Pegawai Komdigi Jadi Beking Bandar Judi Online, Pengamat: Kelemahan Keamanan di Manusia
Jum'at, 08 November 2024 - 08:02 WIB
JAKARTA - Kelemahan terbesar dari pengamanan bukan di software, tapi di manusia. Hal tersebut disampaikan oleh Pakar Keamanan Siber Vaksincom Alfons Tanujaya menanggapi oknum Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang menjadi “beking” ribuan situs judi online.
“Jadi, ketika sistem sudah baik dan sulit diserang, maka yang diserang kelemahan yangg paling lemah: manusia. Itu yang terjadi di Kominfo,” ungkap Alfons.
Yang memprihatinkan menurut Alfons, hal ini ibaratnya seperti pagar makan tanaman. “Seharusnya Kominfo menjadi pelindung masyarakat. Namun malah memanfaat posisinya untuk keuntungan pribadi,” ungkapnya.
Tentu saja, dampak hal tersebut sangat luar biasa. Masyarakat menjadi korban paparan konten judi. Di media sosial, banyak sekali curhatan korban judi online. Mulai mengalami masalah kesehatan mental, PHK, kriminalitas, bahkan bunuh diri.
“Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) harus mengevaluasi log dari sistem crawler, melihat siapa saja yang memiliki akses dan membenahi sistem secara keseluruhan supaya aman dari eksploitasi sejenis,” ujar Alfons.
Selain itu, ia juga mendorong agar Komdigi untuk mempertimbangkan masalah keterbukaan informasi.
“Sehingga aktivitas Crawling dan blokir diinformasikan secara live agar masyarakat bisa melihat kerja Komdigi dan membantu memantau jika terjadi kebocoran atau ‘masuk angin’,” ungkapnya.
Misalnya, dengan melibatkan organisasi seperti Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga IDNOG (Indonesia Network Operators' Group) dilibatkan secara aktif di sistem blokir sehingga ada sistem kontrol.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan evaluasi dan audit terhadap sistem dan tata kelola pengendalian konten negatif.
Nezar mengatakan, langkah ini diambil untuk mencegah kasus penyalahgunaan wewenang dalam penanganan situs judi online berulang.
Adapun jumlah oknum pegawai Komdigi yang terlibat dalam kasus judi online diperkirakan bakal terus bertambah seiring proses penyidikan lebih lanjut darikepolisian.
“Jadi, ketika sistem sudah baik dan sulit diserang, maka yang diserang kelemahan yangg paling lemah: manusia. Itu yang terjadi di Kominfo,” ungkap Alfons.
Yang memprihatinkan menurut Alfons, hal ini ibaratnya seperti pagar makan tanaman. “Seharusnya Kominfo menjadi pelindung masyarakat. Namun malah memanfaat posisinya untuk keuntungan pribadi,” ungkapnya.
Tentu saja, dampak hal tersebut sangat luar biasa. Masyarakat menjadi korban paparan konten judi. Di media sosial, banyak sekali curhatan korban judi online. Mulai mengalami masalah kesehatan mental, PHK, kriminalitas, bahkan bunuh diri.
“Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) harus mengevaluasi log dari sistem crawler, melihat siapa saja yang memiliki akses dan membenahi sistem secara keseluruhan supaya aman dari eksploitasi sejenis,” ujar Alfons.
Selain itu, ia juga mendorong agar Komdigi untuk mempertimbangkan masalah keterbukaan informasi.
“Sehingga aktivitas Crawling dan blokir diinformasikan secara live agar masyarakat bisa melihat kerja Komdigi dan membantu memantau jika terjadi kebocoran atau ‘masuk angin’,” ungkapnya.
Misalnya, dengan melibatkan organisasi seperti Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) hingga IDNOG (Indonesia Network Operators' Group) dilibatkan secara aktif di sistem blokir sehingga ada sistem kontrol.
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan evaluasi dan audit terhadap sistem dan tata kelola pengendalian konten negatif.
Baca Juga
Nezar mengatakan, langkah ini diambil untuk mencegah kasus penyalahgunaan wewenang dalam penanganan situs judi online berulang.
Adapun jumlah oknum pegawai Komdigi yang terlibat dalam kasus judi online diperkirakan bakal terus bertambah seiring proses penyidikan lebih lanjut darikepolisian.
(dan)
tulis komentar anda