Industri Telekomunikasi Sudah Siap Menggunakan Teknologi IoT
A
A
A
JAKARTA - Industri telekomunikasi semakin berkembang pesat. Berbagai macam inovasi dilakukan sebagai upaya memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan.
Salah satu inovasi yang tengah berkembang yaitu Internet of Things (IoT). Teknologi ini sudah mulai di implementasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dalam hal ini, operator selular Smartfren sudah bersiap diri. Perusahaan sudah memiliki tim khusus yang menangani teknologi ini.
"Apa lagi kami sudah melakukan uji coba 5G. Pemakaian IoT bisa menyempurnakannya. Tetapi masih belum full scale, karena penggunaannya juga terbatas," kata Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Smartfren, di Plaza Senayan Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Di sisi lain, selama ini Smartfren memang lebih fokus terhadap produk B2C (Business to Customer), bukan ke B2B (Business to Business). Alasannya, lanjut Tata, B2B lebih banyak ke arah penjualan konektivitas.
Di tahun depan, Smartfren tetap fokus berkolaborasi dengan industri gim daring, market place, dan perbankan. "Kita harus masuk ke sana juga karena banyak aplikasi daripada sekadar konektivitas," jelasnya.
Terkait penerapan 5G di Indonesia, Tata mengakui bahwa semua operator yang ada di Tanah Air sudah melakukan uji coba, dan semuanya sukses.
Kendati sudah siap, pelaku industri ini belum bisa menjajakannya secara komersial. Sebab, hingga saat ini pemerintah belum membagi spektrum yang bisa dipakai oleh para provider.
Sebenarnya, untuk sekadar penggunaan telepon dan internet, teknologi 4G dirasa sudah cukup. Penerapan 5G lebih banyak pada aplikasi secara khusus, seperti penggunaan mobil tanpa supir dan robot di pabrik.
"Jadi mungkin peluncurannya tidak seheboh ketika 3G dan 4G," tandasnya.
Salah satu inovasi yang tengah berkembang yaitu Internet of Things (IoT). Teknologi ini sudah mulai di implementasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dalam hal ini, operator selular Smartfren sudah bersiap diri. Perusahaan sudah memiliki tim khusus yang menangani teknologi ini.
"Apa lagi kami sudah melakukan uji coba 5G. Pemakaian IoT bisa menyempurnakannya. Tetapi masih belum full scale, karena penggunaannya juga terbatas," kata Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Smartfren, di Plaza Senayan Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Di sisi lain, selama ini Smartfren memang lebih fokus terhadap produk B2C (Business to Customer), bukan ke B2B (Business to Business). Alasannya, lanjut Tata, B2B lebih banyak ke arah penjualan konektivitas.
Di tahun depan, Smartfren tetap fokus berkolaborasi dengan industri gim daring, market place, dan perbankan. "Kita harus masuk ke sana juga karena banyak aplikasi daripada sekadar konektivitas," jelasnya.
Terkait penerapan 5G di Indonesia, Tata mengakui bahwa semua operator yang ada di Tanah Air sudah melakukan uji coba, dan semuanya sukses.
Kendati sudah siap, pelaku industri ini belum bisa menjajakannya secara komersial. Sebab, hingga saat ini pemerintah belum membagi spektrum yang bisa dipakai oleh para provider.
Sebenarnya, untuk sekadar penggunaan telepon dan internet, teknologi 4G dirasa sudah cukup. Penerapan 5G lebih banyak pada aplikasi secara khusus, seperti penggunaan mobil tanpa supir dan robot di pabrik.
"Jadi mungkin peluncurannya tidak seheboh ketika 3G dan 4G," tandasnya.
(wbs)