Kendala Teknis Sering Dialami Anak-anak Selama Pembelajaran Jarak Jauh
Kamis, 22 Juli 2021 - 18:05 WIB
JAKARTA - Kaspersky baru-baru ini melakukan survei yang mengidentidikasi tantangan teknis yang dihadapi oleh keluarga di kawasan Asia Pasifik (APAC) selama pembelajaran jarak jauh.
Demi memfasilitasi anak-anak dengan perangkat yang dibutuhkan saat belajar online, satu dari setiap dua keluarga di Asia Pasifik (49%) dengan dua atau lebih anak harus membeli atau menyewa perangkat tambahan demi mendukung jalannya pembelajaran.
Angka ini merupakan yang tertinggi kedua secara global, setelah Afrika 62% dan Amerika Latin mengikuti 48% sementara Timur Tengah mencatat yang terendah di 42%.
Berdasarkan survei tersebut, lebih dari separuh anak-anak di Asia Pasifik atau sekitar 59% melakukan kelas online mereka melalui smartphone.
Tiga dari lima anak di APAC atau sebanyak 60% mengalami kesulitan teknis untuk terhubung ke pembelajaran online secara teratur atau berkala.
Mayoritas dari mereka mendapat bantuan orang tua a agar perangkat bisa berfungsi. Namun, 16% anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.
Managing Director untuk Asia Pasifik Kaspersky Chris Connell, mengatakan studi yang mereka lakukan, membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis.
"Banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sek"olah jika mereka menawarkan opsi ini, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet,” kata Connell dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/7).
Agar tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstal program tambahan di perangkat mereka. Misalnya 38% mulai menggunakan layanan konferensi video baru, dan 43% mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya. Beberapa orang tua 23% juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.
Demi memfasilitasi anak-anak dengan perangkat yang dibutuhkan saat belajar online, satu dari setiap dua keluarga di Asia Pasifik (49%) dengan dua atau lebih anak harus membeli atau menyewa perangkat tambahan demi mendukung jalannya pembelajaran.
Angka ini merupakan yang tertinggi kedua secara global, setelah Afrika 62% dan Amerika Latin mengikuti 48% sementara Timur Tengah mencatat yang terendah di 42%.
Berdasarkan survei tersebut, lebih dari separuh anak-anak di Asia Pasifik atau sekitar 59% melakukan kelas online mereka melalui smartphone.
Tiga dari lima anak di APAC atau sebanyak 60% mengalami kesulitan teknis untuk terhubung ke pembelajaran online secara teratur atau berkala.
Mayoritas dari mereka mendapat bantuan orang tua a agar perangkat bisa berfungsi. Namun, 16% anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.
Managing Director untuk Asia Pasifik Kaspersky Chris Connell, mengatakan studi yang mereka lakukan, membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis.
"Banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sek"olah jika mereka menawarkan opsi ini, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet,” kata Connell dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/7).
Agar tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstal program tambahan di perangkat mereka. Misalnya 38% mulai menggunakan layanan konferensi video baru, dan 43% mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya. Beberapa orang tua 23% juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.
(dan)
Lihat Juga :
tulis komentar anda