Su Bin Didakwa Mencuri Data Pertahanan AS
A
A
A
WASHINGTON - Dua orang pengusaha bernama Stephen Su dan Stephen Subin, telah ditangkap pada 28 Juni 2014, di British Columbia. Dia telah didakwa oleh Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Pusat California, karena akses komputer yang tidak sah, konspirasi melakukan pencurian rahasia dagang dan bersekongkol.
Melansir laman Softpedia, Selasa (19/8/2014), target mereka adalah tiga teknologi China yang digunakan untuk mengembangkan pesawat angkut militer Boeing C-17, dan jet F-35 serta F-22 untuk tempur, yang diproduksi oleh beberapa kontraktor pertahanan, Lockheed Martin.
Menurut surat dakwaan, bukti keterlibatan Su Bin dimulai pada 2009, ketika sebuah email diteruskan ke salah satu dari mereka, berisi draft kontrak untuk pembelian "Sistem Pengiriman Aman File Searah melalui Internet."
Kontrak tersebut dari sebuah perusahaan yang berlokasi di China, yang menginformasikan menglami serangan jaringan komputer dan pertahanan serta keamanan komunikasi.
Pertukaran email antara ketiga pihak telah dicegat oleh penegak hukum, yang menemukan bahwa informasi exfiltrated dari sistem perusahaan kedirgantaraan AS, dijual kepada entitas tertarik milik negara China.
Selama pemeriksaan tersebut ditemukan sebuah dokumen yang menjelaskan "Akuisisi 65 GB data dalam 630.000 file dan 85.000 folder file, yang termasuk scan gambar dan rincian teknis yang terkait dengan C-17 diperoleh dengan memperoleh akses ke jaringan Boeing pada Januari 2010," tulis dokumen yang ditemukan dalam pemeriksaan tersebut.
Dokumen tersebut juga menginformasikan bahwa pesawat telah dibangun dengan biaya sebesar USD3,4 miliar atau sekitar Rp39,7 triliun dihabiskan untuk biaya penelitian dan pengembangan.
Peran Su Bin dalam konspirasi, terdiri dalam memberikan bimbingan kepada dua hacker yang berbasis di China, perusahaan dan teknologi yang akan ditargetkan melalui intruksi komputer.
Setelah menembus sistem perusahaan, para hacker akan memberikan Su Bin informasi yang ditemukan, dan menerima instruksi bagaimana memecahkannya ke dalam folder yang tepat yang isinya harus tidak tersaring. Kemudian menyampaikan informasi ke China dilakukan dengan mengirimkan ke server di negara lain.
Melansir laman Softpedia, Selasa (19/8/2014), target mereka adalah tiga teknologi China yang digunakan untuk mengembangkan pesawat angkut militer Boeing C-17, dan jet F-35 serta F-22 untuk tempur, yang diproduksi oleh beberapa kontraktor pertahanan, Lockheed Martin.
Menurut surat dakwaan, bukti keterlibatan Su Bin dimulai pada 2009, ketika sebuah email diteruskan ke salah satu dari mereka, berisi draft kontrak untuk pembelian "Sistem Pengiriman Aman File Searah melalui Internet."
Kontrak tersebut dari sebuah perusahaan yang berlokasi di China, yang menginformasikan menglami serangan jaringan komputer dan pertahanan serta keamanan komunikasi.
Pertukaran email antara ketiga pihak telah dicegat oleh penegak hukum, yang menemukan bahwa informasi exfiltrated dari sistem perusahaan kedirgantaraan AS, dijual kepada entitas tertarik milik negara China.
Selama pemeriksaan tersebut ditemukan sebuah dokumen yang menjelaskan "Akuisisi 65 GB data dalam 630.000 file dan 85.000 folder file, yang termasuk scan gambar dan rincian teknis yang terkait dengan C-17 diperoleh dengan memperoleh akses ke jaringan Boeing pada Januari 2010," tulis dokumen yang ditemukan dalam pemeriksaan tersebut.
Dokumen tersebut juga menginformasikan bahwa pesawat telah dibangun dengan biaya sebesar USD3,4 miliar atau sekitar Rp39,7 triliun dihabiskan untuk biaya penelitian dan pengembangan.
Peran Su Bin dalam konspirasi, terdiri dalam memberikan bimbingan kepada dua hacker yang berbasis di China, perusahaan dan teknologi yang akan ditargetkan melalui intruksi komputer.
Setelah menembus sistem perusahaan, para hacker akan memberikan Su Bin informasi yang ditemukan, dan menerima instruksi bagaimana memecahkannya ke dalam folder yang tepat yang isinya harus tidak tersaring. Kemudian menyampaikan informasi ke China dilakukan dengan mengirimkan ke server di negara lain.
(dyt)