Sesumbar Bangun Smart City, Internet di 12 Ribu Desa Belum Memadai
Sabtu, 18 Juli 2020 - 09:02 WIB
JAKARTA - Di era digital saat ini, jaringan internet masih menjadi masalah bagi Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengakui, masih ada sekitar 12 ribu desa di Indonesia dengan pelayanan internet yang belum memadai. . (Lihat grafis: Menanti Kurikulum Darurat di Masa Pandemi Covid-19)
Bahkan, ada beberapa desa yang tidak mendapat layanan internet sama sekali. Padahal, internet sudah menjadi bagian dari lini kehidupan. Masalah inilah yang dijanjikan pemerintah akan diperbaiki. (Baca juga: Menristek Resmikan Operasional Alat Uji COVID-19, Cobas 6800 Systems)
“Kalau di kota besar kita bisa mendapatkan fasilitas digital dengan nyaman, (tapi) bagaimana dengan di daerah? Ini yang kita akan perbaiki,” jelas Semuel Abrijani Pangarepan, Dirjen Aplikasi Telematikan (Aptika) Kominfo, saat webinar Indosat Ooredoo Business Connex, Kamis (16/7/2020).
Pria yang akrab disapa Semmy itu melanjutkan, pemerintah sudah menyiapkan rencana transformasi digital di Tanah Air. Rencana itu kemudian harus dipercepat, mengingat keberadaan internet sangat dibutuhkan di tengah pandemik seperti ini.
“Untuk mempercepat itu kunci pertama adalah konektivitas. Kita tahu selama ini masih ada rakyat di pedesaan naik pohon untuk mendapatkan signal,” imbuhnya.
Di sisi lain, banyak kota-kota besar di Indonesia memang sudah bertransformasi menjadi kota cerdas atau smart city. Implementasi di tiap kota pun beragam. Mayoritas menyinergikan data demi pelayanan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, teknologi ICT (Information Communication Technology) memainkan peran yang sangat penting. Terlebih di situasi pandemik ini, banyak pihak yang menawarkan penanganan kesehatan menggunakan teknologi.
Misalnya yang ditawarkan oleh Indosat Ooredoo, untuk menghadirkan smart city, hybrid cloud, dan big data. Dengan menerapkan smart city, pemerintah setempat bisa memantau implementasi protokol kesehatan COVID-19.
Selain itu, teknologi yang dikerjakan bersama Qlue ini, juga dapat digunakan sebagai sarana koordinasi dan kolaborasi antara dinas atau instansi di pemerintah kota.
Bahkan, ada beberapa desa yang tidak mendapat layanan internet sama sekali. Padahal, internet sudah menjadi bagian dari lini kehidupan. Masalah inilah yang dijanjikan pemerintah akan diperbaiki. (Baca juga: Menristek Resmikan Operasional Alat Uji COVID-19, Cobas 6800 Systems)
“Kalau di kota besar kita bisa mendapatkan fasilitas digital dengan nyaman, (tapi) bagaimana dengan di daerah? Ini yang kita akan perbaiki,” jelas Semuel Abrijani Pangarepan, Dirjen Aplikasi Telematikan (Aptika) Kominfo, saat webinar Indosat Ooredoo Business Connex, Kamis (16/7/2020).
Pria yang akrab disapa Semmy itu melanjutkan, pemerintah sudah menyiapkan rencana transformasi digital di Tanah Air. Rencana itu kemudian harus dipercepat, mengingat keberadaan internet sangat dibutuhkan di tengah pandemik seperti ini.
“Untuk mempercepat itu kunci pertama adalah konektivitas. Kita tahu selama ini masih ada rakyat di pedesaan naik pohon untuk mendapatkan signal,” imbuhnya.
Di sisi lain, banyak kota-kota besar di Indonesia memang sudah bertransformasi menjadi kota cerdas atau smart city. Implementasi di tiap kota pun beragam. Mayoritas menyinergikan data demi pelayanan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, teknologi ICT (Information Communication Technology) memainkan peran yang sangat penting. Terlebih di situasi pandemik ini, banyak pihak yang menawarkan penanganan kesehatan menggunakan teknologi.
Misalnya yang ditawarkan oleh Indosat Ooredoo, untuk menghadirkan smart city, hybrid cloud, dan big data. Dengan menerapkan smart city, pemerintah setempat bisa memantau implementasi protokol kesehatan COVID-19.
Selain itu, teknologi yang dikerjakan bersama Qlue ini, juga dapat digunakan sebagai sarana koordinasi dan kolaborasi antara dinas atau instansi di pemerintah kota.
tulis komentar anda