Bagaimana Proses Pemakaman Astronot yang Meninggal di Luar Angkasa?
Rabu, 09 Agustus 2023 - 08:13 WIB
"Jika astronot meninggal di area orbit rendah Bumi, seperti di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau International Space Station (ISS), maka jenazah akan segera dikirim balik ke Bumi hanya dalam waktu beberapa jam," tulis Emmanuel Urquieta, dikutip The Conversation, Selasa (8/8/2023) ini.
Ketentuan yang sama juga berlaku bagi astronot yang meninggal saat melakukan misi ke Bulan. Bedanya hanya ada waktu tempuh pengiriman jenazah yang lebih lama yakni mencapai berhari-hari.
Selama pengiriman berlangsung, jenazah astronot juga tidak perlu diawetkan. Pasalnya prioritas utama adalah memastikan kru yang tersisa bisa kembali ke Bumi dengan selamat.
Ketentuan yang berbeda justru berlaku jika lokasi astronot yang meninggal sangat jauh dari Bumi. Misalnya lokasi tersebut ada di wilayah Mars yang jaraknya ke Bumi mencapai 56 juta kilometer.
"Dalam kondisi itu, kru lainnya tidak bisa balik ke arah Bumi dan mengirimkan jenazah. Sebaliknya jenazah baru bisa dibawa balik ke Bumi setelah misi selesai," jelas Emmanuel Urquieta.
Nah, selama belum dikubur di Bumi, maka kru pesawat luar angkasa yang tersisa harus melakukan pengawetan jenazah. Tubuh astronot yang meninggal itu kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah khusus dan ditaruh di tempat terpisah.
Ruangan itu juga harus diatur suhu dan kelembapannya agar jenazah bisa diawetkan dengan baik. Beruntungnya kondisi luar angkasa juga sangat memungkinkan terjadinya pengawetan secara alami.
Hal yang sama juga dilakukan jika astronot meninggal dunia saat menjejakkan kaki di salah satu planet yang ada di luar angkasa. Kru yang tersisa tidak diperkenankan untuk melakuan kremasi atau menguburnya ke dalam tanah planet seperti yang dilakukan di Bumi.
Seperti prosedur sebelumnya, jenazah astronot yang meninggal dimasukkan ke dalam tas dan menunggu dikembalikan ke Bumi setelah misi selesai. "Menangani sisa-sisa orang yang meninggal di luar angkasa akan membantu rasa kehilangan dan duka bagi mereka yang ditinggalkan di Bumi," tulis EmmanuelUrquieta.
Ketentuan yang sama juga berlaku bagi astronot yang meninggal saat melakukan misi ke Bulan. Bedanya hanya ada waktu tempuh pengiriman jenazah yang lebih lama yakni mencapai berhari-hari.
Selama pengiriman berlangsung, jenazah astronot juga tidak perlu diawetkan. Pasalnya prioritas utama adalah memastikan kru yang tersisa bisa kembali ke Bumi dengan selamat.
Ketentuan yang berbeda justru berlaku jika lokasi astronot yang meninggal sangat jauh dari Bumi. Misalnya lokasi tersebut ada di wilayah Mars yang jaraknya ke Bumi mencapai 56 juta kilometer.
"Dalam kondisi itu, kru lainnya tidak bisa balik ke arah Bumi dan mengirimkan jenazah. Sebaliknya jenazah baru bisa dibawa balik ke Bumi setelah misi selesai," jelas Emmanuel Urquieta.
Nah, selama belum dikubur di Bumi, maka kru pesawat luar angkasa yang tersisa harus melakukan pengawetan jenazah. Tubuh astronot yang meninggal itu kemudian dimasukkan ke dalam kantong jenazah khusus dan ditaruh di tempat terpisah.
Ruangan itu juga harus diatur suhu dan kelembapannya agar jenazah bisa diawetkan dengan baik. Beruntungnya kondisi luar angkasa juga sangat memungkinkan terjadinya pengawetan secara alami.
Hal yang sama juga dilakukan jika astronot meninggal dunia saat menjejakkan kaki di salah satu planet yang ada di luar angkasa. Kru yang tersisa tidak diperkenankan untuk melakuan kremasi atau menguburnya ke dalam tanah planet seperti yang dilakukan di Bumi.
Seperti prosedur sebelumnya, jenazah astronot yang meninggal dimasukkan ke dalam tas dan menunggu dikembalikan ke Bumi setelah misi selesai. "Menangani sisa-sisa orang yang meninggal di luar angkasa akan membantu rasa kehilangan dan duka bagi mereka yang ditinggalkan di Bumi," tulis EmmanuelUrquieta.
Lihat Juga :
tulis komentar anda