Penyelenggaraan 5G Jadi Solusi Tingginya Trafik Internet
Minggu, 24 Oktober 2021 - 13:46 WIB
JAKARTA - Berbagai studi menyatakan bahwa peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini didukung oleh sejumlah faktor, seperti total penduduk yang terbesar ke-4 di dunia. Jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta atau 70,7 persen, ditopang oleh Generasi Z sebanyak 75,49 juta orang, atau 27,94 persen dan Generasi Y/Milenial yang mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.
Dari sisi digital user, jumlah pengguna ponsel Indonesia saat ini mencapai 345,3 juta (125,6 persen dari total populasi). Dengan penetrasi internet sebesar 73,7 persen dan trafik internet yang mengalami peningkatan 15-20 persen di sepanjang 2020. Bahkan saat ini, telah muncul gelombang teknologi baru seperti jaringan 5G, IoT, blockchain, artificial intelligence dan cloud computing.
Penyelenggaraan jaringan 5G tentunya akan menjadi sebuah solusi di masa depan. Karena, jika tidak ada jaringan 5G akan ada kekhawatiran yang muncul terhadap layanan yang diberikan kepada pelanggan. Di mana saat ini teknologi digital sudah menjadi sendi-sendi yang menggerakan kegiatan masyarakat.
Meski sangat dibutuhkan, kehadiran 5G ini jangan hanya sekadar ada. Tetapi harus menghadirkan layanan 5G yang optimal. Kesiapan spektrum frekuensi untuk 5G harus dipersiapkan.
Selain spektrum, yakni lebar pita. Lebar pita maksudnya adalah jaringan penghubung antara menara-menara BTS dengan central-central di mana internet akan terhubung dan ini harus diperluas dengan menggunakan jaringan fiber optic.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi seluruh Indonesia (ATSI) Marwan O Baasir mengungkapkan bahwa ketersediaan fiber optic hingga saat ini masih terbatas dan belum merata, karena kebanyakan terkonsentrasi di area perkotaan.
"Untuk itu, peran Kementerian Kominfo harus dioptimalkan untuk membantu para operator yang tergabung dalam asosiasi, agar pemerintah daerah bisa merelaksasi atuan-aturannya sehingga proses penggelaran fiber optic dapat berjalan dengan mudah sehingga bisa mendukung pengembangan 5G di Tanah Air," kata Marwan.
Selain itu, Marwan menuturkan, 5G yang ideal ada di frekuensi 3,5 giga herzt (GHz). Saat ini operator menggunakan frekuensi yang ada, jadi ada yang menggunakan 2,3 GHz, 2,1 GHz dan sebagainya. Hal ini masih memungkinkan dengan adanya dynamic spektrum sharing.
"Tetap 5G, hanya menggunakan spektrum yang ada, jadi memang bandwith saat ini masih terbatas. Jadi, harapan kita 3,5 GHz bisa cepat," ujar Marwan.
Dari sisi digital user, jumlah pengguna ponsel Indonesia saat ini mencapai 345,3 juta (125,6 persen dari total populasi). Dengan penetrasi internet sebesar 73,7 persen dan trafik internet yang mengalami peningkatan 15-20 persen di sepanjang 2020. Bahkan saat ini, telah muncul gelombang teknologi baru seperti jaringan 5G, IoT, blockchain, artificial intelligence dan cloud computing.
Penyelenggaraan jaringan 5G tentunya akan menjadi sebuah solusi di masa depan. Karena, jika tidak ada jaringan 5G akan ada kekhawatiran yang muncul terhadap layanan yang diberikan kepada pelanggan. Di mana saat ini teknologi digital sudah menjadi sendi-sendi yang menggerakan kegiatan masyarakat.
Meski sangat dibutuhkan, kehadiran 5G ini jangan hanya sekadar ada. Tetapi harus menghadirkan layanan 5G yang optimal. Kesiapan spektrum frekuensi untuk 5G harus dipersiapkan.
Selain spektrum, yakni lebar pita. Lebar pita maksudnya adalah jaringan penghubung antara menara-menara BTS dengan central-central di mana internet akan terhubung dan ini harus diperluas dengan menggunakan jaringan fiber optic.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi seluruh Indonesia (ATSI) Marwan O Baasir mengungkapkan bahwa ketersediaan fiber optic hingga saat ini masih terbatas dan belum merata, karena kebanyakan terkonsentrasi di area perkotaan.
"Untuk itu, peran Kementerian Kominfo harus dioptimalkan untuk membantu para operator yang tergabung dalam asosiasi, agar pemerintah daerah bisa merelaksasi atuan-aturannya sehingga proses penggelaran fiber optic dapat berjalan dengan mudah sehingga bisa mendukung pengembangan 5G di Tanah Air," kata Marwan.
Selain itu, Marwan menuturkan, 5G yang ideal ada di frekuensi 3,5 giga herzt (GHz). Saat ini operator menggunakan frekuensi yang ada, jadi ada yang menggunakan 2,3 GHz, 2,1 GHz dan sebagainya. Hal ini masih memungkinkan dengan adanya dynamic spektrum sharing.
"Tetap 5G, hanya menggunakan spektrum yang ada, jadi memang bandwith saat ini masih terbatas. Jadi, harapan kita 3,5 GHz bisa cepat," ujar Marwan.
tulis komentar anda