Detoks Medsos Kurangi Ketergantungan Media Sosial
Sabtu, 14 November 2020 - 10:36 WIB
Pentingnya melakukan pembatasan waktu akses medsos dirasa penting, karena setiap orang ?memiliki batasan maksimal masing-masing. Lisa pun mengingatkan, misalnya main medsos tiga kali sehari, ini harus diubah. Atau kita bisa menentukan kapan waktu untuk berhenti menggunakan smartphone. (Baca juga: Kriminolog: Hoaks Masuk Kategori Kejahatan karena Menimbulkan Dampak Buruk)
Tentunya priode ini berbeda antara satu orang dan lainnya, entah itu pagi hari saat istirahat siang, atau menjelang waktu tidur. Cara lebih efektif lainnya bisa dilakukan dengan memiliki aktivitas lain yang seolah membuat diri kita lupa dengan keberadaan medsos. Misalnya seperti aktivitas luar ruangan, entah itu olahraga atau hobi lainnya yang mulai bisa kita lakukan secara rutin.
"Hobi bisa bikin orang jadi addict, misalnya olahraga, atau kegiatan di luar ruangan. Harus perlahan di tahapan ini, awalnya harus dari niat dulu kemudian diatur durasinya," ungkap pengamat budaya dan komunikasi digital, Firman Kurniawan.
Bagi orang yang sudah ketagihan medsos, menghentikan aktivitas mereka secara tiba-tiba bisa menjadi tindakan ekstrim. Oleh karena itu, Firman menegaskan bahwa untuk benar-benar ingin lepas dari medsos, mereka harus paham periode detoks medsos yang sesuai dengan diri masing-masing. (Baca juga: Gelombang PHK Tak Terbendung, Pengangguran di Bekasi Melonjak)
Dukungan keluarga untuk mengurangi kecanduan media sosial juga dapat mendorong niat mereka. "Orang yang mau berhenti bermain media sosial, effort-nya harus tinggi dan membutuhkan niat dulu. Dukungan keluarga juga penting jika memang ingin benar-benar berhenti," jelasnya.
Apabila ingin rehat sementara, Firman menyarankan untuk menghapus aplikasi media sosial yang ada di ponsel. Dengan demikian, kita menjadi terbiasa untuk tidak ketergantungan dengan media sosial.
Jika memang benar-benar ingin membuka media sosial, supaya bisa memilih medsos mana yang lebih utama untuk dibuka. Urutan media sosial yang dibuka mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat. Untuk menentukan urutan ini, pengguna harus bisa membedakan media sosial mana saja yang bisa mendatangkan kesenangan dan medsos mana saja yang hanya membuat hati keruh.
"Misalnya kita buka Twitter dulu, kemudian Instagram. Lalu Facebook. Atau media sosial lainnya seperti TikTok, pemakaiannya juga harus ikut dibatasi," tegasnya. (Lihat videonya: Berkunjung ke Aceh Jangan Lupa Menikmati Kopi Gayo)
Firman menambahkan, media sosial juga memberikan banyak manfaat positif, salah satunya penyampaian berita yang lebih cepat, respons publik dapat segera dilihat, pesan dapat bertahan berulang-ulang, dan ajang publikasi serta promosi berbiaya murah. (Aprilia S Andyna)
Tentunya priode ini berbeda antara satu orang dan lainnya, entah itu pagi hari saat istirahat siang, atau menjelang waktu tidur. Cara lebih efektif lainnya bisa dilakukan dengan memiliki aktivitas lain yang seolah membuat diri kita lupa dengan keberadaan medsos. Misalnya seperti aktivitas luar ruangan, entah itu olahraga atau hobi lainnya yang mulai bisa kita lakukan secara rutin.
"Hobi bisa bikin orang jadi addict, misalnya olahraga, atau kegiatan di luar ruangan. Harus perlahan di tahapan ini, awalnya harus dari niat dulu kemudian diatur durasinya," ungkap pengamat budaya dan komunikasi digital, Firman Kurniawan.
Bagi orang yang sudah ketagihan medsos, menghentikan aktivitas mereka secara tiba-tiba bisa menjadi tindakan ekstrim. Oleh karena itu, Firman menegaskan bahwa untuk benar-benar ingin lepas dari medsos, mereka harus paham periode detoks medsos yang sesuai dengan diri masing-masing. (Baca juga: Gelombang PHK Tak Terbendung, Pengangguran di Bekasi Melonjak)
Dukungan keluarga untuk mengurangi kecanduan media sosial juga dapat mendorong niat mereka. "Orang yang mau berhenti bermain media sosial, effort-nya harus tinggi dan membutuhkan niat dulu. Dukungan keluarga juga penting jika memang ingin benar-benar berhenti," jelasnya.
Apabila ingin rehat sementara, Firman menyarankan untuk menghapus aplikasi media sosial yang ada di ponsel. Dengan demikian, kita menjadi terbiasa untuk tidak ketergantungan dengan media sosial.
Jika memang benar-benar ingin membuka media sosial, supaya bisa memilih medsos mana yang lebih utama untuk dibuka. Urutan media sosial yang dibuka mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat. Untuk menentukan urutan ini, pengguna harus bisa membedakan media sosial mana saja yang bisa mendatangkan kesenangan dan medsos mana saja yang hanya membuat hati keruh.
"Misalnya kita buka Twitter dulu, kemudian Instagram. Lalu Facebook. Atau media sosial lainnya seperti TikTok, pemakaiannya juga harus ikut dibatasi," tegasnya. (Lihat videonya: Berkunjung ke Aceh Jangan Lupa Menikmati Kopi Gayo)
Firman menambahkan, media sosial juga memberikan banyak manfaat positif, salah satunya penyampaian berita yang lebih cepat, respons publik dapat segera dilihat, pesan dapat bertahan berulang-ulang, dan ajang publikasi serta promosi berbiaya murah. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
tulis komentar anda