Siap-Siap, Hujan Meteor Leonid Mengguyur Langit Malam Ini
Jum'at, 17 November 2023 - 10:14 WIB
JAKARTA - Atraksi hujan meteor Leonid akan menghiasi langit pada Jumat (17/11) malam hingga Sabtu (18/11) dini hari. Peristiwa spektakuler tahunan ini sayang untuk dilewatkan.
Puncak hujan meteor Leonid terjadi ketika Bumi melewati medan puing yang ditinggalkan oleh komet 55P/Tempel-Tuttle. Tahun ini, di bawah langit yang gelap, diperkirakan 10 hingga 15 meteor akan meluncur per jam.
Dikutip dari USA Today, Jumat (17/11/2023), Hujan Meteor Leonid dapat terlihat sejak 3 November hingga hingga 2 Desember. Namun puncaknya pada malam ini.
Meteor sebenarnya adalah pecahan-pecahan debu dan puing-puing berukuran kacang dan pasir yang terlepas dari komet 55P/Tempel-Tuttle saat berayun di sekitar Bumi. Debu dan puing-puing terbakar ketika menyentuh atmosfer kita.
"Saat komet mengorbit matahari, mereka meninggalkan debu di belakang orbit," kata Theodore Kareta, peneliti pascadoktoral di Lowell Observatory di Flagstaff, Arizona.
Hujan meteor terjadi ketika Bumi melintasi salah satu jejak debu komet ini dan debu terbakar di atmosfer.
“Seberapa banyak debu dalam jejak itu, sudut di mana Bumi melintasinya, dan kapan waktu dalam setahun ini terjadi, semuanya menjadi faktor dalam melihat, kapan harus melihat, dan apakah hujan meteor benar-benar menakjubkan atau biasa saja," terangnya.
Puncak hujan meteor Leonid terjadi ketika Bumi melewati medan puing yang ditinggalkan oleh komet 55P/Tempel-Tuttle. Tahun ini, di bawah langit yang gelap, diperkirakan 10 hingga 15 meteor akan meluncur per jam.
Dikutip dari USA Today, Jumat (17/11/2023), Hujan Meteor Leonid dapat terlihat sejak 3 November hingga hingga 2 Desember. Namun puncaknya pada malam ini.
Apa itu Hujan Meteor Leonid?
Meteor sebenarnya adalah pecahan-pecahan debu dan puing-puing berukuran kacang dan pasir yang terlepas dari komet 55P/Tempel-Tuttle saat berayun di sekitar Bumi. Debu dan puing-puing terbakar ketika menyentuh atmosfer kita.
"Saat komet mengorbit matahari, mereka meninggalkan debu di belakang orbit," kata Theodore Kareta, peneliti pascadoktoral di Lowell Observatory di Flagstaff, Arizona.
Hujan meteor terjadi ketika Bumi melintasi salah satu jejak debu komet ini dan debu terbakar di atmosfer.
“Seberapa banyak debu dalam jejak itu, sudut di mana Bumi melintasinya, dan kapan waktu dalam setahun ini terjadi, semuanya menjadi faktor dalam melihat, kapan harus melihat, dan apakah hujan meteor benar-benar menakjubkan atau biasa saja," terangnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda