Garis Tak Kasat Mata di Indonesia Tidak Bisa Dilewati Ikan dan Burung
Kamis, 19 Desember 2024 - 16:53 WIB
Dalam studi baru, yang diterbitkan di jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk mensimulasikan bagaimana hewan dipengaruhi oleh efek iklim yang dipicu oleh tumbukan benua.
Model memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologis, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil menunjukkan spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Kepulauan Melayu pada saat itu.
“Ketika Australia menjauh dari Antartika, itu membuka area laut dalam yang mengelilingi Antartika yang sekarang menjadi tempat Arus Sirkumpolar Antartika (ACC) berada," kata Alex Skeels, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Nasional Australia, seperti dilansir dari Live Science.
Model baru mengungkapkan bahwa perubahan iklim tidak memengaruhi semua spesies secara setara. Iklim di Asia Tenggara dan Kepulauan Melayu yang baru terbentuk tetap lebih hangat dan lebih basah daripada di Australia yang menjadi dingin dan kering.
Akibatnya, spesies satwa di Asia beradaptasi dengan baik untuk hidup di pulau-pulau Melayu dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk bergerak menuju Australia. "tidak demikian halnya dengan spesies Australia,” kata Skeels.
"Mereka telah berevolusi dalam iklim yang lebih dingin dan semakin kering dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kurang berhasil mendapatkan pijakan di pulau-pulau tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia,” bebernya.
Model memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologis, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil menunjukkan spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Kepulauan Melayu pada saat itu.
“Ketika Australia menjauh dari Antartika, itu membuka area laut dalam yang mengelilingi Antartika yang sekarang menjadi tempat Arus Sirkumpolar Antartika (ACC) berada," kata Alex Skeels, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Nasional Australia, seperti dilansir dari Live Science.
Model baru mengungkapkan bahwa perubahan iklim tidak memengaruhi semua spesies secara setara. Iklim di Asia Tenggara dan Kepulauan Melayu yang baru terbentuk tetap lebih hangat dan lebih basah daripada di Australia yang menjadi dingin dan kering.
Akibatnya, spesies satwa di Asia beradaptasi dengan baik untuk hidup di pulau-pulau Melayu dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk bergerak menuju Australia. "tidak demikian halnya dengan spesies Australia,” kata Skeels.
"Mereka telah berevolusi dalam iklim yang lebih dingin dan semakin kering dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kurang berhasil mendapatkan pijakan di pulau-pulau tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia,” bebernya.
(wbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda