China Panggil Alibaba CS Bahas Teknologi Deep Fake
Jum'at, 19 Maret 2021 - 15:05 WIB
BEIJING - Regulator China baru-baru ini memanggil 11 perusahaan teknologi lokal termasuk Alibaba Group, Tencent dan ByteDance.
Para raksasa teknologi itu dipanggil untuk membicarakan penggunaan teknologi 'deepfake' pada platform milik mereka, demikian dikutip dari Reuters, Jumat (18/3/2021)
Regulator dunia maya China dan Kementerian Keamanan Publik membahas tentang penilaian keamanan dan potensi masalah dari teknologi deepfake dan aplikasi sosial audio yang sedang populer.
Selain ketiga perusahaan tersebut, hadir pula dalam pertemuan itu Kuaishou Technology dan Xiaomi Corp. Sayangnya, semua perusahaan tak mau memberikan komentar terkait pertemuan itu.
Sekedar informasi, deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dipakai untuk mengubah video atau audio menjadi hiper-realistis namun ternyata palsu.
Negara Tirai Bambu itu memang sedang meningkatkan pengawasan terhadap raksasa internetnya dalam beberapa bulan terakhir, setelah ada kekhawatiran atas perilaku monopoli dan potensi pelanggaran hak konsumen.
Regulator juga mengatakan kepada perusahaan untuk melakukan penilaian keamanan sendiri dan menyerahkan laporan kepada pemerintah ketika mereka berencana untuk menambah fungsi baru atau layanan informasi baru yang memiliki kemampuan untuk memobilisasi masyarakat.
Terdapat lonjakan di China aplikasi audio seperti Clubhouse sejak layanan obrolan yang berbasis di AS diblokir di negara itu pada awal Februari.
Clubhouse hanya dapat diakses sebentar di China, tapi sudah menarik banyak pengguna yang berpartisipasi dalam diskusi tentang topik sensitif seperti kamp penahanan Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong, hingga akhirnya ditutup oleh pihak berwenang.
Pemilik TikTok, ByteDance, adalah salah satu dari banyak perusahaan yang mengerjakan aplikasi mirip Clubhouse untuk pasar Cina, Reuters melaporkan awal bulan ini.
Para raksasa teknologi itu dipanggil untuk membicarakan penggunaan teknologi 'deepfake' pada platform milik mereka, demikian dikutip dari Reuters, Jumat (18/3/2021)
Regulator dunia maya China dan Kementerian Keamanan Publik membahas tentang penilaian keamanan dan potensi masalah dari teknologi deepfake dan aplikasi sosial audio yang sedang populer.
Selain ketiga perusahaan tersebut, hadir pula dalam pertemuan itu Kuaishou Technology dan Xiaomi Corp. Sayangnya, semua perusahaan tak mau memberikan komentar terkait pertemuan itu.
Sekedar informasi, deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dipakai untuk mengubah video atau audio menjadi hiper-realistis namun ternyata palsu.
Negara Tirai Bambu itu memang sedang meningkatkan pengawasan terhadap raksasa internetnya dalam beberapa bulan terakhir, setelah ada kekhawatiran atas perilaku monopoli dan potensi pelanggaran hak konsumen.
Regulator juga mengatakan kepada perusahaan untuk melakukan penilaian keamanan sendiri dan menyerahkan laporan kepada pemerintah ketika mereka berencana untuk menambah fungsi baru atau layanan informasi baru yang memiliki kemampuan untuk memobilisasi masyarakat.
Terdapat lonjakan di China aplikasi audio seperti Clubhouse sejak layanan obrolan yang berbasis di AS diblokir di negara itu pada awal Februari.
Clubhouse hanya dapat diakses sebentar di China, tapi sudah menarik banyak pengguna yang berpartisipasi dalam diskusi tentang topik sensitif seperti kamp penahanan Xinjiang dan kemerdekaan Hong Kong, hingga akhirnya ditutup oleh pihak berwenang.
Pemilik TikTok, ByteDance, adalah salah satu dari banyak perusahaan yang mengerjakan aplikasi mirip Clubhouse untuk pasar Cina, Reuters melaporkan awal bulan ini.
(wbs)
tulis komentar anda