di Indonesia, Nicholas Pudjiadi, dalam konferensi video Masa Depan Bisnis CoLiving dan The Future of Living Pasca-Pandemik COVID-19. (Baca juga: Audiensi dengan BNPB, Ini Tiga Poin Masukan KM ITB soal COVID-19 )

Menurut dia, bisnis properti yang berat adalah co-working space. Karena aturan COVID-19 membuat harga sewa yang dirasakan konsumen bakal memberatkan. Mengingat kapasitas yang terbatas terkait aturan jaga jarak dan biaya lain yang menyertainya.





Nah, celah kelemahan-kelemahan ini yang akan diambil oleh co-living. "Co-living memberikan fasilitas yang tak kalah baiknya dengan co-working space. Terutama ketersediaan internet untuk bekerja," klaimnya.

Jadi, papar Nicholas, konsumen atau pekerja tak lagi perlu keluar hunian untuk bekerja secara online. "Jaringan internet juga terjamin karena kami sudah bekerja sama dengan operator. Seandainya ada kendala, mereka langsung turun tangan," tambahnya.



Terkait menurunnya daya beli masyarakat, dia mengatakan, flokq berupaya memberikan harga terbaik bagi pelanggannya. "Kami berupaya bernegoisasi dengan pemilik hunian untuk menurunkan harga sehubungan menurunnya daya beli masyarakat," pungkasnya.
(iqb)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More