Suara Pro Palestina Dibungkam di Sosial Media, Benarkah?
Kamis, 26 Oktober 2023 - 19:54 WIB
BBC melaporkan bahwa Meta meminta maaf karena menambahkan kata "teroris" pada akun pro-Palestina dan segera memperbaikinya.
Juru bicara TikTok mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perusahaan tidak memoderasi atau menghapus konten berdasarkan sensitivitas politik. Konten yang melanggar pedoman komunitas dianggap berlaku sama untuk semua konten di TikTok. Sementara YouTube dan X tidak memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.
Sebanyak 48 organisasi masyarakat sipil, termasuk 7amleh, Arab Centre for Social Media Advancement yang memperjuangkan hak digital masyarakat sipil Palestina dan Arab, mengeluarkan pernyataan mendesak perusahaan teknologi untuk menghormati hak digital Palestina selama perang berkepanjangan.
"Kami (khawatir) tentang sensor signifikan dan proporsional terhadap suara Palestina melalui penghapusan konten dan menyembunyikan hashtag, di antara pelanggaran lainnya," tulis mereka dalam pernyataan resmi.
Pembatasan terhadap aktivis, masyarakat sipil, dan pembela hak asasi manusia dinilai sebagai ancaman serius terhadap kebebasan berekspresi dan akses informasi, kebebasan berkumpul, dan partisipasi politik. Jalal Abukhater, manajer advokasi 7amleh mengatakan kepada Al Jazeera bahwa organisasi tersebut telah mendokumentasikan 238 kasus sensor pro-Palestina, sebagian besar di Facebook dan Instagram. Ini termasuk penghapusan konten dan pembatasan akun.
"Ada upaya yang tidak proporsional yang menargetkan konten terkait Palestina," kata Abukhater. Sebaliknya, narasi resmi Israel, sekejam apapun, lebih bebas karena Meta menganggapnya berasal dari entitas 'resmi', termasuk dari militer dan pejabat pemerintah Israel.
Seorang manajer pemasaran berusia 26 tahun dari Brussels melihat bahwa keterlibatan yang dia terima di Instagram Stories turun tajam ketika dia memposting tentang Palestina dari akun pribadinya. "Saya memiliki sekitar 800 pengikut, dan biasanya saya mendapatkan 200 tayangan untuk satu cerita," katanya kepada Al Jazeera. "Tapi ketika saya mulai memposting tentang Palestina, saya perhatikan tayangan saya menurun."
Juru bicara TikTok mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perusahaan tidak memoderasi atau menghapus konten berdasarkan sensitivitas politik. Konten yang melanggar pedoman komunitas dianggap berlaku sama untuk semua konten di TikTok. Sementara YouTube dan X tidak memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar.
Hak Digital Palestina
Sebanyak 48 organisasi masyarakat sipil, termasuk 7amleh, Arab Centre for Social Media Advancement yang memperjuangkan hak digital masyarakat sipil Palestina dan Arab, mengeluarkan pernyataan mendesak perusahaan teknologi untuk menghormati hak digital Palestina selama perang berkepanjangan.
"Kami (khawatir) tentang sensor signifikan dan proporsional terhadap suara Palestina melalui penghapusan konten dan menyembunyikan hashtag, di antara pelanggaran lainnya," tulis mereka dalam pernyataan resmi.
Pembatasan terhadap aktivis, masyarakat sipil, dan pembela hak asasi manusia dinilai sebagai ancaman serius terhadap kebebasan berekspresi dan akses informasi, kebebasan berkumpul, dan partisipasi politik. Jalal Abukhater, manajer advokasi 7amleh mengatakan kepada Al Jazeera bahwa organisasi tersebut telah mendokumentasikan 238 kasus sensor pro-Palestina, sebagian besar di Facebook dan Instagram. Ini termasuk penghapusan konten dan pembatasan akun.
Baca Juga
"Ada upaya yang tidak proporsional yang menargetkan konten terkait Palestina," kata Abukhater. Sebaliknya, narasi resmi Israel, sekejam apapun, lebih bebas karena Meta menganggapnya berasal dari entitas 'resmi', termasuk dari militer dan pejabat pemerintah Israel.
Sensor
Seorang manajer pemasaran berusia 26 tahun dari Brussels melihat bahwa keterlibatan yang dia terima di Instagram Stories turun tajam ketika dia memposting tentang Palestina dari akun pribadinya. "Saya memiliki sekitar 800 pengikut, dan biasanya saya mendapatkan 200 tayangan untuk satu cerita," katanya kepada Al Jazeera. "Tapi ketika saya mulai memposting tentang Palestina, saya perhatikan tayangan saya menurun."
tulis komentar anda